22

1.2K 79 3
                                    

Part kali ini lebih panjang,  semoga gak bosen bacanya :')
_________________

Lonceng pulang sekolah berbunyi.

Aku menatap kosong papan tulis yang penuh rumus fisika, atau mengabaikan misel yang memperhatikan Mr. Nicol di pelajaran terakhir dengan ekspresi terpesona.

Ku akui guru bahasa Inggris itu sukses melunak kan hati murid nya dengan wajah tampan khas orang barat dan gaya mengajarnya yang rileks,  menyenangkan. Biasanya aku pun antusias mengikuti pelajaran tersebut,  tak jauh beda dengan Misel,  tapi berbeda untuk kali ini. 
Waktu ku habis ku gunakan melamun. Urusan perjodohan itu terus bergelayut di pikiranku,  tanpa ada solusi yang terlintas setelahnya.

"Sa, gue masih heran waktu kak rehan tiba tiba nyamperin lo di kantin, waktu sama kak nael lagi,  dan lo bilang dia cuma mau tanya soal pulang sekolah?  Aneh".
Ujar misel memulai obrolan,  kami berjalan melewati koridor menuju gerbang. Setelah berpisah dari evita dan feby tadi.

Mereka pulang lebih dulu,  sedangkan aku dan misel piket membersihkan kelas.  Aku sempat mengangguk saat evita dan feby melambaikan tangan, sebelum akhirnya meninggalkan kelas.

"Menurut gue,  tujuan kak rehan bukan cuma itu, sebenarnya tadi kak rehan ngak datang ke kantin sendirian" Misel melanjutkan.

Aku berhenti sejenak demi mendengarkan perkataan misel.  Setelah dari kantin tadi siang,  aku langsung bercerita pada evita, feby, dan misel. Tentunya karena mereka mendesak ku.  Aku menceritakan semuanya termasuk kedatangan kak rehan yang tiba tiba,  tapi ternyata mereka sudah tau hal itu.

"Maksud nya gimana? " Tanya ku pada misel.

"Tadi di kantin  gue sama anak anak berpapasan sama kak rehan dan teman temannya,  trus kak rehan masuk ke kantin,  sedangkan teman teman nya gak jadi ke kantin,  mereka balik gitu aja.  Seakan akan emang sengaja membiarkan kak rehan nyamperin lo sendirian" Jelas misel.

"Tapi seharusnya mereka bisa duduk di tempat lain kan? Kenapa malah gak jadi ke kantin?"

"Mana gue tau" Misel mengedikkan bahu ringan.

Kami melanjutkan berjalan santai menuju gerbang.
Sekolah perlahan sepi, hanya satu dua anak yang terlihat berlalau lalang di Koridor.  Kami berjalan melewati lapangan,  menyusuri pingiran dan membiarkan anak anak basket berlatih di tengah lapangan.
Entah mereka tau atau tidak kalau sekarang waktu nya pulang sekolah,  mereka tampak asik mengoper bola ke sana kemari. Mata ku tertuju pada cowok tinggi yang yang baru saja meloloskan bola ke dalam ring, dengan kain kuning di lengan kanannya bertuliskan kata captein.

Itu kak nael,  dia terlihat keren saat berdiri di tengah lapangan seperti ini, sekilas aku lupa kalau dia adalah cowok dingin yang kutemui di perpus beberapa hari terakhir.

"Lo ngeliatin siapa sih sa?" Misel di sebelah ku berkata pelan.

"Huh,  enggak.  Jalan yuk! " Jawabku dengan menoleh ke misel,  berhenti sejenak lalu kembali berjalan.

Aku menatap kak nael sekilas, rasanya ada sesuatu yang membuatku ingin melihat kearahnya, sampai sedetik kemudian aku tertengun. Kak nael melihat ke arahku, pandangan mata kami bertemu, dia memandang datar, tanpa senyuman.

Seketika itu juga aku tertangkap basah telah memperhatikanya, lalu segera mengalihkan pandangan ke depan,  tak ingin jika kak nael salah paham.
Bodoh! Seharusnya kak nael tak boleh tau kalau aku memperhatikanya tadi. Batinku.

"sa kayaknya ojek pribadi lo dari tadi nunggu di situ,  liat deh! " Misel menyenggol lengan ku,  membuat ku sedikit terkejut.

Kami berjalan semakin menjauh dari lapangan sekolah dan tepat menuju gerbang.  Mendapati kak rehan sudah bertengger di atas motornya. Melambai, lalu tersenyum ke arahku.

REHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang