Treasure : Trying To Get Out

868 143 36
                                    

Chaeryeong terbangun, masih dengan pandangan yang gelap. Kepalanya sedikit pusing, perutnya kembali mengeluarkan suara. Chaeryeong sangat lapar.

Pintu baja terbuka, sudahlah Chaeryeong sudah sangat tidak peduli. Ia akan disiksa kembali pun tak mengapa, lebih baik ia mati daripada harus menderita ditempat seperti ini.

"Aku membawa beberapa makanan untukmu, jangan banyak bicara dan habiskan dengan cepat." Chaeryeong merasa bingung. Diantara para iblis disini apa ada malaikat?

Dengan lahap Chaeryeong menghabiskan makanan yang diberikan oleh lelaki asing didepannya.

Meskipun begitu, Chaeryeong cukup tenang. Perutnya sudah terisi kembali.

"Terima kasih." Ucap Chaeryeong pelan setelah lelaki tersebut memberikan air minum.

"Iya. Aku pergi."

BLAM

Disaat seperti ini yang ada pikiran Chaeryeong hanya San. Lelaki yang sudah tidak bernyawa itu begitu membuat Chaeryeong benar-benar jatuh sedalam-dalamnya. Dalam lautan cinta.

Chaeryeong tidak merasa berlebihan, ia menyaksikan beberapa drama. Tiga kali gadis di drama itu ditolong oleh lelaki asing saja, nama dan wajah lelaki asing itu sudah memenuhi pikirannya, bagaimana dengan Chaeryeong yang selalu dalam bahaya dan berkali-kali ditolong oleh San. Sungguh Chaeryeong sudah jatuh sedalam-dalamnya.

Jika saja malaikat itu bisa membantu Chaeryeong untuk keluar dari tempat ini, Chaeryeong akan merasa sangat senang.

Namun, bangunlah Lee Chaeryeong. Ini bukan saatnya kau bermimpi.

Irsyad dan Mirza? Siapa mereka? Mengapa lelaki itu menyuruh Chaeryeong untuk mengingat mereka?

Dari namanya saja sudah terbaca bahwa mereka pasti bukanlah orang Korea, pikiran Chaeryeong menerka bahwa nama itu berasal dari daerah Timur. Mungkinkah Pakistan? Arab? Maroko? Lebanon? Entahlah.

Chaeryeong mulai kembali merasa takut, suara langkah yang bergantian itu memenuhi sebuah lorong.

Sebentar lagi kau akan tamat, Lee Chaeryeong. Mereka semua akan menghabisimu. Batin Chaeryeong.

Krrriiieeetttt

"Lihatlah, Lee. Anakmu yang malang ini." Suara siapa ini? Chaeryeong baru mendengarnya.

Tak lama kain hitam yang menutupi kedua pandangan Chaeryeong dibuka. Menampilkan seorang pria paruh baya dengan baju hitam, ayah Chaeryeong yang berada disampingnya serta beberapa lelaki berbaju hitam memakai masker sedang menyaksikan Chaeryeong.

"Papih.." lirih Chaeryeong, ia tidak bisa melihat ayahnya menderita seperti ini.

"Chaeㅡ" gerakan Tuan Lee tertahan, tubuhnya kembali ditarik oleh sekelompok lelaki berbaju hitam yang memakai masker.

"Pilihanmu hanya dua, Lee. Melihat anakmu yang satu ini mati atau menyaksikan kehancuran seluruh keluargamu karena kebangkrutan." Ucap ayah dari Hangyul, dendamnya sudah terlalu lama membekas.

Diantara pandangan semua orang, Chaeryeong hanya berfokus pada seorang lelaki yang berdiam diri disamping ayahnya. Pandangannya begitu dalam, sampai-sampai Chaeryeong merasakan sesuatu yang sesak menusuk tubuhnya.

Tuan Lee sangat prustasi, ini bukan pilihan. Ini jebakan.

Dengan helaan nafas yang panjang, "Baiklah. Aku...memilih...melihat...anakku...yang satu ini...mati."

"Papih!"

JLEB

Satu tusukan menembus area jantung Chaeryeong, mulutnya mengeluarkan darah.

[4] ATEEZ | San ChaeryeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang