Dua belas

1.2K 86 6
                                    

Kenapa harus sugar babby kalo ada jabatan lain yang lebih pantas.
Kekasih, misalnya.

Yuki Anggraini

Pernah tidak kalian dihadapkan pada posisi di mana logika ingin berkata tidak namun hati dan keadaan berkata sebaliknya? Pasti pernah.
Kalo sudah tau jawabannya kenapa bertanya paijah.? Huehehe
Kalian tidak bertanya apakah aku pernah berada di posisi itu? Jahatnya kalian. Hiks
Aku kasih tau jawabannya.
Ya. Aku pernah.
Pernah mengalaminya beberapa menit yang lalu.
Aku yang belum mencerna keadaan dan kondisi hati saat itu, tapi dia. Mas stefan. Seenak jidat berspekulasi semaunya. Menganggap bahwa aku..

"Aku anggap yang tadi adalah jawaban 'Ya' kalo kamu mau menjadi sugar babby ku" ucapnya setelah kejadian panas ity terjadi. Panas ya?
Mengingat aktifitas beberapa detik yang lalu membuat pipiku panas. Sekaligus malu. Bagaimana tidak, itu adalah yang pertama bagiku.
Tapi mungkin tidak bagi dia, cara dia mengecup, membuatku terlena sehingga memberi akses untuk dia menyesap bahkan melumat habis bibirku, kentara sekali mas stefan begitu ahli di bidang itu. Cium mencium.
Ahli? Mas stefan ahli? Mengetahuinya membuat hatiku tercubit.
Rasanya tidak rela.
Bahwa bukan hanya aku yang menikmati bibirnya.

"Hei.. kenapa melamun?" Ucapnya. Dan entah sejak kapan, aku pun tidak menyadarinya. Bahwa aku sudah berdiri di samping ranjang pasien.
Mungkin dia yang melakukannya?

"Sementara aku meriksa pasien, kamu duduk di sofa dulu yah" lagi lagi aku bagai patung berjalan, diam membisu. Mencerna semuanya.

Selama bersama mas stefan tingkat kewarasanku berkurang. Seperti ketika dia ngomong, aku benar benar tidak mendengarkannya. Fikiranku entah ke mana, melalang buana.
Tanggapanku untuk semua perkataannya hanya sekenanya 'oh' 'ah' 'eh' 'yah' .
Tenang tenang itu bukan lagi anuan kok . Hahaha jangan mupeng lah.

Dia berdehem, membuat kewarasanku perlahan membaik.

"Kamu kenapa yuki? Dari tadi aku ngomong jawaban kamu cuma oh ah eh yah . Aku nggak lagi grepe grepein kamu, yuki.." sialan. Bahasa mas stefan menambah runyam fikiranku.
Sugar babby? Grepe grepean? Aargh..

"Yuki ! Stop it ! Kamu buat aku bingung ki." Bentaknya. Aku terksiap.
Mas stefan menghentikan mobilnya di dekat taman yang kebetulan sepi. Lalu menyampingkan badan menghadapku.

"Kamu kenapa? Ngomong sama aku ki. Apa yang kamu fikirin.?" Nadanya melembut "kasian ini dahi mengkerut mulu. Nanti cepet tua mau?" Dia mengelus dahiku.
Apakah terlihat sekali aku sedang memikirkan sesuatu?

"Aku nggak tau kamu kenapa karena kamu tidak cerita. Begitupun dengan jeritanmu tadi. Please cerita yuki.."

Ayo yuki cerita apa yang mengganjal. Biar tingkat kewarasanmu kembali sempurna.

"Eng.."
Mas stefan menggenggam kedua tanganku yang menangkup, memposisikan berada di tengah di antara kedua telapak tangannya yang besar.
Tarik nafas yuki.. hembuskan

"Apa soal perkataanku tadi? Di rumah sakit?"

Aku mengangguk. "Apa alasan mas stefan meminta saya menjadi sugar babby? Dan sepengetahuan saya sugar babby identik dengan.."

Ehm, aku berdeham untuk menetralisir jantung yang berdetak kencang "begituan" akhirnya.. terucap juga.

Jhahahah . Responnya sebuah tawa terbahak. Kampret.

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang