“Guy's kalean mau pesen apa, biar gue yang pesen, ” kata Misel sesampainya kami di kantin.
“Kayak biasanya aja deh, ” jawabku yang kini duduk di samping Evita.
“Gue juga, sama teh manis nya 1 jangan terlalu manis hehe. ”
Itu kebiasaan Evita yang memesan teh manis tapi gak manis. Katanya dia takut terkena diabet kalau mengkonsumsi kadar gula yang berlebihan.Misel berjalan ke Mbak Wati si penjaga kantin untuk memesan makanan.
Dan segera kembali bergabung ke meja kami.“Kenapa gak pesen teh pait aja sekalian, ” kata Feby di iringi tawanya yang nyaring.
Sementara Evita hanya nyegir dengan wajah sok polosnya, hadeh.
“Eh, kalean mau denger kabar baru ngak?” aku memulai pembicaraan ketika Misel sudah duduk di samping Feby.
Mereka bertiga langsung menatapku heran, Mungkin karena aku yang menyebutkan kata ‘kabar’ padahal sebenarnya ini bukan kabar, hanya aku buat seperti itu supaya mereka penasaran.
“Kabar apaan?” tanya Feby.
“Gue dapet nomornya kak Rehan!” kataku dengan raut wajah sumringgah, dan setengah mengangkat dagu menyombongkan diri.
“HUH!!!, kok bisa?” ujar Feby dan Evita bersamaan, lalu mereka saling pandang.
Sementara Misel hanya membulatkan matanya menatapku.
“Lo dapet dari mana?” tanya Feby kemudian dengan raut wajah yang masih terkejut.
“Di kasih sama kak Rehan sendiri, ” jawabku tenang.
“Kok bisa?”
“Ya bisa lah... yaampun. ”
“Gimana ceritanya?” tanya Evita.
Aku geram melihat mereka yang seakan-akan tak sabar bertanya kepadaku.
Mereka melontar kan pertanyaan bertubi-tubi padaku, mendesakku untuk segera bercerita.“Jadi gini...”
kalimatku terpotong saat melihat Mbak Wati mengantarkan pesanan kami ke meja.
“Gimana?” tanya Misel yang ternyata juga penasaran.
“Jadi gini, kemarin itu...”
Akhirnya aku menceritakan detail kejadian kemarin sore ketika Kak Arga menabrak ku dan menjatuhkan ponsel ku. Aku juga cerita tentang kejadian tadi malam ketika melihat Kak Rehan bersama si perempuan itu.
Mereka mendengarkan ceritaku dengan seksama dan sesekali menyeruput minumanya.
“Wah beruntung banget si lo bisa dapet nomornya Kak Rehan, padahal nih yah, banyak cewek-cewek lain yang rela ngelakuin apa aja demi dapet nomornya dia. ” Evita nyerocos menggapi ceritaku.
“Dan lo ngedapetin nomornya segampang itu, wah ini gila Sa.” Komentar Feby.
Dia bicara seolah-olah aku cewek paling beruntung sedunia, inget guy's ini Cuma Kak Rehan, Most wanted nya sekolah bukan Zayn malik!
Tapi sejujurnya aku memang senang.
“Gampang apanya, HP gue hampir sekarat gara-gara di tau nggak!”
aku menepuk jidatku sendiri, kenapa mereka tidak memikirkan ponsel ku juga.“Eh, bukan dia, maksud gue gara-gara Kak Arga,” tambah ku saat menyadari kalimatku barusan salah.
“Tapi Kak Arga yang nabrak lo, kok Kak Rehan yang seakan akan bertanggung jawab banget?”
tanya Misel sambil memakan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REHAN ✔
Teen FictionCerita ini Ringan, Benar benar ringan. Sengaja di buat agar pembaca bisa senyum senyum sendiri. _________________ Kisah ini bermula ketika aku menjadi murid baru di SMA Harapan Bangsa, disitulah awal aku mengenal sosok REHAN ADITYA MAHENDRA, cow...