Motor kak rehan mendarat tepat di depan rumah. Deru motornya berhenti. Aku berdiri di samping kak rehan, tersenyum ke arahnya dan mengucap Terima kasih.
"Langsung masuk dan istirahat" Ujarnya.
"Oke siap" Jawabku penuh semangat.
"Yaudah kalau gitu gue balik dulu" Kak rehan mengedipkan sebalah matanya, menggodaku. dasar.
Aku hanya mengangguk pelan. Lalu membiarkannya pergi, motornya melaju menjauh, aku terus memandangnya hingga tubuh kak rehan dan motornya hilang di kelokkan depan.
Setelah memastikannya pulang, aku bergegas masuk ke dalam rumah, dengan senyum mengembang. Kak rehan benar benar membuatku tak bisa melupakan ucapan nya tadi. Hari ini teramat menyenangkan, jika biasanya aku pulang sekolah dengan raut muka masam karena lelah, tapi tidak untuk kali ini, aku lebih ceria dari biasanya.
Bahkan aku melupakan niat ku sendiri untuk melupakan nya, sepertinya niat itu tidak jadi terlaksana. Ah-cinta memang membuat labil.
"Kenapa tuh senyum senyum sendiri, kak salsa gila ya?" Suara lantang seseorang spontan membuat langkah ku terhenti.
Tatapan ku mengarah pada dua bocah yang tengah duduk di ruang tamu, seorang bocah laki laki sedang sibuk membaca buku, sedang bocah perempuan di sebelah nya menatapku penuh curiga. Siapa lagi kalau bukan ara.
"Enak aja ngatain gue gila, kamu tuh yang gila" Sewot ku tidak Terima.
"Lagian baru masuk udah senyum senyum gajelas" Dia menggelengkan kepalanya, seakan melihat kejadian ganjil yang baru saja terjadi.
"Suka suka gue dong" Jawab ku sengak.
Aku melirik ara dan temanya yang masih sibuk dengan buku buku di depan meja ruang tamu. "Tumben belajar, biasanya gak pernah tuh" Sindir ku.
Ara menatap ku tajam, sepertinya dia tidak Terima aku mengucapkan kata 'Tumben'.
"Reza... Tumben dia ada di sini, belajar bareng lagi. Palingan kalian gak niat belajar, iya kan?" Aku menatap dua bocah itu bergantian. Reza temanya ara. Anak tetangga sebelah.
Reza balik menatapku, tanpa menjawab. Terlihat cuek cuek saja tanpa mengubrisku.
Issh, bocah bocah ini sama sekali tidak tau cara menanggapi sopan orang lebih tua, Batinku."Ih kakak gatau yah, Reza ini pacar aku. Iya kan za..." Ara mengerlingkan sebelah matanya pada Reza, dan Reza memasang raut terkejut. Lalu kembali membaca buku. Aku sempat menahan tawa melihat reaksi Reza yang seakan menolak.
Bilang apa Ara tadi?
Sejak kapan adek menyebalkan itu berubah jadi ganjen kayak gini... ish."Apaan dah, halu, masih bocah juga" Aku menepuk jidat ku sendiri. Dari pada gajelas menanggapi Ara, lebih baik aku meninggal kan mereka berdua. Terserah lah dengan mereka berdua, lagi pula tidak mungkin ara berpacaran dengan Reza.
Melihat Reza bermain dengan ara saja membuatku heran, kenapa anak cuek seperti Reza mau berteman dengan bocah cerewet seperti Ara.Aku bergegas menaiki tangga, lalu berhenti di ujung tangga sebelum memasuki kamar, mendengar mama memanggilku dari belakang.
"Salsa"
"Iya ma?"
Mama menjinjing ranjang pakaian berisi pakaian bersih, sepertinya mama baru saja mengambil pakaian dari jemuran.
"Loh, kamu kok sudah pulang, bukanya sarah bilang kamu mau kerumahnya setelah pulang sekolah?" Ujar mama, membuat ku bingung. Aku mengernyit tidak mengerti.
"Nael mana? Kamu pulang di antar nael kan?" Tambah mama yang semakin membuatku bingung.
"Apa sih ma, Salsa nggak ke rumah tante sarah, dan nggak di antar kak nael juga" Jawabku.
"Lah, kamu ini bagaimana sih Sa, tadi itu... tante Sarah telpon mama, katanya dia nyuruh nael ngajak kamu kerumahnya, dia mau ngasih kamu sesuatu, gatau deh apaan. " Mama mengedikkan bahu.
Aku terdiam, menatap mama datar.
"Emangnya nael nggak kasih tau kamu sa?" Tanya mama kemudian. Lalu membenarkan letak ranjang pakaian.
"Enggak ma"
"Hadeh... Kalian ini, yaudahlah. Besok kamu tanya nael, kenapa dia gak kasih tau kamu, saat ini sarah pasti nunggu kamu di rumahnya"
"Mama kebawah dulu, kamu cepet ganti pakain trus bantuin mama di dapur" Tanpa menunggu jawabanku mama suda berjalan menuruni tangga. Sambil sesekali mendumel tak jelas.
Jika yang di katakan mama benar, lalu kenapa kak nael tidak memberi tau ku? Bahkan tadi siang kami sempat bertemuq cukup lama di kantin. Sedikit pun dia tidak mengajak ku pulang bersama nya atau memberi tau kalau tante sarah menunggu ku di rumahnya.
Aku memasuki kamar dengan pikiran penuh tentang kak nael.
Kenapa kak nael tidak bilang saja saat itu, jika aku tau tante sarah ingin menemui ku tentunya aku tidak akan pulang bersama kak rehan. Tak apalah. Asalkan tidak mengecewakan tante sarah. Aku memang tidak setuju dengan perjodohan ini, tapi aku tidak membenci tante Sarah, dia sudah ku anggap seperti mama.
Hanya ada dua kemungkinan, kak nael tidak ingin menggagalkan acara jalan jalan ku dengan kak rehan atau memang kak nael tidak berniat mengajakku pulang bersamanya.
__________________
Salam
Nisaaumrh

KAMU SEDANG MEMBACA
REHAN ✔
Teen FictionCerita ini Ringan, Benar benar ringan. Sengaja di buat agar pembaca bisa senyum senyum sendiri. _________________ Kisah ini bermula ketika aku menjadi murid baru di SMA Harapan Bangsa, disitulah awal aku mengenal sosok REHAN ADITYA MAHENDRA, cow...