Mendung bukan berarti hujan.
Yuki Anggraini
Jenuh, sejujurnya aku jenuh. Andai sosok di sampingku tidak secuek ini, pasti aku sudah luwes mengajaknya ngobrol ngalor ngidul bahas kancut. Ngomong ngomong ukuran kancutnya mas rio apa yah? Bukan. Yang aku penasaran ukuran isinya, jangan jangan manug nya gede. Anjir lu yuk, pikiran kok nganu mulu.
'Toko jamu, aneka jamu tersedia. Jamu galian singset, jamu kuat, jamu pembesar kelamin pria, macam jamu da di sini' pantes pikiran lu nganu yuk, orang lu baca tulisan gede di depan kiri jalan yang mengandung nganu. Tunggu kayaknya ada yang kelupaan."Mas? Bukannya tadi kita udah lewat sini?" Tanyaku pada mas rio yang tengah fokus menyetir. Sesekali dia melirik handphone nya yang tergeletak di dashbore.
"Mas..!" Bentak ku. Yes berhasil. Dia menengok ke arahku. Namun cuma beberapa detik tanpa bicara lalu fokus lagi ke jalanan dan hp nya.
robbi..
Sabarkan lah aku ini, dari cueknya makhluk di sampingku. Ku timpuk lu mas !Cit mobil berhenti di sebuah kedai kopi. Kayaknya familiar banget ini tempat. Tempat apa ya cuk?
Setelah kami keluar, bukan sih mas rio keluar duluan lalu masuk ke dalam kedai tanpa menungguku. Kampret kan? Kemudian aku menyusulnya, yang ternyata ini kedai milik mas rio. Pantes cuk pantes aku familiar.. orang ini kedai yang biasa aku kunjungi bolak balik. Lalu yang jadi pertanyaan letak kos ku dan kedai itu cuma tujuh menit, tinggal jalan kaki sudah sampai. Lah ngapain pake mobil muter muter segala macem kalo ujung ujungnya tempat tujuan cuma di kedai ini? Ngapain cuk?
Duh.. perlu di bedah ini isi kepala mas rio.
Nah itu si doi lagi bersidekap di depan pintu, mulutnya yang sedari tadi diam cuma ngucap masuk. Shit !
Aku ikuti dia masuk kemudian duduk di kursi yang mas rio persilahkan. Nuansa kedai berubah, meja kursi yang biasa tersusun rapih mendadak berubah. Hanya kursi yang terusun rapih menghadap panggung kecil di sebelah kiri. Di atas panggung kecil, ada sound system yang tengah di operasikan oleh dua orang.
Tumben? Mau ada acara apa?
Ku edarkan mata mencari sosok mas rio yang tiba tiba menghilang setelah menyuruhku duduk, namun sosoknya tidak tertangkap mataku. Lalu ku pandang meja barista, ada ariel tengah melambai ke arahku, kemudian bergulir ke kanan barista juga tengah berdiri ofar kacrut juga melambaikan tangan padaku.
Hey.. bukan lambaian tangan yang aku butuhkan, tapi jawaban tentang tempat ini yang tiba tiba berubah. Sudahlah yuk, nikmati pertunjukan apa yang akan kamu tonton. Mungkin ada sosok yang menyewa tempat ini untuk melamar kekasihnya, bisa jadi kan? Atau mas rio akan melamar sarah di depanku? Lalu kenapa saat ini belum dimulai karena menunggu sarah. Bisa juga kan?
Sabar yuk.. persiapkan hati dan mentalmu. Oke sip.'Tes tes'
Suara sesorang yang familiar mengalihkanku yang semula menunduk menjadi menghadap ke panggung yang terpisah oleh tiga baris kursi.
Mas rio berdiri di sana menggengam mix di tangan kanannya."Lagu ini saya persembahkan untuk perempuan yang saya cintai"
Pandangan mas rio tertuju pintu masuk di belakangku. saat ku tengok ke belakang di sana berdiri perempuan cantik yang tidak lain adalah sarah.
Kampret ! Tahan yuki.. tahan.. kudu strong.
Namun di sana bukan hanya ada sarah, melainkan sosok lelaki berdiri di sampingnya kemudian merangkul bahunya. Lho?"Yuki Anggraini"
Seketika kepala ku kembali menghadap ke panggung, mas rio tengah menatapku.
Mataku melotot dan mulutku menganga.
Demi? Tadi mas rio nyebut aku?"Yuki yang saya cintai, perempuan lucu yang penuh ekspresif dan juga menguasai pikiran saya."
Oh idoy, maafkanku. Rasa rasanya aku sudah tidak butuh lelaki berponi.
Di setiap doaku
Di setiap air mataku
Selalu ada kamuDi setiap kataku
Kusampaikan cinta ini
Cinta kita
![](https://img.wattpad.com/cover/208069886-288-k857131.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir atau Kesengajaan Belaka?
RomansaJungkir balik dunia yuki, membuat dia mau tak mau memutar otak untuk bisa bertahan hidup. "mas?" kupandangi wajahnya yang tersenyum manis mengandung arti . maksudnya apa ini? "ada yang bisa menjelaskan?" dengan isyarat mata kupandangi orang diseke...