02

2.8K 244 202
                                    

Suasana kantin hari ini  ramai, walau kebanyakkan adalah senoir kelas 11, dan 12.

Ternyata pembahasan tentang cogan-cogan itu masih tetap berlanjut sampai ke kantin,
tentunya di awali oleh Feby dan di tanggapi antusias oleh Evita, sedang kan aku dan Misel? Kalian tau lah...

Biasa-biasa saja, bagiku para cogan yang di bahas Feby, semua biasa-biasa saja kecuali...

Aku tak begitu antusias mendengar cerita Feby, tapi sejujurnya ada sedikit rasa penasaran, kenapa senior-senior itu bisa sepopuler itu di SMA HARBA. Apa istimewa nya mereka?
Tapi walaupun begitu aku pernah berkata pada Evita, Misel dan Feby kalau salah satu senior anggota band itu keren.

Dan mereka malah langsung mengklaim kalau aku menyukainya.

Aku hanya kagum guy's, tidak lebih. Tidak ada niat sedikitpun untuk dekat dengan senior itu, karna aku tau hal tersebut tidak mungkin terjadi.

"Kalean tau ngak kalau Kak Ghani itu ternyata anak dari Pak Subroto, salah satu donatur dengan jumblah terbanyak di sekolah kita ini?" Ujar Feby yang masih fokus dengan ponselnya.
Sekali lagi dia membuat bahan gosip untuk di bicarakan. Entahlah... Apapun itu, pasti ada sangkut pautnya dengan cogan SMA HARBA.

"Tau dari mana lo Feb?" tanya Evita sambil menyeruput es jeruk yang tadi di pesannya.

"Gue stalking media sosialnya, trus gue nemu foto Kak Ghani bareng sama keluarganya, dan bokapnya itu Pak Subroto," jelas Feby.

" Kak Ghani yang wakil Ketua OSIS itu bukan sih?" tanyaku memastikan.

"Iyaps, tepat banget." Feby mengacungkan jempolnya ke arahku.

"Trus apa hubungan nya sama kita kita? entah dia anaknya Direktur, Presiden, atau penjual sandal jepit kek, gak ada urusan nya kan sama kita." Kali ini Misel menimpali dengan santai, aku sempat ketawa mendengar penekanan nya pada kalimat SANDAL JEPIT.

Sebenarnya ada benernya juga yang di bilang Misel, semua itu tidak penting. Tapi menurutku tidak ada salahnya kalau bergosip tentang orang lain, asal tidak mencibir yang tidak-tidak.

"Yah, Misel gak seru ih." Evita mendumel.

"Tau tuh," begitupun dengan Feby.

Sementara aku hanya tertawa menangapi mereka, sedetik kemudian di susul oleh tawa khas Misel. Selalu menyenangkan melihat sifat lucu mereka, apalagi di saat mereka berbeda pendapat, tidak ada yang mau mengalah sampai akhirnya aku atau Misel melerai.

Kami berempat mengobrol santai seraya mengunyah makanan yang kami pesan, sampai tak lama kemudian seorang siswi yang duduk di meja sebelah ku berseru.

"Eh, liat tuh ada Kak Rafi, Kak Darma sama Kak Rehan." Siswi berambut keriting pendek itu setengah berbisik.

"Mana?" siswi di sebelahnya ikut antusias.

Sementara kami berempat yang mendengar hal itu langsung menoleh ke arah si senior, yang ternyata berada tak jauh dari meja kami, tepatnya di meja pojok sebelah kami.

Meja pojok yang tadinya kosong seperti tempat keramat kini di isi oleh beberapa cowok yang di klaim ganteng oleh seluruh  siswi SMA HARBA.

"Ya ampun Kak Rafi... gateng banget," kata Evita yang tak sungkan-sungkan memandangi Kak Rafi.

"Sal, itu Kak Rehan, yang lo bilang ganteng waktu itu kan? Kalau di lihat dari deket emang ganteng sih, uhh." Feby menyengol lengan ku.

"Iya" jawabku.

"Sa, denger denger kak Rehan itu Playboy loh." Ujar Evita yang langsung membuatku tersedak saat meminum jus.

"Memang kelihatan muka-muka playboy gitu?" tanyaku.

REHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang