14

1.1K 87 7
                                    

Baru saja bel pulang sekolah berbunyi. 

Aku dan Misel berjalan menuju gerbang sekolah, setelah berpisah dengan Evita dan Feby yang hendak pergi ke ruang guru.
Katanya, Feby masih ada urusan dengan Bu Susi-guru Bahasa Indonesia. Aku tak begitu tau, tapi yang jelas bukan tentang pelanggaran.

Sepanjang jalan menuju gerbang aku dan Misel berbincang-bincang sambil sekali-kali tertawa menertawakan topik pembahasan yang kami buat.
Sampai beberapa detik kemudian,  tawaku terhenti ketika melihat seorang cowok sedang bertengger di atas motornya. 

"Ada apa Sa? " Tanya Misel berhenti di sampingku setelah menyadari langkahku terhenti.

"Bentar deh,  itu kan Kak Rehan. " Aku menyipitkan mataku dan mengarah ke cowok yang berada tak jauh di depan ku.

"Eh iya iya,  itu Kak Rehan." Komentar Misel setelah mengikuti arah mataku.

"Samperin gih sana!" Misel menyenggol lenganku.

"Enak aja. Gue kan gatau kenapa dia  ada di sana, " Jawabku.

"Siapa tau lagi nungguin lo. "

"Ngak lah,  mungkin dia lagi nunggu seseorang,  yang jelas udah pasti bukan gue! " Kataku penuh penekanan.

"Terserah lo deh. "

Akhirnya aku dan Misel kembali berjalan perlahan. Mencoba sekalem mungkin.  Berjalan santai seperti biasanya.

"Lo mau pulang bareng ngak? " Kata Kak Rehan yang membuatku dan Misel refleks menoleh ke arahnya.

Sejenak aku  dan Misel saling tatap,  tidak yakin kalau Kak Rehan tadi benar-benar berbicara ke arah kami.

"Lo mau pulang bareng gue nggak?  Ditanya malah diem, "  ujar Kak Rehan lagi. Kali ini tepat mengarah kepadaku,  saat posisiku sudah tepat di depannya,  yang hanya berjarak beberapa langkah saja.

Kalau boleh jujur, kalimatnya itu lebih mirip perintah di banding pertanyaan.

Misel yang berada di sampingku segera menyenggol lenganku.

"Lo nanya ke gue Kak? " Tanyaku dengan menunjuk diriku sendiri.

"Iyalah,  siapa lagi kalau bukan lo. "  Kak Rehan lalu tertawa pelan.

Aku bingung harus menjawab apa saat ini.

"Owh, " Aku tidak tau kenapa kata singkat itu keluar begitu saja dari bibirku,  yang lebih mirip bisikan dari pada perkataan.

Aku menoleh pada Misel yang kali ini sudah mengernyit ke arahku. 

"Udah Sa,  mau aja. Cepetan! " Bisik Misel.

"Jadi gimana,  lo mau pulang bareng gue apa ngak? "

"Hm, boleh kak. " 

Akhirnya aku meng-iyakan saja tawaran Kak Rehan.  Mungkin tidak ada salahnya juga.

"Buruan naik! " Kata Kak Rehan lagi yang kali ini dengan raut wajah lebih santai.

Sekali lagi aku memandang Misel, dia mengangguk. Lalu mengarahkan dagunya ke jok motor Kak Rehan. Memberi isyaratku untuk segera naik ke motor Kak Rehan.

"Sel gue duluan yah, " Kataku pelan.

Lalu segera naik ke motor Kak Rehan,  dan misel melambaikan tangan ke arahku dengan senyuman.

Motor Kak Rehan melesat cepat,  berpapasan dengan penguna jalan lainya.
Pertanyaan terbesar ku kali ini adalah,  kenapa Kak Rehan tiba-tiba menunggu ku di depan gerbang dan mengajakku pulang bersamanya?

Akhir-akhir ini aku memang sering gobrol di chatingan dengan Kak Rehan,  tapi itu tidak setiap hari,  dan juga tidak lama.  Kak Rehan memang sering tersenyum padaku saat berpapasan di sekolah,  tapi bukan kah itu hanya karena Kak Rehan orang ramah?

Lalu kali ini,  Mengantarkan ku pulang untuk yang kedua kalinya? 

Menurut kalian ini apa? 

Hanya sekedar modus atau bagaimana?

_______________________

Salam
Nisaaumrh

REHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang