16. Teruntuk [Kamu]🍁

608 67 0
                                    

Shafa mulai mendudukan dirinya di kamarnya. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan kepenatannya. Meysha sudah pulang dengan sepeda scoopy-nya sedari tadi dari rumah paman Shafa, karena langit yang sangat mendung memungkinkan ia akan kehujanan jika tidak segera pulang.

Ia mulai memasuki kamar mandi untuk ritual mandinya. Jam menunjukkan pukul lima sore. Ia harus memasak untuk makan malamnya dengan pamannya. Setelah selesai mandi ia segera berganti pakaian. Saat ini ia hanya mengenakan baju tidur yang sangat sederhana tak lupa juga jilbab yang selalu ia kenakan.

Dibukanya lemari es, dan hanya menemukan beberapa bahan makanan disana yang mungkin hanya cukup untuk makan malam ini. Ia harus membeli bahan makanan untuk ia makan besok dengan pamannya.

"Paman, ayo makan.. mari aku bantu." Shafa membantu pamannya untuk berjalan keluar menuju ruang makan.

"Gak perlu Fa. Paman udah sehat kok,"

"Maaf ya paman, adanya cuma ini. Nanti Shafa akan beli bahan makanan lagi."

"Seharusnya paman yang minta maaf, nanti kamu beli pakai uang paman aja."

"Nggak paman, mending uang paman dibuat beli bunga baru aja, tadi Shafa liat di browser ada bunga keluaran baru bagus banget. Nanti kita beli bibitnya ya." Shafa mencoba meyakinkan pamannya untuk semangat lagi dengan senyumannya.

"Baiklah," Ilham tersenyum. Shafa memang anak yang baik dan sangat mengerti keadaan ekonominya. Karena beberapa hari toko bunga nya tutup, ia jadi hanya memiliki beberapa sisa uang. Dan ia juga tidak tahu bagaimana nasibnya jika administrasi rumah sakit tidak dibantu oleh Wijaya, sang Papa Raihan.

"Kamu gak makan nak?" tanya Ilham yang baru menyadari porsi makanan yang ada di meja depannya sangatlah sedikit.

"Eh i-itu, tadi Shafa udah makan duluan habisnya lapar banget hehe." Ilham hanya mengangguk dan tersenyum.

Shafa terpaksa berbohong. Ia tak mungkin tega membiarkan pamannya kelaparan. Lebih baik ia yang harus menahan perutnya yang sudah keroncongan dari tadi daripada pamannya yang keadaannya masih belum sembuh sepenuhnya.

"Fa, kapan-kapan ke rumah Raihan ya.. paman mau ketemu sama keluarganya dan mengucapkan terimakasih."

"Baik paman"

***

Raihan sedang berada di toko baju perempuan. Ia dengan terpaksa menemani adiknya yang sedang memilih baju. Katanya besok akan ada acara ulang tahun temannya.

"Kak, kalo yang ini bagus gak?" tanya Jihan dengan menempelkan baju di tubuhnya.

"Bagus." ucap Raihan dengan datar.

Raihan sudah sangat bosan dengan pertanyaan adiknya. Satu jam dan ia sama sekali belum menemukan baju yang akan ia beli. Emang benar ya kalau perempuan itu rumit banget.

"Kalo ini kak?"

"Bagus."

"Ini? Bagus gak? Cocok gak?"

"Bagus, cocok,"

"Ihh kak, kasih pendapat yang jelas dong. Kaya ini kurang apa, ini terlalu apa. Jangan cuma bagus-bagus doang."
ucap Jihan dengan memanyunkan bibirnya karena kesal dengan kakaknya.

"Lah orang udah dijawab bagus gitu." ucap Raihan dengan heran.

"Dasar gak ngerti fashion lo."

Raihan menghela nafas melihat adiknya yang wajahnya sedang ditekuk.

"Dek, kalo orang cantik pakai apapun juga masih cantik."

Kamu [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang