5. Teruntuk [Kamu]🍁

941 88 0
                                    

Raihan kembali merebahkan tubuhnya setelah ia mengantarkan Nazwa pulang.

'Kenapa ada perasaan berbeda saat aku berada di dekat Nazwa?
Tak ada perasaan nyaman yang sering aku rasakan seperti saat dulu.
Apakah rasa itu telah hilang?' Batinnya.

Raihan memejamkan matanya. Ia tak ingin memikirkan suatu perkara di dunia dengan begitu resahnya.

'Segala urusan hamba serahkan padamu Ya-Rabb.'

Mata Raihan tiba-tiba terbuka. Ia teringat ucapannya yang akan menjemput Shafa sore ini. Tapi justru tadi ia malah tak memperdulikannya saat bersama Nazwa tadi.
"Ya allah Shafa, maafkan aku."
Raihan pikir Shafa pasti sudah salah faham dengannya. Di ambilnya iphone yang ada di meja dekat kasurnya dan mengetikkan pesan untuk Shafa.

Raihan
Assalamu'alaikum.

Sudah kesekian menit Raihan menunggu balasan dari Shafa. Padahal di WhatsAppnya masih tertera kata online.
Di pencetnya tombol panggilan dengan ragu-ragu. Ia ingin menjelaskan semua pada Shafa.

Tut.. tutt...

Hanya tertera kata berdering. "Shafa, angkat dong." Ia tak tahu kenapa ia bisa sepanik ini.

Raihan kembali memencet tombol panggilan untuk kesekian kalinya dan akhirnya di angkat Shafa.

"Halo, asalamu'alaikum." ucap Shafa yang berada di seberang sana.

"Wa'alaikumussalam, akhirnya kamu angkat juga Fa." ucap Raihan dengan menghembuskan nafas lega. Tak ada tanggapan apapun dari Shafa di sana. Namun akhirnya Raihan memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya.

"Maaf, tadi aku lupa mau jemput kamu."

"Gak papa kok."
Hanya jawaban singkat dari Shafa yang Raihan dapatkan. Namun itu tak menggoyahkan niatnya.

"Em, kamu marah ya?" tanya Raihan yang tengah mondar mandir di kamarnya.

"Tidak han," jawab Shafa.

"Jangan salah faham sama gadis tadi Fa, Dia bukan siapa-siapa aku.Tadi papa aku yang nyuruh aku buat ketemu sama dia." jelas Raihan.

Shafa mengernyitkan dahi karena heran mendengar penuturan Raihan. "Kalaupun itu siapa-siapa kamu, itu juga bukan urusanku kok. Aku juga bukan siapa-siapa kamu." ucap Shafa.

Raihan menghembuskan nafasnya. Memang perempuan itu susah banget di ngertiin.

'Kenapa nggak jujur aja sih Fa kalau suka sama aku.. ' batin Raihan yang tampak frustasi.

"Syukurlah kalau kamu gak marah." kata Raihan mencoba untuk setenang mungkin.
Lagi-lagi tak ada tanggapan apapun dari Shafa. Namun, panggilan masih terhubung padanya.

"Tuh kan diem aja, berarti marah nih?"

"Gak han, aku mau tidur dulu. Assalamu'alaikum"

"Hmm baiklah, wa'alaikumussalam." Raihan memijit pelipisnya. Untuk saat ini ia bingung apa yang harus ia lakukan. Masa lalunya yang telah kembali dan perasaannya yang tak menentu pada seorang Shafa. Ia segera mengetikkan pesan untuk Shafa.

Sy
Besok bisakah kita bertemu di taman dekat kampus?

Tak ada balasan dari Shafa. Mungkin gadis tersebut sudah terlelap di tidurnya karena jam telah menunjukkan pukul 22.00.

Di tempat lain, Shafa mencoba untuk tidur. Tapi ia tidak bisa. Hanya Raihan yang ada di fikirannya.
'Sebenarnya gimana perasaan kamu sama aku han..?
Apa aku jujur saja dengan perasaanku padanya..
Ahh tidak.. gadis apaan yang ngungkapin perasaannya duluan..'
Hufft...

Kamu [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang