Dua Puluh Sembilan

932 112 55
                                    

Ketika masa lalu masih yang terindah. Kamu yang remukan peyek bisa apa?

Yuki Anggraini


Setiap usaha pasti menghasilkan bukan? Kayaknya iya deh cuk. Iya kan? Iya dong.. Tapi beda kasus denganku, aku kira setelah dia melihat senyuman manisku dia akan mengejarku nyatanya nggak.
Saat aku meminta kembali ke kamar sebelumnya pada tante indah, dengan ikhlas dia ngucap ya udah kalo kamu nggak mau di kamar mas juga ndak papa. Kamu bisa make kamar sebelah. Beneran dia nggak merajuk seperti sebelum sebelumnya? Oke sip. Mungkin setelah tidur siang dia kembali seperti semula, lalu meminta maaf serta menjelaskan semuanya. Oke. Aku tunggu mas.
Iya sebatas tunggu ! Setelah menjelang sore hingga kini kami bertemu pak dharma untuk meeting, mas rio bersikap biasa saja bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun. Ya. aku maklumi kita harus bersikap profesional di depan klien, tapi bukan berarti sikap dia dari rumah sampai restaurant juga harus berubah. Mulai dari menanggalkan panggilan nduk yang sebenarnya mulai aku suka, tangannya yang biasa menggenggam bahkan perbuatan kecilnya seperti menepuk pelan, mengusap kepala bahkan mengelus pipi pun enggan dia lakukan.
Dalam hal ini sebenarnya yang salah siapa? Yang harus marah siapa? Aku kan? Oy cuk.. aku tanya serius ini, aku kan?
Mode manis gagal.
Mode pura pura nggak butuh gagal.
Mode diam juga gagal.
Kampret kan?

"Ini asisten pak rio?" Ujar pak dharma mengalihkan lamunan tentang mas rio. Si doi tengah mengeluarkan beberapa lembar kertas kontrak kerjasama .

"Iya pak dharma. Bisa kita mulai meetingnya?" Tanya mas rio. Di sampingku.

Meeting dimulai lalu mas rio memintaku menjelaskan semua rancangan -yang sudah aku dan dia rancangkan- kepada pak dharma, dengan sedetail mungkin. Yang alhamdulillah langsung disetujui pak dharma. Kemudian dilanjut mengenai menu dan penentuan tanggal pembangunan.
Sumpah jenuh bingit, oke untuk tanggal cepat ditentukan tapi untuk menu pembahasannya sampai ngalor ngidul dari sabang sampai merauke.
Sudah lah yuk dari pada diem macam patung pancoran mending gangguin ofar atau ariel yang lagi kerja.
Ide bagus.

"Duh kalo meeting sama pak rio itu rasanya waktu cepat berlalu" pak dharma menyodorkan kertas yang barusan dia tanda tangani kepada mas rio .
Tadi apa cepat berlalu? Cepat berlalu pala lu ! Iya bagi lur dua jam lebih berasa cepat berlalu karena pembahasan yang panjang kali lebar sama dengan luas. Lah aku nunggu bagai parasit. Lelah hayati pak tua . Fyuh
Mas rio menimpali perkataan pak dharma dengan senyuman. Sedangkan aku masih asyik dengan membalasi pesan dari dua kacrut.

Perhatianku beralih pada mas rio yang tengah memasukan kertas pada tas kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perhatianku beralih pada mas rio yang tengah memasukan kertas pada tas kerjanya. Lho? Sudah selesai?

"Terima kasih atas kerjasama nya pak rio. Awal bulan sudah bisa kita mulai penebangan." Pak dharma menjabat tangan pak rio. Kemudian beralih padaku. Eh? Dengan refleks aku menjabat tangannya.

"Terima kasih juga dengan mbak yuki,  ide anda brilian" lanjutnya lalu berdiri. Aku berdiri.

"Terima kasih atas pujiannya pak dharma" 

Takdir atau Kesengajaan Belaka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang