Delapan Belas

950 103 34
                                    

Setiap kata yang terucap
Pasti memiliki arti yang tersirat

Yuki Anggraini

Gila gila gila. Makhluk apa tadi yang aku temuin. Yang aku cibir itu si makhluk ghoib berbungkus, kenapa malah jadi ketemu mbak kunti?
Eh yang tadi termasuk mbak kunti nggak yah? Termasuk nggak pemirsah? Hayo jawab.. tak itung sampai tiga.
Satu
Dua
Tig... bruk bujubuneng aku nabrak apaan nyampe mental gini?
Sebuah tangan besar terulur. Stop.! Jangan percaya ki, barangkali itu suami si mbaknya tadi yang mau balas dendam.
'Ehem' kini berubah sebuah deheman.
Tuhkan tuhkan.. mama hiks

"Yee malah nangis, ini aku yuki.. stefan"

Aku mendongak melihat pemilik tangan besar tadi. Ternyata benar mas stefan. Untunglah.
Mas stefan mengulurkan tangannya lagi, ku sambut kemudian berdiri.

"Ngapain kamu di sini?" Tanyanya lalu merangkul pundak ku.

"Mbak ku lahiran, lah mas sendiri ngapain di sini?"

Kami sama sama berjalan lalu berhenti saat sudah sampai di depan kamar inap mbak felic.

"Ini kamarnya?"

Aku mengangguk, kemudian membuka knop pintu. Masuk ke dalam, mbak felic sudah tidur begitupun mama tidur di sofa kepalanya beralaskan paha papa, lalu papa antara tidur kadang merem saat kepalanya miring seketika melek.
Mas hito duduk di samping ranjang mbak felic, menatap mbak felic dalam diam, tangannya sesekali mengelus punggung tangan mbak felic.

"Mas.." ku colek lengan mas hito, dia menengok ke arahku. Ku sodorkan kresek yang tadi aku bawa.
"Dimakan"

Mas hito mengangguk, matanya berganti menatap ke sampingku. Bukan. Tepatnya di belakangku. Siapa? Si mbak kunti tadi ngikut? Err..

"Stef.." mas hito bangkit lalu menghampiri stef di belakangku.
Stef? Aku membalikan badan. Ealah mas stefan.. lah dia ngikut masuk juga?

"Hai hit. Gimana felicya sama anak loe? Sehat?" Kedua berjalan keluar ruangan . Aku? Entah setan apa yang merasukiku, aku mengikuti mereka berdua.

"Alhamdulillah baik. Loe sendiri gimana kabarnya? Celine gimana? Udah baikan?"
Mas hito mengajak mas stefan duduk di kursi depan ruangan. Aku? Berdiri di depan pintu. Bingung.

"Eng.." ada raut sedih di wajah mas stefan. Celine? Siapa celine?

"Celine.. baik" lanjut mas stefan.

"Kalo si ke.." ucapan mas hito terpotong oleh mas stefan.

"Yuki adek lho hit?"

Mas hito mengangguk. "Ohya sini yuk, kenalin ini temen mas sewaktu kuliah. Stefan kenalin ini yuki anggraini adek gue" mas hito menarikku ke sampingnya.

"Gue udah kenal adek lho hit. Dia.."

"Mas stefan teman yuki mas, ketemu di kedai. Kan yuki kerja di kedai." Potongku

"Oh baguslah. Makin banyak temen jadinya"

*

Berisik.
Ganggu orang tidur.
Ku rasakan beberapa air menetes di wajahku. Bukan menetes kayaknya. Tapi seperti cipratan. Apa hujan?

"Hujan gundulmu"

Aku membuka mata, kaget. Itu tadi suara siapa? Gede banget di kuping.

"Yuki.. nduk kamu anak perawan mbok yo bangun pagi."

Aku mengucek mata, menajamkan penglihatan. Onde mande.. mamak ku ini

"Duh ngimpi opo iki bocah. Wong semarang kok ngomonge bahasa padang" mama misuh misuh

Aku nyengir, tau apa yang aku dapetin? Getokan gayung di kepala pemirsah. Mama durhaka.

"Cepat basuh muka terus pulang ke rumah"

Di dalam mobil mama hanya diam memandang jalanan di sampingnya, entah memikirkan apa. Semalam aku belum sempat meminta maaf atas kejadian hampir dua bulan yang lalu.

"Ma.."

"Hemm.." mama menengok ku

"Aku minta maaf atas semua kelakuan aku selama ini" ku peluk mama, mama balas memeluk ku. Di usapnya rambutku.

"Mama juga minta maaf yo nduk, sikap mama berlebihan. Sekarang mama ndak maksa kamu sama temen mama" ucapnya melepaskan pelukanku

"Ohya seberapa dekat kamu sama stefan?"
Eh? Mama kenal mas stefan?

"Mama kenal?"

Mama mengangguk

"Cuma temen kok ma."

"Tapi stefan nggak bilang itu"

Eh? Gawat

"Dia bilang, gebetan kamu"

Aku terbelalak. Kampret.

"Eng.."

Mama mengambil tanganku, mama letakan di atas telapak tangannya .
"Mama memang nggak melarang kamu dekat dengan siapapun. Tapi kali ini mama mohon, untuk stefan mama nggak bisa"

"Kenapa ma?"
Mama menarik badanku ke pelukannya.
"Karena kamu terlalu istimewa untuk dia miliki. Dan alasan lainnya, biar dia yang menjelaskan"

Ting

Mas hito
turuti kata mas.
Anggap stefan sewajarnya sebagai teman.
Tidak lebih.
Mas sayang kamu ki

Maksudnya?



Selamat beristirahat🤗
Belum tak revisi, barangkali salah kata atau kalimat ngapuntene. Mohon maaf.
Kembali berjumpa hari sabtu.
See you🤗

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang