21. Teruntuk [Kamu]🍁

580 55 0
                                    

Alhamdulillah,
Shafa meminum air putih di atas meja lalu memejamkan matanya dengan nafas teratur sambil duduk di kursi. Ia tak bisa menahan dahaganya karena kewalahan menangani pelanggan sore yang terus berdatangan. Sepulang kampus hingga matahari hampir terbenam banyak sekali pengunjung.

"Capek ya nak?" tanya Ilham yang tiba-tiba duduk di depan Shafa sambil tersenyum dengan wajah peluh keringat.

"Padahal udah istirahat, tapi kok masih capek ya paman."

"Yaudah lanjutin aja istirahatnya. Oh ya, nanti kita makan di luar mau? Sambil kita bagi-bagi shodaqoh sama anak-anak di pinggir jalan kota."

"Mau paman. Mau banget."

"Kayak nya Shafa gak kerja lagi deh paman, Shafa bantuin paman aja. Kasihan kan kalau ngadepin pelanggan yang banyaknya subhanallah kaya tadi." lanjut Shafa lagi.

"Iya nak, paman do'akan semoga pekerjaan kita ini selalu diridhai Allah."

"Aamiin."

"Paman.. " panggil Shafa dengan suara pelan. Ilham hanya mengerutkan dahi sambil menunggu perkataan selanjutnya dari keponakannya.

"Itu.. emm--minggu depan Shafa mau jalan sama Raihan. Boleh?" tanya Shafa dengan memainkan jari-jarinya dengan gugup. Pamannya pasti tidak memperbolehkannya.

"Jalan dalam rangka?"

Shafa tak menjawab. Sorotan mata pamannya sudah menunjukkan bahwa beliau keberatan dengan hal ini.

"Hindari berkhalwat Fa. Nanti ke tiganya setan. Dan setan akan selalu membisiki untuk melakukan kemaksiatan. Kamu tahu itu kan?" Shafa hanya menunduk. Bagaimana bisa ia melupakan hal tersebut. Astaghfirullah ampuni dosa hambamu yang telah lalai ini.

"Iya paman, maaf."

***

Raihan sedang membaca buku kedokterannya. Namun, ia tak bisa fokus sama sekali akibat ulah adiknya yang menyalakan MP3 sangat keras.

"Dek, kecilin volumenya!" teriak Raihan dari kamarnya. Jihan mendengar hal tersebut tapi ia hanya menghendikkan bahu tak peduli pada kakaknya.

Raihan berusaha untuk tidak mempedulikannya tetapi adiknya malah menaikkan volume yang membuat Raihan mendengus dan keluar untuk menemuinya.

"Woy! Jangan berisik!" ucap Raihan yang menyelonos masuk tanpa ijin pemilik kamar. Ia langsung mematikan MP3 yang ada di atas meja Jihan.

"Ihh kak, jangan dimatiin. Gak sopan banget!" ucap Jihan dengan sebal lalu hendak menyalakan MP3 kembali. Namun, kalah telak dengan Raihan. Raihan mengambil benda tersebut lalu dibawanya keluar.

"Kakakk!!"

Raihan telah menuruni anak tangga dan melihat rumah yang sepi. Biasanya di ruang keluarga sangat ramai sampai Raihan yang berada di kamar pun mendengar gelak tawa karena perbincangan ibunya yang super cerewet.

"Dek, Mama sama Papa kemana?"

Saat ini Jihan sedang membuka kulkas di dapur untuk mengambil snack kesukaannya.

"Katanya mau ke rumahnya pak Anton."

"Pak Anton?"

"Iya" ucap Jihan santai sambil memakan snack dengan lahap.

"Tumben papah yang kesana? Biasanya Pak Anton yang kesini."

"Gak tau. Kak beli makanan dong! Mama tadi pesen buat kakak beliin makanan soalnya Mama gak masak." ucap Jihan.

Kamu [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang