Dua puluh empat

981 100 16
                                    

"Kok kamu gitu banget sih mas?!"
Ku lempar bantal sofa ke arahnya. Dengan gesit mas rio menangkapnya.

"Hei.. itu insting lelaki. Mana ada lelaki yang rela perempuannya digaet orang. Tarik ulur lah.."

"Emang aku layangan !"

Sesaat kami sampai ke rumah dengan baju yang basah, mama menyuruhku dan mas rio ganti baju. Kebetulan ukuran baju mas hito sama jadi mama menyuruh mas rio memakainya.
Mas rio juga menceritakan semuanya dari awal. Ternyata dia sudah lebih dulu melihatku, berujung dengan dia berusaha mencariku yang ternyata sudah bekerja di kedainya tanpa sepengetahuan dia, dia juga yang memberikan jas melalui anak lelaki itu, dan dia juga melihat saat aku dan mas stefan pertama kali bertemu. Yang katanya dia kepanasan disiram api cemburu .
Aku ingat betul permintaan pertamanya jadilah sugar babby saya yang kalo dipikir pikir itu permintaan aneh dipertemuan pertama.
Dia juga melihatku tengah dicium mas stefan di depan kafe yang mengakibatkan dia bagai ditelan bumi, yang juga membuatku salah kirim whatsApp.
Saat dia dan mas stefan adu jotos, namun bukan kekasihnya yang menemaninya malah aku yang harus terkurung bersama sampai berujung ciuman maut kami. Wait..

"Siapa abg labil yang gelayutan manja manja kampret waktu itu?" Tanyaku memicingkan mata.
Wajah mas rio tiba tiba tegang.
Please.. berikan jawaban yang sesuai aku mau. Please..

"Kamu mau aku jujur?"

Aku mengangguk.

"Dia..."

"Kekasihmu?"

Diam

"Beneran dia kekasihmu mas?" Tanyaku lagi namun kali ini dengan nada sewot.

Mas rio menangkup kedua pipiku, menekannya sehingga bibirku yang tengah monyong tambah monyong. Wajahnya mulai mendekat, lebih dekat lalu dia miringkan wajahnya ke kanan. Matanya mengarah ke bibir monyongku. Lima centi lagi .

"Ehem !"

Doeng ! Mas rio menjauhkan kepalanya. Kami saling tatap kemudian terbahak bersama.
Asem tinggal sedikit lagi adegan sun sun manja, jadi buyar gara gara mama sengaja lewat sambil dehem.

"Cemburu lagi dong.." pintanya

"Siapa yang cemburu?" Elak ku . Bersidekap membelakanginya

"Kamu lah nduk."

"Enggak !"

"Iya !"

"Tinggal dijawab apa susahnya sih" dumelku

Mas rio terkekeh "kalo mau jawaban, sini dong ngadep mas"
Aku balikan badan menghadapnya.

"Dia sepupu mas, namanya rara. Kebetulan dia kuliah di jakarta"

Hek? Jadi yang aku cemburuin cuma sepupu?

Dia meraup wajahku gemas. "Duh jelek banget sih cewek mas"

"Mas ih ! Tangannya bau !"

Mas rio mencium tangannya "iya bau. Bau kamu. Hahaha" anjir.

"Mas.."

"Segala sesuatu pasti ada alasannya nduk. Mas yakin stefan ariel ataupun ofar pasti mempunyai alasan tersendiri. Berdamailah dengan diri kamu sendiri setelah itu kamu temui mereka, tanya baik baik"

"Mas rela nih kalo kemungkinan aku milih mas stefan?"

Mas rio kaget dengan pertanyaanku, namun sedetik dia menjawab.

"Kalo dibilang rela mas bohong banget. Ya jelas nggak lah nduk. Mas itu konsisten, pilih kamu ya kamu. Dan mas akan berusaha untuk mendapatkannya"

"Emang aku boneka di mesin permainan !"
Mas rio menariku dalam pelukannya.

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang