Tiga Puluh Sembilan

1.6K 110 33
                                    

Masih nganu😩
👇

Akulah lelakimu.
Lelaki pertama dalam hidupmu dan selamanya akan seperti itu.

Rio Haryanto




"Kita tidur yah"

Itu ucapanku lima belas menit yang lalu, setelah memastikan yuki tertidur aku melenggang masuk kamar mandi menuntaskan hasrat lelakiku. Jujur memeluk yuki dengan keadaan seperti itu membuat hasratku makin membuncah.
Haha fu*k man !
Tidak tidak ! Aku tidak pernah merasa kecewa atas dirinya, justru aku bahagia telah menjadi lelaki pertama untuknya. Bahkan perasaan bahagia itu tidak mampu aku deskripsikan dalam sebuah kalimat. Seperti halnya aku mencintai dan memilikinya, yuki istriku.
Istriku yang menjelma bak dewi ketika tanpa sehelai benang pun menutupi lekuk tubuhnya yang indah. Bibirnya yang penuh seksi, payudaranya yang sintal dan pas digenggaman, pinggangnya yang ramping, pantatnya yang semok dan kaki jenjangnya.. ugh shit !
Hanya membayangkannya saja juniorku kembali tegang, meronta ronta ingin kembali memuntahkan isinya.

Menyalakan shower, persetan dengan rasa malu karena menyakiti yuki bukanlah tujuanku.
Lalu dengan perlahan ku gerakan genggaman tanganku pada juniorku. Imajinasiku melayang membayangkan lanjutan adegan ranjang tadi, dimana yuki pasrah dalam kuasaku dan semuanya tumpah mengenai dinding keramik.

Setelah puas aku kembali ke kamar dengan handuk yang melilit pinggangku, di sana selimut yang menutupi yuki tersibak menampilkan keindahan tubuhnya. Buru buru aku menghampiri lemari tanpa menengok yuki, takut akan ketipisan imanku.
Hanya memakai kolor aku kembali menghampiri yuki, tidur di sampingnya. Membenamkan kami dalam balutan selimut yang sama.

*

"Sayang.. mas pulang"

Lagi lagi teriakanku tidak ada yang menyahuti, keadaan depan rumah kosong, pintu tidak terkunci. Di mana yuki ku?
Segera aku melangkah ke kamar, namun saat gerakanku akan mengetuk pintu terhenti. Karena terdengar suara yang aneh yang berasal dari kamar tamu.

"Yang.. kamu cantik banget. Boleh yah?" Suara laki laki begitu kentara terdengar. Aku putuskan menghampiri pintu, mengupingnya.

"Boleh sayang, masukin ajah" kini suara perempuan yang sangat familiar di telingaku. Aku mempertajam pendengaranku.

"Yang.. ih jangan digigit nanti ada bekasnya gimana?" Lagi suara perempuan yang aku yakin itu suara yuki. Yuki? Tuhan..! Jangan benarkan perempuan itu yuki.

"Nggak apa apa, biar suamimu tau. Ada laki laki lain yang mencintaimu lebih darinya" bukan hanya suara lelaki itu namun dengan suara yang mirip desahan dan ranjang yang berdecit.

"Ahh pelan pelan mas stefan"

Stefan? Mendengar nama itu emosiku semakin memuncak. Dengan kasar ku dobrak pintu lalu pemandangan yang aku takutkan terjadi. Di sana yuki berada di bawah kungkungan stefan, keadaan mereka tanpa busana.
Keduanya menengok ke arahku, stefan melambai "hai rivalku" dengan pinggul yang masih bergerak naik turun.

Dan yuki tersenyum padaku, kemudian bibir bawahnya dia gigit, matanya yang semula menatapku kini terpejam. Menikmati hujaman stefan eh? Kurang ajar ! Ku tarik stefan dari atas yuki, ku pukul habis wajahnya. Persetan dengan akibatnya, beraninya dia menggumuli istriku.

Yuki hanya diam saja tanpa melerai atau bahkan memihak padaku. Dengan santai dia memungut pakaian yang berserakan dilantai lalu memakainya.
Bangs*at !
Lalu dengan tiba tiba aku terdiam merasa lelah dan pukulan yang aku perbuat tidak berarti. Bagaimana tidak? Stefan hanya diam bahkan wajahnya yang membiru berdarah mampu menampilkan seringaian. Tangannya dengan lihai memakai kembali pakaiannya.

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang