15. Teruntuk [Kamu]🍁

650 64 0
                                    

Raihan memasuki sebuah cafe dan melihat Fadli yang sedang memijit pelipisnya karena para pelayan yang terus berceloteh di depannya.

"Nih.."

Raihan menaruh beberapa lembar uang di depan Fadli yang membuat Fadli otomatis mendongak dan tersenyum.

"Tengkyu han, lo emang sahabat sejati" ucap Fadli yang malah membuat Raihan memutar bola matanya dengan malas.

Lagi-lagi Raihan menatap malas ke arah Fadli yang sedang menyalakan mesin motornya yang tidak juga menyala. Ia menghela nafas dan menyuruh Fadli untuk memasuki mobilnya. Mungkin memang takdirnya harus pulang larut malam ini.

"Hehe, sorry ya Han. Gue ngrepotin lo terus." ucap Fadli dengan cengiran khasnya.

"Baru nyadar kalo lo ngrepotin." ucap Raihan dengan nada nya tenang dan raut wajah datar seperti biasa.

"Isshh, gitu banget lo sama gue."

Raihan hanya terkekeh kecil menanggapi perkataan Fadli. Bagi Raihan, teman adalah segalanya. Sebisa mungkin ia akan membantu mereka.

"Eh Han. Tapi ngomong-ngomong, tadi gue kaya liat Nazwa deh sama sii.. siapa ya gue lupa namanya." ucap Fadli dengan tampang yang sedang berfikir.

"Alfa?" tebak Raihan.

"Nah bener. Tapi tadi gue perhatiin si Nazwa tu kaya marah gitu dan keluar cafe duluan ninggalin si Alfa." jelas Fadli. Ia memang tadi memperhatikan Nazwa. Karena ia tahu kalau Nazwa masa lalu dari Raihan, ia hanya iseng memperhatikan mereka berdua.

"Lo emang masih suka sama mantan lo tu?" tanya Fadli menyelidiki Raihan yang tak menanggapi perkataannya.

"Ck, kepo lo. Lagipula dia bukan mantan gue. Gue gak pernah pacaran sama dia."

Fadli hanya menghendikkan bahunya tak ingin memperdalam ke-kepo-annya pada perasaan Raihan.

Namun berbeda dengan Raihan, pikirannya terus terngiang perkataan yang Nazwa katakan. Perkataan yang membuatnya bingung apa maksud gadis tersebut berkata begitu kepadanya.

***

Shafa telah memasuki ruang kelasnya. Mengingat betapa susahnya ia membujuk pamannya supaya ia bolos kuliah beberapa waktu untuk alasan  menjaga pamannya yang sakit dan selalu ditolak mentah-mentah oleh pamannya. Mau tak mau, ia harus menurutinya.

Shafa mendudukkan dirinya di bangku kelas yang biasa ia tempati. Rasa kantuk mulai menyelimutinya karena hampir semalaman Shafa tidak tidur karena menjaga pamannya. Matanya yang tak bisa diajak berkompromi ini membuat Shafa sulit untuk menahan rasa kantuknya.

Jam masih menunjukkan pukul 07.00. Masih ada waktu tiga puluh menit untuk ia tidur. Dan dalam waktu singkat saja, ia sudah terlelap dengan wajah yang ia topang dengan sebelah tangannya yang ia gunakan sebagai bantalan tidur.

***

Raihan sedang bersama teman temannya di parkiran kampus. Di kejauhan Raihan melihat Nazwa sedang berbicara dengan Alfa. Raihan memperhatikan raut wajah Nazwa yang mulai sendu dan tubuh yang mulai bergetar. Raihan tau betul jika Nazwa sedang menangis meskipun ia hanya memandangnya dari jarak yang tidak dekat.

Nazwa berlari meninggalkan Alfa yang berdiri di sana. Dan Raihan mulai melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Alfa berada.

"Eh eh Han, lo mau kemana etdah ni bocah!" teriak Fadli dengan kesal karena Raihan pergi tanpa menanggapi ucapannya.

"Lo apain dia?" tcap Raihan tanpa basa basi.

Alfa menatap heran dengan Raihan. "Apa urusannya sama lo?"

Kamu [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang