Ketahanan tubuh San memang patut di acungi jempol. Pasalnya baru tepat seminggu San sadar dari masa kritis, sekarang sudah bersiap saja untuk terbang menuju Maroko bersama teman-temannya.
"Baru saja seminggu kau sadar namun sekarang sama sekali tidak terlihat kau ini pernah tak sadarkan diri dalam waktu yang lama." Ujar Yunho keheranan yang dibalas kekehan kecil dari San.
"Julukan itu rupanya sangat melekat dalam diriku." Balas San membanggakan dirinya.
"Ya...ya..terserah kau saja."
Jongho mengeluarkan tanda pengenal anggota AteeZ lalu menaruhnya didepan teman-temannya.
"Apa yang harus kita lakukan dengan identitas ini?"
Seonghwa tersenyum, "Kita akan memakai identitas ini."
"Maksud Hyung? kita tidak akan memakai nama hangguk disana?" Seonghwa menggeleng, "Sebenarnya sejak dahulu aku memang ingin bersama dengan kedua orang tua angkatku untuk tinggal di Maroko, namun Hongjoong melarangku."
"Dan, nama-nama yang kubuat untuk kalian saat masuk kedalam organisasi itu memang bertujuan untuk sesuatu yang lain."
Mereka semua terdiam, mencerna setiap perkataan yang terlontar dari mulut Seonghwa. Walaupun mereka sebenarnya tidak mengerti.
"Pada awalnya, AteeZ itu kelompok yang memberantas para penjahat dikalangan pemerintah. Dahulu hanya ada aku, Hongjoong dan Mingi saja. Namun, entah mengapa sejak Hongjoong menerima satu tawaran untuk membunuh seseorang lalu mendapatkan uang yang banyak, ia jadi semakin serakah,"
"Seiring berjalannya waktu, kami menemukan kalian satu persatu dan Hongjoong ingin kita lebih kuat dan juga memiliki lebih banyak uang. Semua teknologi canggih itu ia dapatkan dari perusahaan ayahnya. Aku terpaksa harus mengikuti Hongjoong kala itu, tak ada pilihan lain,"
"Semua nama yang kuberi untuk kalian sebagai samaran mempunyai arti tersendiri. Dan aku pernah berharap kala itu kita akan terbebas dari hal yang tidak benar ini. Akhirnya Tuhan mengabulkan harapanku sekarang. Walaupun Hongjoong, Mingi dan Yeosang tak bersama kita disini namun aku yakin mereka masih bersama kita dalam satu hati." Papar Seonghwa, setelahnya hati kecilnya begitu bahagia dan sangat melegakan.
Seonghwa menghampiri San, mencoba untuk mengetuk hatinya agar kembali berfikir jernih tentang masa lalunya.
"Aku tahu San, kau memang anak yang kuat walaupun besar tanpa ayah. Ibumu sama sekali tak pernah berhenti menyayangimu kala itu, meskipun ia harus pergi dengan cepat untuk meninggalkanmu selamanya. Sekarang kau punya Jongho dan kami, kau tidak sendirian. Biarlah traumamu itu pulih dengan sendirinya seiring kau merasa ikhlas setelahnya."
"Wooyoung aku tahu hutang budi itu harus kau penuhi pada Hongjoong karena telah menolongmu dari orang-orang picik yang menginginkan posisi ayahmu. Tapi kau sekarang mungkin mulai paham bahwa hutang budi tak harus dipenuhi dengan hal yang buruk. Kami ada disini untukmu, kau tak perlu takut jika orang-orang itu datang untuk menyakitimu lagi." Wooyoung tersenyum lega seraya mengangguk paham dengan perkataan Seonghwa.
"Sejak awal aku sudah mengetahui bahwa kau adalah orang yang sangat baik, Yunho. Kau pasti merasa bersalah karena saat itu Hongjoong hampir tertabrak truk karena menolongmu yang saat itu sedang depresi karena kedua orang tuamu bercerai. Kau bahkan tak sanggup jika menolak permintaan orang yang pernah menolongmu meskipun permintaan itu bisa saja membuatmu dalam bahaya pula. Semua orang di dunia ini mempunyai fase untuk mengeluarkan emosi dalam diri. Jangan mencoba lari dari masalah lagi, kau harus bangkit bersama kami." Kala itu Yunho merasa menjadi orang yang paling bodoh karena tak memikirkan sesuatu dengan benar. Ia harus berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] ATEEZ | San Chaeryeong
Teen Fiction[ Book Crime Series ] Sebuah kelompok pembunuh bayaran bernama AteeZ mendapatkan misi untuk membunuh seorang gadis berlatar belakang konglomerat, Choi San adalah salah satu anggota dari AteeZ yang mengharuskan dirinya untuk menanamkan kepercayaan pa...