Jangan bertanya seberapa senangnya aku hari ini. Aku jingkrak-jingkrak tak karuan di dalam kamar.
Setelah Kak Rehan menghentikan motornya tepat di depan rumah ku tadi, aku langsung masuk ke dalam rumah, setelah mengucapkan Terima kasih dengan senyuman.Senyum singkat Kak Rehan tadi masih membekas di ingatanku, pasalnya karena aku terlalu bahagia.
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur, setelah melemparkan tasku ke sembarang tempat. Aku memandang langit-langit kamarku, lalu tersenyum. Pikiranku masih penuh dengan Kak Rehan. Senyumnya, wajahnya, tawanya, bahkan aromanya ketika aku tadi berbicara dekat di lehernya.
Aku menarik bantal di sampingku, menenggelamkan wajahku di bawah bantal, Masih tetap dengan raut sumringah.
Astaga! Entah berapa kali aku tersenyum sendiri seperti ini.
Aku merubah posisi ku menjadi tengkurap sambil menompang dagu. Kak Rehan masih bergentayangan di kepala ku. Ah-sial, sulit sekali melupakan adegan saat aku berada di jok motornya tadi.Aduh salsaaa, udah-udah, lo gak boleh kepikiran Kak Rehan terus, inget dia bukan siapa-siapa lo.
Aku menepuk jidatku sendiri, menyadari bahwa sedari tadi pikiranku dan perasaanku sedang beradu argumen. Pkiranku masih penuh dengan Kak Rehan tapi hati kecilku sadar kalau ia tidak seharusnya berharap jika nantinya tidak ingin sakit hati.
Akhhhh fiks aku sudah gila!!!!
Huft.
Aku menghela nafas berat, mengambil Ponselku di dalam saku, lalu mengetikkan sebuah nama yang tertera di sana, aku menghubungi Feby.
"FEBY ... !!!" Teriak tepat ketika ponselku baru saja terhubung di sebrang sana.
"Eh, anjirrr santai aja napa, telingga gue sakit denger lo teriak-teriak." Terdengar suara Feby mengomel di sebrang sana. Aku terkekeh kecil mengabaikannya.
"Ya ampun Feb, demi apa gue seneng banget hari ini! " Kataku penuh semangat.
"Kayaknya gue udah bisa nebak lo seneng gara-gara apa."
"Yeee sok tau kan."
"Pasti ini gara-gara Kak Rehan, kan?" tebaknya.
"Eh tapi gimana cerita nya? " tambah Feby kemudian.
Aku bangun dari posisi ku yang tengkurap, lalu duduk bersila di atas kasur dan menarik bantal yang segera ku peluk.
"Gue tadi di anterin pulang sama Kak Rehan, " Jelas ku akhirnya. Masih dengan nada-nada bahagia di setiap kata yang ku ucapkan.
"Kok bisa?" Suara Feby terdengar terkejut.
"Jadi tadi itu.... " Akupun menceritakan pada Feby tentang Kak Rehan yang tadi mengantarkanku pulang.
"Sa, jangan-jangan Kak Rehan suka sama lo!"
Suara Feby terdengar meninggi 1 oktaf. Dia langsung berkomentar setelah aku menuntaskan ceritaku.
"Yaelah, enggak mungkin lah Feb," elak ku.
"Eh, tapi lo masih ingat kan apa yang gue bilang waktu itu?"
"Yang lo bilang kalau Kak Rehan itu playboy? iya gue masih ingat."
Feby memang pernah bilang kalau Kak Rehan itu orangnya playboy. Tapi aku belum bisa memastikan gosip itu benar atau sekedar karangan fans-fans nya Kak Rehan yang patah hati.
"Bisa aja kan kalau dia itu cuma modusin lo, menurut gue lo harus hati-hati Sa."
"Hmm bisa juga sih," Jawabku lirih dengan memindah letak ponsel ke telingga sebelah kiri.
"Cuma ada dua kemungkinan, yang pertama Kak Rehan suka sama lo jadi dia berusaha nge-deketin lo dengan alibi merasa bersalah karena Kak Arga nge-jatuhin HP lo. Yang kedua, dia cuma modusin lo, dan sekedar main-main aja, dia kan playboy,"
jelas Feby panjang lebar.Aku mengernyit mendegar apa yang di katakan Feby, banyak kemungkinan yang aku sendiri juga bingung. Sebenarnya apa yang di katakan Feby ada benarnya, tapi entahlah...
"Kak Rehan suka sama gue? Haha, yah gak mungkin lah Feb, menurut gue Kak Rehan tadi nganterin gue pulang cuma karena dia kasihan ngeliat gue yang sendirian nunggu ojek di depan gerbang," jawabku yang juga mengebu-gebu.
"Tapi dia sengaja banget kan nyamperin lo di depan gerbang sendirian, kalau mau tanya tentang HP lo kenapa dia gak tanya waktu di kantin tadi siang, kan dia tau kalau lo ada di sana?"
Aduh, bocah ini semakin membuat ku bingung, dan sibuk menerka-nerka.
"Ah-gatau deh, gue bingung nih." Aku menghempaskan tubuh ku di atas kasur, karena pegal duduk sedari tadi. Kepala ku pening memikirkan berbagai kemungkinan.
"Hahaha dasar bego lo." Terdengar gelak tawa Feby yang mirip nenek lampir dari telpon, membuat ku semakin kesal.
"Yaudah Feb, gue ngantuk mau bobo dulu, bye...."
"Eh Sa-"
Tut tutut tuttt
Aku menutup sambungan telpon sebelum Feby berbicara dan semakin membuat ku pusing. Kuletakkan ponselku di atas laci sebelah tempat tidur.
Beberapa detik kemudian Aku menatap ponselku lagi, sempat terbesit untuk membuka obrolan dengan Kak Rehan via WhatsApp untuk bilang Terima kasih padanya, siapa tau dengan begitu nomor ku akan di save dan bisa ngobrol sering-sering dengannya.
Tapi, tadi aku sudah mengucap kata Terima kasih kepada nya, harus kah aku berterima kasih lagi? Apa itu tidak terdengar terlalu basa-basi?
Hm, chat tidak yah?
Aku mengigit bibir bawahku, mengernyit, lalu mengambil ponsel ku dengan ragu.
Akhirnya aku memutuskan dengan mengirim pesan pada Kak Rehan, aku mencari salah satu nama di sana yang telah ku simpan beberapa hari yang lalu.
Hei kak,
Aku menulis kata itu di papan keyboard, lalu menghapusnya lagi karena berpikir kalau itu bukan kata yang cocok untuk mengawali obrolan.
Kak, gue Salsa yang tadi lo anterin pulang, btw makasih yah.
Aku menulis kalimat itu lalu menghapusnya lagi, terdengar menggelikan, atau mungkin terlalu... kaku?
Aku bingung mau nulis apa, astaga.
Kak makasih yah udah nganterin aku pulang.
Akhirnya kata itu yang sanggup aku ketik dan kirim ke Kak Rehan dengan berbagai macam pertimbangan.
Aku menutup kembali ponsel ku karena ternyata Kak Rehan sedang offline.
Aku menghela nafas berat, membayangkan Kak Rehan akan membalas chat ku dengan berbagai kemungkinan. Ku taruh kembali ponselku di atas laci. Dan kembali berbaring. Aku tidak ingin terus-menerus memikirkan Kak Rehan.
Hari ini melelahkan, sekaligus menyenangkan.
Aku memejamkan mataku perlahan, dan membiarkan sepatu ku yang sedari tadi belum ku lepas. Saking semangatnya bercerita pada Feby sampai lupa untuk melepas sepatu.
____________________
Tekan bintang untuk melanjutkan. ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/205442140-288-k366509.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REHAN ✔
Teen FictionCerita ini Ringan, Benar benar ringan. Sengaja di buat agar pembaca bisa senyum senyum sendiri. _________________ Kisah ini bermula ketika aku menjadi murid baru di SMA Harapan Bangsa, disitulah awal aku mengenal sosok REHAN ADITYA MAHENDRA, cow...