"Jas"

1.7K 141 1
                                    


Udara yang semula terasa dingin, akibat semalaman hujan kini mulai terasa hangat. Ku picingkan mata, ternyata matahari tanpa malu sudah menampakan diri.

'Sudah pagi ternyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Sudah pagi ternyata. Hihi' bisik ku .
Ku raih handphone dinakas, jengjeng pukul enam lebih tigapuluh menit. Mama.. aku telat..
Dengan ala kadarnya aku mandi tergesa gesa, memakai baju ala kadarnya. Toh nanti dikedai ganti seragam. Celana jeans berwarna hitam, kaos polo warna putih, sepatu converse. Sip. Ayok, sepuluh menit lagi karyawan harus masuk.
Kedai memang buka pukul tujuh lebih lima belas menit, tapi bagi karyawan jam tujuh tepat harus standbay. Untung kosan dekat, tujuh menit sampai.
Namun kesialan menghampiri, mahasiswi menabrak ku tepat saat lima langkah lagi sampai depan kedai.  Minuman yang dibawa mahasiswi tumpah mengenai kaos poloku yang berwarna putih. Arrghhh.. ya Tuhan..

"Aduh.. adek. Kenapa.?!"  Sungutku ketika anak kecil menarik narik ujung kaosku. Belum beberapa menit kejadian tumpah menumpah, ditambah anak siapa sih ini.

"Ini buat kakak. Dari bapak bapak" si anak memberikanku sebuah jas. Jas..?

"Eh.. dek, ini.." belum selesai ngomong si anak sudah lari ."dari siapa?"

Berhubung dikejar waktu, ya sudahlah kupakai saja. Toh buat aku kan..? Hihi

*

"Ow ow ow.. keren banget loe pake jas segala" rangga, pengantar pesanan mencibir.

"Buruan ganti, keburu bos dateng" ariel mengingatkan

Jam beralalu, pengunjung semakin ramai. Namun aku juga belum bertemu si bos. Dasar php, janjinya pagi ini. Kenapa aku belum ketemu bos? Karena saat aku melamar disini, ada pak imung sang manager yang juga kaki tangan si bos. Apa kata pak imung, si bos its oke. Untung pak imung baik, jujur. Kalo tidak..

"Dor!!!" Bujubuneng, astaghfirullahal'adzim.. ku geplak tangannya. Ariel malah ngakak. Untung kedai sepi .

"Heh lampir pak bos kok belum kelihatan yah? Jadi ngga sih kesini. Udah dandan juga"

"Dandan mbahmu, tuh iler masih njepet. Nangkring disudut bibir. Mandi ngga sih loe.?!" haha dengan pedenya ku gelengkan kepala sekaligus nyengir.

"Busyet dah loe tuh cewek ki. Pantes ajah diumur loe yang mau dualima masih jomblo. Jones loe."

"Eh, masalah sugar daddy. Gue punya kenalan, temennya temen gue. Dan siang ini dia mau mampir kesini." Lanjutnya

"Heh boneng. Gue kan belum ngiyain. Kampret emang loe. Ogah gue nemuin." Bayanganku itu sugar daddy, om om tua perut buncit pala botak. Omaigosh.. no !

"Tenang tenang.. dia belum tau loe kok. Loe tinggal nganter pesenannya. Lirik dia. Udah. Setuju kabarin gue." Ujarnya jumawa dan datang pelanggan yang mau memesan.

*

Dug dug dug suara bedug menandakan waktu dzuhur.
Tenang itu bukan bunyi bedug kok, tapi suara jantungku.. takut iya, minder iya. Bayangkan wajah kumel, bedak bayi udah ilang, lipglos ilang.. mati kutu.
Tuh tuh benarkan.. mati kutu. Ternyata si Sugar daddy lebih dari tampan. Walaupun cuma memakai tshirt putih polos, celana jeans navy .
Bule !! Tinggi, tidak terlalu kurus, putih, hidung mancung ( bule masa pesek? Wkwkw), mata coklat, rambut coklat keemasan.. bolehlah bungkus..

"Mbak, cappucinno satu meja nomer lima" suaranya.. serak serak basah.. ibarat es batu diterpa sinar matahari. Meleleh cyn..

"I.. iya. M.. mas..ja.di li..ma..bel..as ribu" tuh kan sangkin meleleh sampai ngmong pun terbata .
Mas sugar daddy pergi menuju meja dekat pintu masuk. Setelah ariel membuat pesanannya, aku yang diminta untuk mengantarkannya. Rangga? Masih banyak pelanggan. Karena di sini cuma tiga karyawan, empat ditambah bagian cuci cuci.

Dag dig dug dag dug makin dekat makin kencang bunyi jantungku. Maklumlah, seumur umur belum tau yang namanya pedekate. Laki laki yang dekat hanya ofar dan mas hito.
Ku letakan cangkir di depannya sambil sedikit meliriknya. Setelahnya aku melangkah menuju kasir, belum melangkah mas sugar daddy menahan tanganku.

"A..ada lagi mas?" Kupukul mulutku yang salah ngucap "maksudku ada pesanan lagi atau perlu bantuan saya?"

Mas sugar terkikik, lalu berdeham.
"Santai ki. nama kamu yuki kan?" Aku mengangguk. Lalu tersadar, kok dia tau namaku?

"Ini kartu nama saya. Kalo kamu minat, saya mau jadi sugar daddy kamu" lho lho lho.. tidak beres si ariel. Awas saja.

Ku ambil kartu namanya. Lalu melangkah terburu buru menuju kasir. Si Ariel ngikik ditempatnya. Barista.

"Ki, dipanggil bos diruangannya" suara rangga mengudara




😅

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang