Tinggalkan jejak saat membaca.
Votment!!!
____________________"Pa, nanti anterin Salsa ke konter deket sini yah," ucap ku pada papa saat selesai makan malam.
"Ngapain Sa?" tanya papa.
"Mau benerin HP Salsa yang rusak Pa."
"Memang HP kamu kenapa, kok bisa rusak?" kali ini mama yang bertanya padaku, Mama masih sibuk membereskan sisa-sisa makanan di meja.
Sementara Kak Galih dan Ara masih sibuk makan."Itu Ma..., tadi jatuh di jalan," jawabku pelan.
"Kok bisa jatuh?" tanya mama lagi.
"Tadi kesengol temen waktu di jalan," jawabku sekedarnya.
Aku tidak mungkin bercerita tentang kejadian tadi siang sepenuhnya, lagi pula hal itu tidak terlalu penting.
"Kenapa bukan temen kamu aja yang benerin, kan dia yang nyengol." Kak Galih ikut berkomentar.
Aku sempat bingung harus jawab apa, yang akhirnya hanya kubalas dengan tatapan datar. Tidak mungkin kalau aku menyuruh Kak Arga atau Kak Rehan yang memperbaiki ponsel ku, walaupun sebenarnya itu hakku untuk minta pertanggung jawaban. Tapi aku memilih untuk tidak mempermasalahkanya lebih larut.
"Sudah sudah, nanti Papa antar," ujar Papa seraya mengusap mulutnya dengan tisu kemudian berdiri dan melangkah pergi.
Untung saja Papa dan Mama tak begitu mempermasalahkan kerusakan ponselku, hingga tak ada lagi yang perlu di khawatirkan.
Setelah makan malam aku membantu Mama membawa sisa-sisa piring kotor ke wastafel, dan merapikan meja makan.
Mama meraih spon dan menghidupkan kran, bersiap untuk mencuci piring."Mau Salsa bantu nyuci Ma?" tanya ku yang berada di samping Mama.
"Udah gausah, Kamu siap-siap gih sana, katanya mau ke konter. Nanti kemaleman loh."
"Eh iya Ma, Salsa ke kamar dulu yah."
Mama mengangguk, dan aku langsung naik menuju kamarku untuk ngambil sweater.
Aku mengambil hp ku di atas meja dan memasukkan nya ke kantong sweater kesayanganku ini. Lalu segera turun menemui Papa.
"Pa, ayo berangkat." aku sudah berdiri di samping Papa yang sedang menonton siaran berita di televisi.
"Coba Papa lihat dulu HP kamu." aku memberikan ponsel ku ke Papa.
"Kalau cuma Retak sedikit ya ngak perlu di ganti layar nya Sa, masih oke ini!"
"Tapi masih bisa di benerin kan Pa? Ngak sampek nginep di konter kan HP nya?"
Aku memanyunkan bibirku, kesal juga kalau ternyata ponselku benar-benar rusak.
"Apa mau beli yang baru aja?" tanya Papa yang membuat ku antusias menatapnya.
"Yah... Papa, emang rusak nya segitu parah yah sampai harus ganti yang baru?"
Sebenarnya aku tidak ingin membeli ponsel baru, karna walaupun dapat yang baru dan lebih bagus, itu artinya aku harus adaptasi lagi dengan ponsel baru.
Aku menyayangkan foto-foto, berkas, chat, aplikasi dan lain sebagainya.
Apalagi ponsel tersebut adalah hadiah pemberian Papa saat umur ku genap 15 tahun kemarin. Jadi wajar saja kalau aku tidak berminat untuk membeli ponsel baru."Hahaha gak begitu parah juga Sa, yasudah ayo berangkat, nanti keburu malem." Papa tertawa melihatku yang cemberut.
Akhirnya aku dan Papa berangkat ke counter terdekat, naik motor Papa.
Dan kebetulan jarak counternya tak begitu jauh, Jadi belum sampai setengah jam aku dan Papa sudah sampai ke tempat tujuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
REHAN ✔
Teen FictionCerita ini Ringan, Benar benar ringan. Sengaja di buat agar pembaca bisa senyum senyum sendiri. _________________ Kisah ini bermula ketika aku menjadi murid baru di SMA Harapan Bangsa, disitulah awal aku mengenal sosok REHAN ADITYA MAHENDRA, cow...