Tamat

1.8K 96 37
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas pelan, kelakuan mas rio makin ke sini makin jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas pelan, kelakuan mas rio makin ke sini makin jadi. Untuk apa dia membeli kartu remi? Untuk bermain denganku? Apa dulu dia pernah melihatku bermain kartu sama ofar? Oh gusti.. itu kelakuanku dulu, sekarang aku sudah insyaf, sudah menjadi ibu. Seberusaha aku menjaga kelakuan dan ucapanku, agar kelak anak anak ku tidak meniru. 

Membiarkan pesan mas rio, aku kembali fokus ke ibara. Tumpukan kartu yang semula dia pegang kini berhamburan, menyisakan satu kartu di tangannya dan dengan tampang penasaran dia emut kartu remi bergambar hati. Segera aku ambil kartu tadi, inara menatapku lalu dengan sabar aku menggeleng seraya memberi pengertian pada dia "ini kertas sayang, nggak bisa dimakan. Kotor, banyak kuman. Nanti kumannya masuk ke perut inara gimana? Inara bisa sakit perut" Dia melepeh kartu tadi. Lidah terjulur jijik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang