26

1.1K 76 3
                                    

Jika biasanya aku dan teman teman ku pergi ke kantin saat jam istirahat untuk makan siang...  Tidak untuk kali ini. Kami berempat memilih makan bekal kami di tepi lapangan,  sambil menonton anak ekskul basket latihan,  mengoper bola kesana-kemari. 

"Wah...  Bekal kita samaan yah,  pada bawa roti semua, padahal kita nggak janjian loh, emang yah... Kalau namanya sahabat pasti kompak. kayak punya ikatan batin tersendiri gitu, unchhh.... so sweet bangggeeetttt" Evita bertepuk tangan ria setelah melihat ku dan feby membuka kotak makan berisi roti kering.  Nada bicara nya yang terkesan imut di buat buat membuat ku menahan tawa,  apalagi mendengar logat bicara nya di kalimat terakhir, sangat lucu... hingga membuatku ingin menjitak kepalanya.

"Sayang nya gue bawa nasi goreng hari ini, tebakan lo salah Vit,  ish ish" Ujar misel santai sembari membuka kotak makannya. Evita yang menyadari itu langsung cemberut.  "Misel gak seru ih, selalu bikin suasana nggak sweet" Evita menggerutu.
"Lain kali kalau mau samaan bilang bilang dulu,  kan gue bisa siap siap hahaha"  Jawab misel dengan tertawa.  Aku dan feby yang dari tadi menyimak saja ikut tertawa.

Kami duduk di kursi bertingkat dekat lapangan, kursi bertingkat yang selalu di penuhi siswa siswi saat menyaksikan pertandingan basket.  Tempat ini mirip seperti tribun bagi anak anak SMA Harba.  Dan biasanya kursi bertingkat ini di gunakan anak anak SMA harba untuk sekadar bersantai saat jam istirahat.

" Ya ampun kak nael emang the best dah  kalau lagi main basket.  Nyetak skor mulu dari tadi, keren". Ujar feby setelah menelan roti yang di pegang nya.  Sedari tadi feby tak henti henti nya menatap tim basket bermain di lapangan,  kulihat kak nael berhasil meloloskan bola ke dalam ring. Feby berteriak histeris, di susul oleh evita dengan antusias.  Aku menggelengkan kepala melihat reaksi mereka berdua, lalu tersenyum,  begitu pun Misel.

Aku mengigit roti berisi selai untuk ketiga kalinya,  mengunyah nya perlahan. kemudian terkesima  ketika mendapati sebuah bola menggelinding ke arahku,  dan berhenti tepat di ujung kakiku. Aku sedikit  mendongak melihat seseorang berlari menghampiriku.  "Woy bola nya!" Dia berseru.

"Biar gue yang kasih bolanya" Sebelum aku sempat mengambil bola itu,  feby sudah terlebih dahulu bangkit dari duduknya dan mengambil bola itu.  Dia terlihat antusias.

"Kak Nael ini bolanya" Ujar feby seraya menyodorkan bola ke arah kak nael. Kak nael yang masih ngos-ngossan berusaha tersenyum.Kini  Mereka berdua berdiri tepat di depanku. Feby tersenyum manis,  dan kak nael menerima bola dari tangan feby.  "Makasih" Ucapnya singkat, datar seperti biasa. "Sama-sama Kak" Jawab feby masih dengan senyumannya.

Aku melanjutkan memakan roti,  merasa tidak perlu memperhatikan terlalu lama.  "Salsa...  Lo disini" Tanya kak nael kemudian,  dia beralih menatapku.  Dan aku spontan mendongak balik menatapnya. 
"Eh iya kak" Jawabku,  aku tau kak nael hanya basa basi untuk menyapaku.

"Kak nael sendiri...  Latihan basket nya udah selesai?" Tanyaku.

"Gaesss..." Bukannya menjawab, Kak nael malah melambai ke arah teman temanya di tengah lapangan.
"San,  vid, Ram... kita latihan nya selesai,  besok lanjut lagi" Ujar nya lantang ke beberapa temannya,  yang ku tau salah dua di antara mereka adalah kak sandy dan kak David

"Sal... Kemarin lo bilang pengen belajar basket, mau gue ajarin?"Ujar  Kak nael membuatku terkesima dengan tawarannya.
Dari belakang evita berbisik kepadaku "mau aja Sa,  mau...  Buruan". Sementara misel menyenggol-nyenggol lenganku.  Aku balas melotot pada mereka berdua.

" Tapi... "

"Iya kak,  salsa mau...  Iya kan sa?" Belum sempat aku menjawab,  evita sudah merampas kotak makan ku,  dan mengerlingkan matanya.

REHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang