13

1.3K 88 3
                                    

Selepas dari Perpus, aku berjalan santai di Koridor menuju kelas. Melewati jajaran kelas 12 yang menghadap ke timur.
Cukup lenggang,  karena tak banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang.  Wajar saja karena jam istirahat telah usai.

Awalnya langkah ku santai dan tenang, sampai beberapa detik kemudian seketika memelan  tepat ketika sorot mataku menangkap  seorang cowok tengah duduk di sebelah cewek berambut sebahu. Mereka tampak akrab sekali.

Aku terkejut dan refleks memperhatikan mereka. Degup jantungku semakin cepat, perasaan aneh tiba-tiba muncul tanpa ku mengerti.

Mataku tak mungkin keliru. Tidak salah lagi, cowok itu Kak Rehan,  dan...  Siapa cewek di sebelah nya itu?

Tidak ada pilihan lagi selain berjalan melewati mereka berdua,  tidak mungkin kalau aku tiba-tiba berputar arah. Itu akan tampak memalukan.  Dalam hati aku menyesal, kenapa aku tadi tidak melewati tangga di ujung kanan saja,  tak apa walaupun jalurnya lebih jauh menuju kelasku, dari pada harus melewati Kak Rehan yang tengah berduaan dengan... entah siapa lah cewek itu.

Dengan pelan aku berjalan di Koridor, mencoba sebisa mungkin melewati mereka.  Ah-sial. Entah perasaan aneh apa yang ku rasakan saat ini, jantungku berdetak lebih cepat. Situasi ini lebih canggung dari pada aku dan Kak Nael yang saling bungkam di Perpus.

Aku semakin mendekatkan langkah ku pada mereka, berjalan perlahan sambil melirik ke arah samping dimana Kak Rehan mengobrol dengan cewek itu.

Tunggu sebentar, bukankah cewek itu adalah senior kelas 11 yang juga anggota PMR?  Aku pernah melihatnya saat MOS waktu itu.

Yah-Aku ingat Kakak itu pernah membantu Misel saat dia pingsan di upacara penutupan MOS. Tidak salah lagi. Tapi masalahnya aku tidak tau nama kakak senior itu, aku hanya pernah melihatnya saja.

Tenang Salsa tenang,  kalem oke!

Aku menarik napas pelan. Baru saja berhasil melewati mereka berdua, tawa ceria si cewek senior itu terdengar bahkan setelah aku melewatinya. Satu hal yang membuatku semakin gugup, ketika aku sadar bahwa Kak Rehan memperhatikan ku lewat di depannya. Walau tanpa menyapa aku tau kalau dia melihat ke arahku.

"Siapa sih Re, Kamu kenal?" Cewek di sebelah Kak Rehan mendekatkan tubuhnya pada Kak Rehan seakan berbisik. Nyatanya bukan berbisik, karena aku mendengarnya. Kalimat itu yang membuatku yakin bahwa Kak Rehan melihatku.

Tapi tunggu, kalau tidak salah dengar cewek itu ber Aku-kamu saat bicara dengan kak rehan.  Bukan bahasa gaul gue-elo seperti kebanyakan teman seangkatan lainya. Aku penasaran, Sedekat apa hubungan mereka? 

Mereka seperti...
Ah sudahlah.

Setalahnya aku sama sekali tidak menoleh, menghiraukan jawaban Kak Rehan atas pertanyaan cewek tadi. Sayup-sayup suara mereka tertinggal jauh.

***

Sesampainya di kelas aku langsung duduk dan bertompang dagu. Ada perasaan aneh yang mengajal sejak tadi. Bahkan aku sendiri tidak mengerti.

"Kenapa tuh muka? Gitu amat nekuknya?" Tanya Feby iba melihat muka lesu ku.

Aku hanya mendengus kasar tanpa menjawab pertanyaan Feby.

"Lo kenapa Sa,  gak biasanya murung gitu dari Perpus?" Tanya Misel, ikut menoleh ke arahku.
Kini Evita juga memperhatikanku seakan menunggu cerita dariku.

"Gue sebel aja tadi liat mereka," Kataku dengan wajah cemberut.

Entah dari mana asalnya, jawaban itu terlontar begitu saja dari bibirku. Tanpa melupakan statement 'tidak ada hubungan apapun di antara Kak Rehan dengan Salsa.'

REHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang