Di sekolah
Rasa rasanya aku akan lebih sibuk dalam minggu ini, bu susi guru bahasa Indonesia ku menugaskan kelas ku untuk mengisi mading sekolah minggu ini. Dan sial nya aku yang di tunjuk menjadi penanggung jawab kegiatan. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi jika tidak karena teriakan melengking feby, evita, dan misel yang meneriaki nama ku saat voting ketua pelaksana.
Mereka bertiga berhasil menghasut seisi kelas untuk memilih ku, hampir semuanya setuju dengan mengusulkan nama ku, kecuali aku tentunya. Aku yang mendengus kesal hanya mampu menangkupkan tangan ku di wajah, tidak bisa lagi menolak walau sudah membujuk bu susi sekalipun.
"Kenapa tidak andre saja bu, dia kan ketua kelas di sini" Bantah ku.
"Ini bagian yang cocok buat kamu, lagi pula nilai mengarang dan sastra bahasa mu cukup bagus, apalagi tema mading kita kali ini 'Mengenal sastra bahasa', nah kamu pasti bisa mengajari teman teman mu membuat mading yang sesuai... "
"Tapi kan bu... "
"Sudah jangan banyak tapi, sekali lagi membantah, saya kurangi nilai kamu.. " Ujarnya bengis. Kejam.
Saat ini aku sedang berjalan hendak kembali ke kelas, setelah dari ruang bu susi yang tentunya membahas tentang mading itu. Di ruang nya tadi dia berceloteh banyak hal, entah apalah tadi, setiap ucapannya hanya ku balas anggukan kecil. Pura pura mengerti.
Aku berjalan melewati koridor kelas 12. Jam istirahat sudah habis sejak 5 menit yang lalu, tapi tetap saja beberapa anak masih terlihat berkeliaran di luar kelas, hanya beberapa, mungkin sedang jam kosong.
Di sela sela jalan santai ku, tiba tiba ada sesuatu yang membuatku spontan terhenti. Mataku terpaku pada pandangan di depanku, seketika jantung ku berdetak lebih kencang, tubuhku lemas seketika. Hampir saja tidak bisa mempercayai apa yang ku lihat saat ini.
tak jauh dari tempat ku berdiri aku melihat kak rehan dan seorang cewek berdiri berdekatan. Mereka mengobrol, tampak akrab sekali. Mendadak mataku memanas melihat kejadian itu. Yang lebih parahnya lagi, kak rehan sedang memegang tangan si cewek, tersenyum memperlihatkan gigi nya, lalu tangan nya sigap membelai rambut si cewek. Sementara cewek itu tersenyum saja, dia bukan kak Cassandra. Entah lah siapa itu.
Aku tetap mematung, lalu tak sengaja kak rehan melihat ke arahku, wajahnya seketika berubah, yang tadinya tersenyum mendadak memasang raut terkejut. Tatapan kami bertemu.
"Salsa... "
Kak rehan yang menyadari kedatanganku segera menghampiriku. Terlambat. Aku sudah tidak tahan melihat kejadian barusan, aku sudah berbalik arah lalu berjalan terburu buru. Dengan emosi yang tiba tiba datang entah dari mana.
"Salsa tunggu, sal... Gue bisa jelasin" Kak rehan memegang tanganku, berusaha menghentikan langkahku.
"Lepasin" Bentak ku.
"Sal, gue bisa jelasin" Langkahku terhenti. Aku melihat kak rehan di samping ku, lalu melirik sekilas ke belakang, cewek itu tetap berdiri di sana.
"Apa sih kak, gue mau ke kelas!"
"Sal, gue nggak mau lo salah paham" Kak rehan meraih tanganku yang segera ku tepis.
"Sal, please jangan salah paham dulu".
"Gue... Gue, akan putusin cewek itu demi lo. Gue serius, cuma lo yang se..."
"Putus?" Ujar Ku memotong kalimat kak rehan. Rahang ku mengeras, mendadak emosi ini semakin memuncak.
"Kalian pacaran? Sejak kapan? " Nada bicara ku meninggi satu oktaf. Yang di tanya hanya diam saja, kak rehan menatap ku gusar.

KAMU SEDANG MEMBACA
REHAN ✔
Novela JuvenilCerita ini Ringan, Benar benar ringan. Sengaja di buat agar pembaca bisa senyum senyum sendiri. _________________ Kisah ini bermula ketika aku menjadi murid baru di SMA Harapan Bangsa, disitulah awal aku mengenal sosok REHAN ADITYA MAHENDRA, cow...