Tidak sampai setengah jam, kami sudah sampai di rumah Tante Sarah dan Om Jaya.
Mama menekan bel rumah Tante Sarah saat kami sudah berada di depan pintu berwarna putih yang tertutup rapat itu. Aku memandangi sekitar. Walau malam hari, rumah Tante Sarah terlihat bersih. Di tambah lagi dengan desain modern dari rumah ini, Tampak lebih bagus dan mewah.
Beberapa menit kemudian, seorang wanita paruh baya membukakan pintu dan tersenyum ramah, yang kuyakini dia adalah Tante Sarah.
"Akhirnya tamu istimewanya datang juga. Udah di tungguin loh dari tadi. " Tante Sarah menyambut kami antusias. Wajahnya ceria, terlihat lebih muda dari umurnya.
"Gimana kabar kamu Mirna? Lama loh kita udah nggak ketemu. " Tante Sarah memeluk Mama erat, dan ber-cipika-cipiki.
"Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana Sar, udah betah kayaknya yah tinggal disini? " Kata Mama dengan sumringah.
"Yah, seperti yang kamu lihatlah Mir," Jawab Tante Sarah dengan di selingi tawa ringan.
"Kamu juga, gimana kabarnya Her? " Tante Sarah menyalami Papa dan di sambut ramah oleh Papa, tentunya dengan menjawab 'kabar baik Sar'.
"Hello cantik, siapa nih namanya yang kecil lucu ini? " Tante Sarah tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan menunduk menatap Ara di samping Mama.
"Ara tante ... " Jawab Ara dengan suara manjanya.
"Hmm imutnya. " Itu komentar Tante Sarah setelah Ara menyebutkan nama, yang menurutku imut karena di buat-buat.
"Ini pasti Salsa. " Kali ini Tante Sarah mendekatiku.
"Iyah Tante. " Aku mengangguk pelan dan tersenyum.
"Udah gede yah ternyata, cantik lagi." Tante Sarah mengelus rambutku pelan.
"Makasih tante, " Jawabku dengan tersenyum. Tidak ada lagi kata yang bisa aku ucapkan untuk menanggapi pujian Tante Sarah selain kata Terima kasih. walau sebenarnya aku tidak terlalu cantik, hm.
"Itu Herman sama Mirna kenapa ga di suruh masuk Ma?" Teriak seorang lelaki dari dalam rumah.
"Iya pa, ini juga mau masuk. "
Sepertinya yang tadi berteriak adalah Om Jaya, suami Tante Sarah.
"Ya ampun, sampai lupa ngajakin kalian masuk, yuk masuk! "
"Hahaha" Papa dan Mama hanya menanggapi perkataan Tante Sarah dengan tertawa pelan.
"Ayo sayang. " Tante Sarah merangkul bahuku dan mengajakku masuk rumahnya.
Tante Sarah baik sekali, batinku.
****
"Dion. kamu pangil gih kakak kamu di kamar, bilang diajak makan malam sama Papa dan Mama. " Tante Sarah berbicara pada anak kecil laki-laki yang baru saja melewati kami.
"Iya ma, " Jawab anak itu, lalu lari menaiki tangga.
"Dion sudah kelas berapa Sar, terakhir aku ketemu dia masih TK kan? " Tanya Mama pada Tante Sarah.
"Dion sekarang sudah kelas 6 SD, bentar lagi lulus. "
Ternyata Dion adalah anak dari Tante Sarah dan Om Jaya.
Papa dan Om Jaya sibuk ngobrol tentang bisnisnya, perkembangan kantor dan lain-lain tentang pekerjaan.
Sementara Mama membantu Tante Sarah menyiapkan makanan, tentunya aku turut membantu.
Jarak antara dapur dan meja makan sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi cukup untuk bolak-balik saat menyiapkan makanan.Beberapa saat kemudian, Dion-anak kecil tadi langsung duduk di meja makan, bergabung dengan Papa, Om Jaya, dan Ara.
"Dion, kakak kamu mana? Kok belum turun? " Tanya Tante Sarah.
"Katanya gak laper Ma, " Jawab Dion santai. Raut wajahnya tenang, aku rasa dion ini tipikal anak yang cuek, terlihat dari raut mukanya yang sedari tadi tidak ada ramah-ramahnya. Tersenyum saja tidak.
Melihat anak ini membuatku teringat pada seseorang.
"Ya ampun itu anak kebiasaan deh, bentar ya Mir ... Aku ke atas dulu. "
"Iya Sar, santai aja biar aku sama Salsa yang menyiapkan ini, " Ucap Mama dengan senyum.
Lalu Tante Sarah bergegas ke atas, menaiki tangga rumahnya.
"Kalau belum di paksa pasti gamau turun, isshh. " Aku masih bisa mendengar suara Tante Sarah yang mendumel tentang anaknya itu.
Aku jadi penasaran, anaknya Tante Sarah kayak apa yah?
Kalau dia cewek, semoga saja dia menyenangkan dan bisa berteman baik denganku. Kalau mamanya saja baik dan ramah seperti itu, apalagi anaknya.
Tapi kalau anak Tante Sarah cowok, semoga dia baik, sebaik mamanya.
Udah gitu aja.
"Gimana Ma? Mau turun apa ngga dia?" Tanya Om Jaya setelah Tante Sarah duduk di samping Dion.
Saat ini kami sudah duduk melingkar di meja makan, dengan makanan yang bermacam-macam di meja, sepertinya Tante Sarah memang niat mengundang keluarga kami malam ini.
"Bentar lagi juga turun, " Kata Tante Sarah lalu menoleh ke arah tangga, yang terlihat dari meja makan.
Tak lama kemudian.
"Nah itu, sudah turun sendiri. "
Spontan semua mata memandang ke arah seseorang yang tengah berjalan menuruni tangga, atau lebih tepatnya berjalan kearah kami di meja makan.
Aku membelalakkan mataku, terkejut.
Bagaimana mungkin?
Aku menatap lekat-lekat cowok yang berjalan semakin mendekat itu. Cowok dengan kaos casual hitam itu berjalan menuju meja makan. Semakin jelas saja wajahnya. Sungguh tidak asing lagi.Astaga!
Aku meneguk ludah, tidak menyangka kalau anak Tante Sarah adalah cowok yang satu sekolah denganku, yang akhir-akhir ini sering bertemu denganku, bahkan tadi siang. Di perpustakaan.
"Nael, sini duduk! "
___________________
Bagaimana jadinya jika Nael dan Salsa duduk di meja makan bersama dengan dua keluarganya?
Apa kalian bisa membayangkan se-canggung apa mereka nanti?
Oke, sebelum lanjut ke part selanjutnya, vote dulu yuk! ^^
Salam,
Nisaaumrh
KAMU SEDANG MEMBACA
REHAN ✔
Teen FictionCerita ini Ringan, Benar benar ringan. Sengaja di buat agar pembaca bisa senyum senyum sendiri. _________________ Kisah ini bermula ketika aku menjadi murid baru di SMA Harapan Bangsa, disitulah awal aku mengenal sosok REHAN ADITYA MAHENDRA, cow...