Sembilan Belas

930 103 30
                                    

"Nduk, mau sarapan apa?" Suara mama dari dapur menggema sampai ke ruang tengah.

Biarin sajalah. Aku masih capek. Untuk buka mulut saja susah, mulutku kaya ada lemnya. Lem kata yang berasal dari ucapan mama dan mas hito tadi pagi membuatku down. Enggan berkata, mau apa apa juga males. Gini amat yak, meski hatiku juga belum jelas tapi ketika kartu merah diberikan oleh mama dan mas hito, hatiku rasanya kosong. Hampa cuk.

"Allahu robbi.." suara mama yang tadinya jauh kini seakan di sampingku.
Ku buka mata sedikit, mengintip dari ekor mata. Bener kan mama di samping sofa sedang berkacak pinggang. Mulutnya misuh misuh. Cobaan apalagi gusti...
Bodo amatlah. Aku menggeliat lalu merem lagi.

Tak

Aw! Ashh! Sakit bener ini kepala digetok. Baru jam setengah delapan sudah dua kali getokan.

Aku membuka mata, membuka mulut ingin memprotes. Tapi ku urungkan begitu melihat mama mengacungkan sutil di tangan kanannya.

Mama mendelik "apa?! Hem?! Disuruh mandi malah merem. Mau digetok lagi?"

"Hehehe" aku nyengir. Udah nyengir saja. Mau bagaimanapun, si nyonya itu ratu di keluarga. Segala titah tidak bisa dibantah.

"Hehehe" mama meniru "Sono mandi. Nanti sarapan, terus ke pasar habis itu bantuin mama masak. Kita jenguk mbakmu" mama menarikku bangun dari rebahan. Mendorongku yang setengah tidak rela bangun menuju kamar.

Dipandang pandang aku kaya kacung cuk, ke mana mana menuruti si majikan. Tangan kanan membawa tas jinjing gede, isinya daging sapi daging ayam sayur sayuran kangkung.
Tangan kiri sama hanya beda isi, buah buahan. Lah si majikan, di depanku. Tangan kanannya menunjuk setiap yang dia minat. Kadang terpekik girang saat menemui yang dia cari, kadang misuh misuh. Kaya sekarang ini..

"Hii ndak ada yang segeran apa buk? Mosok tomatnya bonyor semua?" Si nyonya memilah milah tomat di depan, kadang jari telunjuknya menonyol nonyol tomat. Kasian si tomat, nggak salah. Nggak tau apa apa, mau maunya ditoyol. Sabar mat.. aku juga begitu, katanya dan status di KK tertera anak. Tapi sering kali diperlakukan semena mena. Hiks

"Mbok yo ndak usah ditonyol gitu bu. Mau yang seger, tapi punya anak kok ndak seger." Ibu pedagang melirik ku sinis. Lho kok aku? Tangannya masih merapihkan dagangan yang mama obrak abrik.

Aku mengalihkan pandangan pada diriku sendiri, melihat dari bawah ke atas. Sandal jepit biru, daster tanpa lengan gambar keropi, rambut di cepol tinggi. Apanya yang nggak seger?

"Kalo ndak niat dagang ndak usah dagang buk. Mana bawa bawa anak saya. Padahal situnya ajah yang buluk.!" Sewot mama kemudian menarikku jalan ke depan.
Selama perjalanan ke luar pasar, mama masih saja misuh misuh kejadian tadi. Tidak banyak orang yang mengacuhkan kami, banyak mata yang melirik bingung, ada yang bisik bisik. Aku tersenyum maklum menanggapi mereka, sedangkan mama yang jadi pusat perhatian tidak peduli blas. Fyuh..

"Yuki.. nduk sini bantuin mama masak."
Di ruang tengah aku yang tengah santai sambil menonton acara buka bukaan dengan malas malasan menghampiri mama di dapur.
Di depan wastafel mama tengah mencuci daging ayam.

"Bantuin apa? Yuki males ma, pulang ke rumah pengen istirahat" ucapku lalu duduk di meja makan.

Mama manaruh kangkung beserta baskom kecil di depanku. Aku menaikan alis bingung. Ini kangkung di apain? Aku bisa masak cuma nasgor dan masak mie instan tentunya.

"Itu kangkung dipetik kecil kecil, masukin baskom terus dicuci. Habis itu irisin bawang sama cabe kalo tomat coba buka kulkas barangkali masih ada"

"Ma.. kangkung manfaatnya buat apa? " tanyaku disela sela memetik kangkung. Gila ini jempol udah sakit, kukunya warna ijo. Masih banyak juga kangkung yang belum dipetik. Gustii..

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang