13. Teruntuk [Kamu]🍁

735 58 0
                                    

Grebbb

Tubuh Shafa tiba-tiba menegang saat merasakan tangan kekar yang menariknya. Aroma alkohol yang sangat menguar terasa di indra penciuman Shafa.

"Kok sendirian aja neng, ikut abang yuk,"

"Le---pasin,"

Kedua laki laki tersebut menatap Shafa dengan sangat tajam. Di dorongnya tubuh Shafa hingga terjatuh dan meringis kesakitan karena sikunya yang terbentur aspal jalan raya. Shafa menangis dan ketakutan.

"Jangan takut, kita gak gigit kok,"  kedua laki laki tersebut berjongkok mendekati Shafa. Mereka berinisiatif untuk melecehkan gadis didepannya. Namun, saat tangannya hendak merobek baju Shafa. Tiba-tiba...

Bugg!

Shafa mendongak dan melihat kedua laki laki tersebut terkapar dihadapannya. Ia melihat Raihan yang menindih dan menghajar salah satu dari mereka. Dan laki laki yang satunya sudah terkapar tak berdaya.

"Shafa kamu gak papa?"

Shafa segera memeluk Raihan dan menangis karena ketakutannya. Raihan membalas pelukan Shafa dan menenangkan gadis yang berada di dekapannya.

Lama berada di dekapan Raihan, Shafa memejamkan matanya hingga tertidur.

"Shafa?"

Diliriknya wajah tenang Shafa yang memejamkan matanya dengan nafas yang teratur.

"Huh, dasar main tidur-tiduran aja."

Raihan membopong tubuh Shafa dan dibaringkannya Shafa di mobilnya.

Tak butuh waktu lama, Raihan telah memasuki gerbang rumahnya dan memarkirkan mobilnya di sembarang tempat. Ia masih melihat Shafa yang memejamkan matanya. Raihan tersenyum kecil lalu kembali membopong tubuh Shafa.
Dibaringkannya Shafa di kamar milik Shafa sendiri. Tidak mungkin kan ia membawa Shafa ke kamarnya.

Shafa membuka matanya dan melihat jam yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Ia merutuki kebodohannya karena ketiduran seperti ini. Ia segera mengambil air wudhu dan sholat isya'. Untung saja tadi ia sempat sholat maghrib di mushola. Ia masih melakukan kewajibannya meskipun hatinya sudah tak terkendalikan karena mama nya.

***

"Paman kenapa?" Shafa menangis sesenggukan melihat keadaan pamannya yang terbaring lemas dengan jarum yang melekat di lengannya.

"Paman harus sembuh, paman gak boleh tinggalin Shafa," ucap Shafa dengan memeluk pamannya.
Aluna, Wijaya, dan Raihan menatap sendu ke arah Shafa. Betapa rapuhnya dirinya.

"Tante aluna, pak wijaya, raihan, kalau mau pulang gapapa, Shafa nungguin pamannya sendiri aja,"

Aluna dan Wijaya berpandangan. Wijaya sangat banyak pekerjaan kantornya yang harus di selesaikan.

"Mama sama Papa pulang aja. Raihan di sini nemenin Shafa," ucap Raihan.

Mereka berdua pulang setelah berpamitan pada Shafa. Raihan mendekati Shafa yang masih meneteskan air matanya di samping pamannya yang masih tak kunjung membuka matanya.

"Sabar Fa, kalau kamu tak bisa melewatinya, dari awal Allah tak akan memberikan ujian ini untukmu". Raihan meraih Shafa ke dalam pelukannya dan mengelus pucuk kepalanya yang masih terhalang jilbabnya.

Tak lama kemudian Shafa tertidur pulas di dekapan Raihan. Dan Raihan segera membaringkan Shafa di Shofa dekat ranjang paman Ilham. Malam ini Raihan akan tidur di mushola rumah sakit saja.

Kamu [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang