Jika ada orang yang berusaha menjauhkan kita, tidak menutup kemungkinan jika ada orang yang ditakdirkan membuat kita dekat.
.....
"Seulra, bibi Jennie harus pulang."
Gadis kecil itu cemberut dan hampir saja menangis jika Jennie tidak menggendongnya. "Hei, jangan menangis cantik."
Seulra memeluk Jennie dengan erat, "Bibi di sini saja! Jangan pergi huaaa Seulra mau dengan bibi Jennie!"
Taehyung menghela napas karena biasanya Seulra akan menurut namun kali ini tidak. "Sayang, bibi Jennie kasihan. Kalian kan sudah bermain seharian ini. Sekarang biarkan dia pulang dan istirahat, ok?"
Seulra semakin mengeratkan pelukannya pada leher Jennie. "Biarkan bibi Jennie istirahat di sini! Dengan ayah dan Seulra."
Jennie terkekeh tanpa Taehyung duga lalu membawa Seulra ke kamarnya. "Oke oke. Aku akan menginap di sini, tapi janji kau harus tidur setelah ini."
Seulra berhenti menangis dan mengangguk kemudian berbaring di ranjang.
Taehyung mengintai mereka berdua dari pintu. Jennie terlihat seperti ibu Seulra walaupun mereka baru saja dekat. Padahal Seulra susah dekat dengan orang baru namun berbeda dengan Jennie.
Terlintas sekejap jika saja anaknya masih ada, mungkin sudah lebih besar dari Seulra. Sayang sekali anaknya sudah tiada bahkan sebelum sempat menghirup sejuknya udara. Rasa bersalah itu datang kembali membuat dadanya sesak dan hatinya berteriak sakit. Kebetulan sekali, hujan malam menambah suasanya hatinya pilu.
Dengan langkah berat, dia meninggalkan Jennie dan Seulra. Tidak lupa menutup pintu kamar sebelum ia pergi. Pria itu berjalan menuju kamarnya dan duduk di sofa hitam yang sangat empuk diduduki.
Masih sama. Kacau. Seperti malam biasanya. Tubuhnya terasa sangat penat. Dia benar-benar butuh istirahat.
Dengan menyenderkan punggungnya di sofa dan sepatunya yang masih menempel dinginnya lantai, pria itu perlahan jatuh ke alam mimpi.
Beda halnya dengan wanita yang tidak bisa tertidur. Anak kecil di sampingnya sudah pulas bahkan sampai mendengkur halus namun ia tak kunjung mengantuk.
Bangun dari ranjang, Jennie mematikan lampu dan keluar dari kamar bercat mirage blue itu. Rumah Taehyung sangatlah berbeda dan memang berbeda dari apartemennya yang dulu.
Rumah ini sangat besar, bersih serta rapi. Dan pengelihatannya tertuju pada sebuah foto dengan bingkai indah yang besar. Foto keluarga. Terlihat senyum bahagia dari Taehyung dan kedua orang tuanya, namun tidak dengan lelaki kecil bersenyum miring itu─Daehyun.
Terlihat tersenyum dalam paksaan. Dapat ia lihat bagaimana lelaki itu membenci keluarganya. Sorot matanya penuh dendam.
Jennie kembali melihat-lihat isi rumah yang dominan berwarna putih gading dengan berbagai perabotan yang senada, tak lupa lampu gantung kristal yang berkilap seperti bintang dan lantai marmer yang sangat halus dan bersih.
Langkahnya terhenti pada sebuah pintu berwarna hitam sekelam malam. Itu kamar Taehyung, pikirnya.
Ingin tidak memasukinya namun hati kecilnya ingin melihat apa yang tengah pria itu lakukan mengingat dia belum beristirahat dengan baik sebelumnya. Akhirnya, dua kakinya mengendap perlahan.
Pintu itu sedikit ia dorong dan kepalanya masuk mencari keberadaan Taehyung. Dapat. Di atas sofa yang berukuran besar namun tidak layak dikatakan sebagai tempat tidur untuk tubuh Taehyung yang tinggi.
Jennie ingin keluar dari sana secepat mata berkedip namun tidak bisa. Tidak sebelum ia memberikan selimut hangat saat hujan mereda dan membawa angin malam dinginnya menusuk.
Berjalan makin dekat, Jennie mengambil selimut tebal yang ada di atas ranjang lalu menutupi tubuh kekar itu dengannya. Sekadar menyelimuti tidak salah, bukan?
Wajah Taehyung sangat lelah dan kacau. Jennie merasa bersalah karena telah mengabaikannya. "Ah, menyebalkan." gumamnya pelan.
Taehyung mengernyitkan alisnya dan matanya tertutupnya menyipit. Napasnya terengah dan ia mulai meracau. "Jangan pergi, maafkan aku! Aku salah. Jangan pergi!"
Jennie terkejut. Taehyung mengalami mimpi buruk dan keterkejutannya bertambah ketika pria itu menyebutkan namanya, "Jennie, jangan pergi!"
Wanita itu bingung harus apa sampai teriakan Taehyung mereda dan ia kembali tertidur dengan tenang. Syukurlah, Jennie dapat bernapas lega. Segera ia matikan lampu dan meninggalkan kamar itu lalu kembali ke tempat Seulra tidur.
...
Taehyung terbangun. Sudah siang. Dia lihat sudah jam 12. Artinya semalam dia tidur nyenyak.
Terasa selimut hangat menutupi tubuhnya. Sepintas, senyum bahagia tercipta dari mulut kotaknya. "Apa dia semalam─?"
Bertanya kepada dirinya sembari tersenyum dan merasa semangat melanjutkan harinya. Terima kasih Jennie karena telah menjadi sumber kebahagiaannya hari ini.
Selesai membersihkan dirinya, Taehyung keluar dari kamarnya dan turun ke lantai utama. Kebahagiaannya semakin bertambah ketika mengetahui Jennie masih berada di rumahnya, tepatnya di dapur. Senyum tulus itu kembali terukir.
"Ayah Taehyung!"
Seulra berlari pada Taehyung sehingga pria itu menjajarkan tingginya seperti gadis kecil itu. "Selamat pagi, sayang."
"Aku tidak ingin mengganggu tidurmu, jadi tidak membangunkanmu pagi tadi."
Taehyung terkekeh dan membawa Seulra ke gendongannya lalu mendudukkannya di kursi meja makan. "Tidak apa. Kau sedang apa?"
Jennie benci keadaan ini. Keadaan di mana dia harus menghadapi rasa malas untuk menjawab pertanyaan itu karena adanya Seulra. "Menyiapkan makan siang untuk Seulra."
"Kenapa hanya untuk Seulra? Ayah Taehyung juga kan?"
Jennie mengangguk menanggapi pertanyaan polos dari anak kecil itu dan mulai mengambilkan makanan pada dua orang yang tengah duduk tenang di kursi mereka masing-masing.
Taehyung melihat Jennie tergesa menyajikan makanan untuknya. Setelah itu ia langsung meletakkan piring kotor bekas lauk ke wastafel dan berniat mencucinya.
"Jennie, makan dulu."
Jennie tidak menggubris sampai suara Seulra terdengar di telinganya. "Ayo makan, ibu!"
Jennie dan Taehyung sontak menoleh pada Seulra yang tertunduk. "Maaf."
Jennie tidak tega. Anak itu begitu menggemaskan untuk diabaikan. Karena itu, dia segera duduk di depan mereka berdua dan menyajikan makanan untuknya. Senyumnya mengembang. "Tidak apa-apa jika ingin memanggilku ibu. Cepat, kau harus menghabiskan makanmu."
Seulra berbinar. Dia sangat bahagia, artinya ia bisa memanggil Jennie dengan sebutan itu mulai sekarang.
Pun sama halnya dengan Taehyung. Pria itu tak kalah bahagia dari Seulra.
Ketiganya seperti sebuah keluarga kecil yang menempati rumah besar itu dengan bahagia. Sayangnya, masih seperti.
.....
YOU ARE READING
Bad Fetish [TN]
FanfictionMature content ⚠ Aku adalah penderita sadisme. Jika aku membenci seseorang, aku akan menyiksanya tanpa ampun. Hanya menyiksa, tidak melenyapkan. Karena, kalau lenyap aku tidak akan melihat tangisannya lagi. Suara rintihan itu terdengar begitu merdu...