29

1.2K 67 1
                                    

Sudah dua minggu, Keadaan tidak berubah.
"Makasih tante" Mama mengangguk pada Misel,  mama baru saja mengantarkan dua gelas jus jeruk segar dengan kripik singkong manis yang mama beli dari penjual kripik keliling saat lewat depan rumah.

"Jadi lo udah bicara sama Feby?" Tanyaku,  Misel sibuk mengunyah kripik singkong. "Kabar bagus sal, gue rasa Feby mulai berniat baikan sama lo, dia gak tega waktu lihat lo nangis di taman belakang sekolah,  dia juga merasa bersalah"

"Hah,  jadi Feby lihat gue di taman belakang sekolah?"
"Iya"
"Tapi... " Misel melanjutkan,  raut wajahnya berubah masam.
"Tapi apa?"
"Tapi saat gue ngajak dia ke rumah lo dia nggak mau,  katanya gak enak mau ngomong sama lo"

Aku diam,  berfikir sejenak.  Mungkin harus aku yang meminta maaf dulu.  Aku segera mengambil handphone dan mem-Video call Feby.

Tutt tutt tutttt

Satu pangilan tak terjawab. Hingga tiga kali aku mem-Video call Feby,  tetap tidak ada jawaban.  Handphone nya aktif,  tapi entah kenapa belum juga di angkat.
"Feby sibuk kali sal,  makanya gak di angkat".
" Jam segini biasanya Feby main hp sel,  lagi pula lo kan tau sendiri tuh anak gak bisa jauh jauh dari hp nya,  katanya takut ketinggalan live Ig personil BTS" Jawabku.
"Gatau deh" Misel mengedikkan bahu.

"Coba lo Vc lagi,  siapa tau di angkat!" Aku mengangguk dan mencoba menghubungi Feby lagi. Aku masih menunggu jawaban,  dan tak lama kemudian terdengar suara melengking dari seberang. Layar handphone ku menampilkan wajah Feby yang berada di dalam kamarnya.  "Hai" Katanya.

Aku dan Misel sontak tersenyum,  membenarkan posisi duduk kami,  Misel menaruh plastik kripik singkong di sebelahnya,  demi mendekat kepada ku.
"Halo Feb" Sapa ku dengan senyuman.
"Hai Feb" Misel melambai kan tangan,  sedikit menyenggol ku demi terlihat di kamera.

"Feb, gue Minta maaf yah, persahabatan kita berantakan gara gara gue" Lirih ku.
"Lo gausah minta maaf sal,  harusnya yang minta maaf tuh gue.  Gue udah sadar sekarang,  maafin gue yah"

Aku mengangguk,  dengan senyuman lebar.   "Nah gitu dong,  dari kemarin kek" Misel menyahut, dia ikut gembira.  Kami bertiga tertawa,  tawa Feby putus putus terdengar dari layar Handphone,  wajah nya masih memenuhi layar.

"Sal,  lo gak perlu jauhin kak Nael demi gue"
"Tapi Feb... "
"Please gausah pakek Tapi.  Gue bakal ngambek lagi kalau lo sampek ngejauhin kak Nael.  Oke?"
Sekali lagi aku mengangguk mantap, kembali menatap Feby.  Dia Tersenyum.
"Feb lo nggak papa? " Tanyaku.
"Hadeh...  Lo nih apa apaan sih,  kenapa masih di tanya juga,  lo kan tau gue gak papa,  sehat sehat aja kok hahaha.  Lo gak perlu tanya perasaan gue.  Gue udah ikhlas.  Memang selama ini gue egois...  Dan gue gak mau keegoisan gue berlarut larut sampai buat orang lain terluka"

Tanpa di sadari mataku berkaca kaca,  tiba tiba saja aku merindukan Feby,  ingin rasanya memeluknya setelah dia mengucapkan kalimat barusan.
"Feb...  Lo sahabat gue kan?"
"Bukan!" Feby memutar boal mata,  Malas.
"ya iyalah gue sahabat lo, masa iya sahabatnya Kucing" Ekspresi Feby membuat ku tertawa.  Di ikuti Misel. Sedetik kemudian Misel memelukku, Aku terharu. sangat senang rasanya memiliki mereka bertiga,  Feby,  Misel dan Evita.  Oh iya Evita...  Aku langsung menyambung kan panggilan VC ke Evita,  dan tak perlu menunggu lama, wajah Evita terpampang di layar handphone, bersisihan dengan Feby.

"Haiiiiiii, teman teman gueeee yang gemesin,  kyut kayak Berbie. Tapi masih lebih kyut gue hahaha, pada rindu gue yah?"

"Mulai deh dramanya" Kataku judes menanggapi sapaan heboh ala Evita tadi.  Dia hanya nyengir,  dan aku tertawa setelahnya.  Tentu saja judes ku tadi hanya bercanda.  Kami berempat mengobrol dan saling melempar jokes. Senang rasanya mendapat kembali 4 makhluk langkah di semesta ini.

REHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang