"Kenapa sih Al? Lo tuh gak pernah sekalipun mencoba buka hati buat gue."
"Lo itu sahabat gue Na, dan-- sekarang gue juga udah suka sama gadis lain" ucap Alfa.
Mereka berdua kini sedang berada di caffe dekat toko buku.
"Siapa? Shafa?" Nazwa menebak dan tebakannya itu pasti benar. Sudah ketara jika seorang Alfa menyukai Shafa walau hanya dari sorot matanya.
Alfa mengangguk dan tersenyum.
"Lo mau kan, bantuin gue buat bapetin Shafa?" Alfa memegang lengan Nazwa.
"Maaf Al gue gak bisa." ucap Nazwa lalu berdiri dan berjalan melalui Alfa yang masih menatapnya. Sebenarnya Alfa memang sengaja berkata kalau ia menyukai Shafa. Toh ia memang menyukai gadis tersebut. Tapi tujuan yang sebenarnya adalah agar Nazwa berhenti untuk mengejar cintanya padanya yang mungkin tak akan pernah terbalas.
***
Hari ini Ilham sudah diperbolehkan pulang. Jam menunjukkan pukul 19.00. Raihan mengantar Shafa dan Pamannya menuju rumah pamannya. Shafa telah berada di kamar pamannya ditemani dengan Raihan.
"Maaf Han. Untuk saat ini aku belum bisa kerja di rumah kamu." Shafa sangat merasa tak enak hati pada keluarga Raihan yang pasalnya ia selalu menyusahkan.
"Iya gak papa, gak usah kamu pikirin,"
"Emm---kamu, gak pulang?" tanya Shafa dengan ragu.
"Jadi ngusir nih ceritanya."
"Ini udah malem Han. Takutnya nanti tante Aluna khawatir."
"Baru jam segini juga." ucap Raihan sambil menatap jam di ponselnya yang baru menunjukkan pukul tujuh malam lewat lima belas menit.
Shafa mengehela nafas, percuma ia menyuruh lelaki di sampingnya ini pulang karena lelaki itu akan tetap kekeuh.
Shafa berada di dapur untuk membuatkan bubur ayam kesukaan pamannya. Ia juga membuatkan mie instan dengan telur diatasnya untuk Raihan yang saat ini telah berada di ruang tamu. Shafa menyuguhkan mie yang masih hangat itu di meja depan Raihan.
"Kamu pasti lapar kan? Maaf hanya itu yang aku punya."
"Gak papa kok," Raihan mulai menyantap mie tersebut dengan lahap.
"Kamu gak makan?" tanya Raihan dengan mulut yang masih terisi.
"Nanti, aku belum lapar." ucap Shafa dengan tersenyum memandang Raihan yang lahap makan walaupun hanya sekedar mie instan.
Setelah menyantap mie tersebut Raihan langsung berpamitan pulang. Jangan fikir ia seenaknya langsung pulang pas habis dikasih makan (author banget), Ia hanya khawatir Aluna akan mengkhawatirkannya karena pulang malam.
***
Di perjalanan pulang, Raihan melihat Nazwa yang sedang duduk di tepi jalanan sambil memegang lututnya.
"Apa yang gadis itu lakukan malam-malam gini? Sendirian lagi." ucap Raihan dengan pelan.
Raihan segera menepikan mobilnya tepat di depan gadis tersebut. Nazwa mendongak ke atas dan tersenyum mendapati Raihan.
"Hai Han."
"Lutut kamu kenapa? Dan ngapain malam-malam di sini sendiri?"
Tak bisa Raihan pungkiri bahwa ia khawatir dengan gadis tersebut. Terdapat luka di lututnya dan darah yang mengalir pun tidak bisa dibilang sedikit.
"Aku gak papa, kamu gak usah khawatir." Nazwa tersenyum. Ia melihat manik mata Raihan yang menunjukkan kekhawatirannya. Ia mencari di mobilnya sebuah kotak P3K, tetapi nihil.
"Aku bawa kamu ke rumah sakit aja ya."
"Gak perlu Han," cegah Nazwa
Raihan langsung menggendong Nazwa dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Gimana masih sakit gak?" tanya Raihan setelah Nazwa keluar dari ruangan dokter dengan kakinya yang dibalut kasa.
"Udah gak papa, ayo anter aku pulang."
Di perjalanan pulang, Nazwa melirik ke arah Raihan yang masih fokus mengemudi. Nazwa sebenarnya bingung apakah Raihan masih menyukainya atau menyukai Shafa. Mungkin ini saat yang tepat untuk menanyakannya padanya.
"Han."
"Na."
Ucap mereka bersamaan.
"Hahaha.. kamu aja dulu." ucap Nazwa dengan tertawa.
"Gak, kamu aja."
"Kamu."
"Lutut kamu kenapa bisa gitu?" tanya Raihan dengan sedikit melirik ke arahnya dan lututnya.
"Tadi aku gak sengaja kepeleset, jadi yaa gini deh." ucap Nazwa dengan tersenyum.
"Habis dari mana?"
"Habis ketemu sama Alfa."
Raihan tak menjawab. Ia hanya bungkam mendengar perkataan Nazwa.
"Han?" Nazwa yang melihat raut wajah Raihan yang berbeda dari sebelumnya.
Melihat Raihan yang tak menjawabnya, Nazwa tersenyum dan menatapnya."Kamu.. Apa kamu masih suka sama aku?" tanya Nazwa yang menatap lurus ke arah manik mata Raihan yang menyorotkan keterkejutannya karena pertanyaan yang Nazwa lontarkan padanya.
"A.. aku.." perkataan Raihan terputus karena ponselnya yang berdering. Ia segera mengangkat ponselnya dan tertera nama temannya, Fadli.
"As..." ucap Raihan dengan perkataannya yang terputus.
"Wa'alaikumussalam. Han lo bisa ke sini gak? Gue kejebak nih karena gue ngafe dan gak bisa bayar. Dompet gue ketinggalan." ucap Fadli menjelaskan dengan panik karena cewe-cewe pelayan cafe yang ditempatinya sudah ngomel-ngomel gak jelas.
"Gak." jawab Raihan dengan nada santainya.
"Oh come on bro, bantuin gue napa. Kalo lo bantuin gue bakal kasih lo salah satu cewe gue yang bener-bener cakep." ucap Fadli dengan nada memelas.
Raihan mengerutkan dahinya tanda ia heran dengan perkataan Fadli. Emang bener-bener konyol ni anak.
"Emang ada cewe lo yang cakep?"
"Sembarangan, cewe gue gak ada yang jelek ya!" bantah Fadli dengan suaranya keras yang malah membuat pelayan caffe tersebut semakin memelototinya. Hari yang sudah malam, otomatis membuat para pelayan jengkel. Hanya karena satu orang yang gak bisa bayar, mereka harus pulang telat. Sedangkan bosnya tidak terlalu peduli dan menyerahkan urusan tersebut kepada para pelayannya.
"Lo rayu aja tuh mbak-mbak pelayan cafenya." ucap Raihan diselingi tawa kecil.
"Gue udah coba rayu tapi orang nya gal..." ucapan Fadli terputus.
"Heh mas, bisa bayar gak sih?!! Kalo gak bisa tuh cuci semua piring-piring di belakang! Dan bersihin seluruh penjuru cafe" ucap salah seorang pelayan. Sekarang masabodo dengan pulang telat ataupun menginap di cafe, daripada ada customer keenakan tidak mau bayar.
"Iya iya mbak, sabar napa... sini duduk dulu. Emang gak pegel apa dari tadi berdiri sambil melototin orang ganteng."
Raihan tertawa mendengar percecokan antara kedua orang di seberang sana. Ia mulai memutuskan sambungan dan mengetik pesan pada temannya tersebut untuk menanyakan dimana lokasinya berada. Dan ia juga tak lupa mengabari Aluna karena ia akan pulang agak telat malam ini. Ia mengantar Nazwa pulang dulu baru ia akan menemui Fadli.
"Beneran udah gak papa kan?" tanya Raihan mencoba memastikan keadaan Nazwa.
Mereka telah berada di depan pintu gerbang rumah Nazwa.
"Iya gak papa. Gak mampir dulu?" tanya Nazwa.
"Gak. Balik dulu." ucap Raihan dengan menyalakan mesin mobilnya.
"Han, tunggu!" teriak Nazwa.
Raihan mengernyitkan dahinya.
"Jangan pernah tinggalin aku ya." ucap Nazwa lalu melenggang pergi memasuki rumahnya.
TbC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu [SELESAI]✔
RomanceTak ada yang tak mungkin di dunia ini. Sepucuk kertas yang kutulis dengan torehan tinta sederhana mampu merubah kenyataan hidupku. Aku selalu dan akan selalu percaya akan takdir yang Allah gariskan untukku. Kuharap, esok nanti dirimu masih sama sepe...