15

1.2K 94 6
                                    

Banyak pertanyaan yang tumpang tindih di pikiranku. Tentang Kak Rehan yang saat ini sedang memboncengku dan sikap menyenangkan yang dia lakukan terhadapku lainnya.
Tetapi jangan lupakan kejadian saat aku melihatnya dengan Kak Cassandra tadi siang.  Hal itu termasuk tanda tanya terbesar yang belum terjelaskan.

"Loh, kok berhenti di sini kak? " Tanyaku saat tiba-tiba motor Kak Rehan berhenti di pinggir jalan.
Di sebuah taman kecil dengan para pedagang makanan di pinggiran jalan.

"Lo ga laper? " Tanyanya setelah melepaskan helm yang ia kenakan.

"Ehm ... "

"Buruan turun, " Tambah Kak Rehan.

Aku belum sempat menuntaskan perkataan ku tadi. Saking gugupnya dan bingung harus menjawab apa.
Saat ini aku sudah berada di samping Kak Rehan. Jarang-jarang aku bisa melihat Kak Rehan dengan jarak sedekat ini. Ya Tuhan, manisnya.

"Gue tau lo pasti laper kan,  nasi goreng di sini ngga kalah enak sama nasi goreng di restoran-restoran sana,  lo harus cobain sendiri rasanya,  yuk! "

Aku kaget ketika Kak Rehan dengan tiba-tiba menarik pergelangan tanganku,  semua berjalan begitu saja tanpa aku sadari.  Kak Rehan terus berjalan menggandeng tanganku dan aku hanya memperhatikannya dari belakang,  tanpa sadar bibirku tersenyum.

Dia baru melepaskan tanganku ketika sudah sampai di depan pedagang nasi goreng.  Aku masih menatapnya,  dan seperkian detik kemudian Kak Rehan menoleh,  tatapan kami bertemu lalu beralih pada pergelangan tanganku yang masih di genggam,  menyadari hal itu Kak Rehan pun buru-buru melepaskannya. Sungguh moment paling mendebarkan yang pernah aku alami.

"Eh,  sorry-sorry. "

"I ... iya kak, ga papa."

Aku gugup, namun aku juga tidak bisa menyembunyikan senyumanku saat ini.

"Nasi gorengnya dua pak! " Kata Kak Rehan pada bapak penjual itu.

Kami duduk di kursi panjang dan saling berhadapan.
Tak banyak kendaraan yang berlalu di daerah sini, yang banyak hanya pejalan kaki karena dekat dengan taman.  Suasananya tenang dan nyaman, mungkin itu sebabnya Kak Rehan mengajakku makan di tempat ini.

Aku kira Kak Rehan akan langsung mengantarkanku pulang, tapi ternyata tidak. Sepertinya tidak ada alasan yang spesifik mengapa Kak Rehan mengajakku ke sini selain karena lapar.

Sederhana memang, tapi aku suka.

"Lo pasti heran kenapa gue ngajak lo pulang bareng. " Aku spontan mengangkat wajahku saat dia melontarkan pertanyaan yang aku tunggu-
tunggu jawabanya sedari tadi.

"Kenapa kak? " Tanyaku.

"Buat pembuktian aja. " Kak Rehan senyum menyeringai,  aku tidak paham dengan senyumnya kali ini.

"Maksudnya?"

"Buat pembuktian ke temen-temen gue kalau gue bisa ngajakin lo jalan. "

Dam!

Aku membelalakan mataku sempurna.  Apa maksud kalimatnya itu?
Pembuktian macam apa? 
Dan Kak Rehan begitu santainya menjawab seperti itu?

"Gue,  gue masih ga paham kak." Kataku pelan, aku mengernyit. Kak Rehan tersenyum.

"Udah jangan di pikirin, ga penting juga, " Katanya kemudian.

"Pak sama es teh manisnya dua! " Teriak Kak Rehan pada bapak penjual nasi goreng.  Sengaja menghiraukanku yang masih kebingungan.

Aku harusnya senang karena bisa sedekat ini dan makan bareng Kak r
Rehan. Tegapi kalimat Kak Rehan tadi sempat membuatku merasa terganggu.

Walaupun senang, aku harus tetap mengingatkan diriku sendiri untuk tidak terbawa perasaan saat bersama Kak Rehan, alias Baper.
Aku masih sadar kalau aku bukan siapa-siapa.

REHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang