Karena kita hanyalah kata yang
sulit menyatu......
Jennie sedang berusaha membuka hatinya untuk Taeyong yang semakin hari kian mendekatinya. Hal ini dilakukan karena ia tahu ibunya menginginkan segera melihatnya menikah. Jennie sebenarnya masih belum siap untuk terluka lagi, namun keadaan memaksanya untuk mencoba kembali.
Taehyung? Entahlah. Jennie tidak terlalu mempedulikan pria itu sekarang. Semua media kebanyakan memberitakannya menjadi sosok yang berbeda. Taehyung berubah, pria itu seperti pria bisu yang berbicara seperlunya. Namun, bisnisnya masih berjalan dan makin berada di atas. Pada dasarnya pria itu adalah seorang yang gila kerja.
"Hei!"
Jennie menatap Taeyong yang baru saja mengagetinya dengan tatapan membunuh.
"Apa?"
Taeyong menatap Jennie dan berlutut di hadapannya. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Maukah kau menikah denganku, Jen?"
Yep. Taeyong mengeluarkan cincin dengan mata berlian berwarna biru laut. Jennie menatap Taeyong dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Se─secepat ini?"Taeyong berdiri dan merengkuh pinggang Jennie. "Apa yang salah? Aku hanya tidak ingin didahului orang lain."
Jennie menggigit bibirnya, "Tapi kita belum terlalu kenal, kan?"
"Ayolah, kita bisa mengenal satu sama lain setelah menikah. Kau mau kan? Lagi pula ibumu juga menyukaiku kan?"
Raut ragu di wajah Jennie pudar, berganti dengan kekehan ringan untuk menanggapi ucapan Taeyong. "Ya, kau benar. Apa dia yang memintamu melakukan hal ini?"
Pemuda itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak! Ini kemauanku. Jisoo juga bilang kau adalah gadis yang baik. Ya, daripada aku membujang seumur hidup kan?"
Jennie tersenyum dan memeluk Taeyong. "Terima kasih,"
Taeyong mengangkat satu alisnya, "Maaf aku tidak bisa romantis dan ak─"
"Aku mau...."
Taeyong melepas pelukan Jennie dan menangkup pipi pujaan hatinya. Mata mereka bertemu.
"Katakan dengan jelas, Jane."
"Ya! Aku mau menikah denganmu,"
...
Tidak terasa hari sangat cepat berlalu. Taehyung dan Jennie, tidak ada kata 'mereka' lagi rasanya.
Taehyung masih berada di ibu kota negaranya. Sedangkan Jennie telah menikah dan ikut tinggal dengan suaminya, Taeyong ke Paris. Meninggalkan kelegaan kedua orang tuanya. Walau Janet, ibu Jennie telah meninggal.
Ayah Jennie tinggal di rumah lamanya yang menyimpan banyak sekali kenangan saat keluarga mereka bahagia. Menjalani hidupnya sendiri, tidak sih. Lisa dan Jungkook kadang menjemputnya. Jennie? Belum. Dia kan sedang berbulan madu bersama suami sahnya sejak seminggu yang lalu.
Namjoon, pria itu juga ikut bagian dalam hidup Jennie. Bahkan dia menghadiri acara pernikahan Jennie yang sudah ia anggap adiknya. Begitupun Jennie menganggapnya sebagai seorang kakak. Tidak banyak orang hadir di pernikahan Jennie. Hanya keluarga dan teman dekat saja. Kecuali Taehyung. Pria itu bahkan tidak mengetahui perihal pernikahan Jennie.
"Tuan, apa Anda ingin makan?"
Sekertaris cantik itu melepaskan satu kancing kemejanya. Sedangkan bosnya tidak menggubris dan tetap fokus pada laptopnya.
"Atau mungkin, Anda ingin minum sesuatu? Cuacanya sangat dingin."
Dengan malas pria berjas itu memutar matanya. "Keluar. Kamu, saya pecat."
"Tapi...."
"Saya bilang keluar!"
Dengan menghentakkan kakinya, wanita penggoda itu keluar ruangan atasnnya─mantan atasnnya.
Pria itu menghela napasnya. Sudah tujuh belas kali dia memecat sekertarisnya. Kini, dia berpikir untuk mencari sekertaris pria yang mungkin tidak akan menggodanya. Yeah, beberapa pria bisa saja menyukai sesamanya kan?
Telepon ruangannya berdering. Segera ia mengambil langkah dengan malas untuk mengangkatnya.
"Halo, bisa saya bicara dengan Taehyung Kim?"
"Ya, saya sendiri."
"Ahh. Baguslah jika ini kau. Aku ingin bertemu untuk memberitahukan suatu hal penting."
"Datanglah ke kantorku."
"Buka saja pintu ruang kerjamu. Aku sudah ada di sini."
"Sial kenapa kau harus menelponku jika sudah ada di situ."
Taehyung menaruh telepon pada tempatnya dengan kasar. Kemudian membuka pintu dan melihat seorang yang baru saja menelponnya.
"Apa?"
Wanita itu tersenyum lalu duduk di sofa dengan nyaman. "Aku ke sini untuk memberi tahumu sesuatu tentang Jennie."
Taehyung tertawa hambar. "Dia tidak penting. Aku tidak peduli tentangnya."
Wanita itu menyeringai dan melipat tangannya di dada. "Mulutmu bisa berkata seperti itu, tapi tidak dengan matamu. Aku melihat adanya kesedihan di sana ck ck."
"Katakan apa yang kau mau."
Wanita itu mengudarakan tawa kerasnya membuat Taehyung menghela napasnya.
"Yeah. Gadis itu memang tidak melakukan apapun tapi pria itu tertarik padanya."
Taehyung mulai menajamkan telinganya.
"Dan aku hamil anak pria itu."
"Maaf. Tapi ini sama sekali bukan urusanku."
"Kumohon, aku tahu kau mencintai Jennie. Anakku harus memiliki ayah. Dan bagaimana bisa ayahnya menikahi wanita lain?"
"Men─nikah?"
Dia mengangguk. "Ya, Jennie sudah menikah dengan pria yang menghamiliku."
Mata Taehyung terpejam. Kenyataan seolah menampar kepalanya dan meremuk dadanya. Sesakit ini. Namun ia pantas. Terlalu pantas mendapat semua ini. Tetapi ia tidak bisa mempercayai wanita itu begitu saja.
"Kau pasti berbohong."
Wanita itu mulai menangis dan Taehyung tidak melihat adanya kebohongan.
"Itu terjadi saat di pesta. Waktu pria itu mabuk dan memaksaku melakukannya. A─"
"Jika begitu, buktikan jika bayi yang kau kandung anak dari suami Jennie."
"Aku tidak bisa. Kecuali saat anak ini lahir..."
"Sudah berapa bulan usia kandunganmu?"
"Dua. Dan anak ini akan lahir tujuh bulan lagi."
"Baiklah, kita akan menunggu sampai bayi itu lahir."
"Lalu menunggu Jennie hamil? Begitu?"
Taehyung tersenyum miris. "Jennie tidak akan hamil."
Karena kesalahannya. Kesalahannya, bukan Daehyun yang telah berada di langit. Jennie tidak akan pernah bisa mengandung. Itu salahnya. Benar-benar kesalahannya. Dan Jennie sama sekali tidak mengetahui hal itu. Hanya Taehyung, Jungkook, dan Lisa.
.....
YOU ARE READING
Bad Fetish [TN]
FanfictionMature content ⚠ Aku adalah penderita sadisme. Jika aku membenci seseorang, aku akan menyiksanya tanpa ampun. Hanya menyiksa, tidak melenyapkan. Karena, kalau lenyap aku tidak akan melihat tangisannya lagi. Suara rintihan itu terdengar begitu merdu...