Semua luka masih ada di ingatan, sudah lama berlalu namun masih sakit rasanya.
.....
Jennie terjebak dalam suasana canggung bersama Taeyong di rumah. Keduanya tidak melakukan apapun selain duduk diam.
"A—"
Jennie berdiri dari duduknya di sofa lalu berlalu ke kamar. Berbaring dan memejamkan mata untuk menenangkan hatinya yang menjerit pilu. Pria itu tidak tinggal diam, dia ingin membicarakan masalah tadi pagi malam ini, untuk itu ia mengikuti Jennie dan duduk di tepi ranjang.
"Aku tahu kau belum tidur. Soal tadi, kau salah paham. Aku dan Seulgi hanya membicarakan Seulra."
Jennie meringis. Rasanya lain. Taeyong dan Seulgi terlihat sangat bahagia, tidak mungkin jika hanya membicarakan Seulra. Namun Jennie menepis pikiran negatifnya, "Lalu?"
"Jennie, kau tahu aku sangat menyayangimu. Aku tidak ingin kita seperti ini,"
Jennie membuka matanya dan memposisikan dirinya duduk menatap Taeyong. "Benarkah? Bahkan setelah kau melihat wanita yang jauh lebih sempurna dariku?"
Jennie menahan agar matanya yang memanas tidak meneteskan cairan bening.
"Taeyong, aku tidak pernah bisa memiliki anak, aku tidak subur."Pria itu tidak terkejut sedikitpun. "Aku—"
"Sudahlah, aku ingin tidur."
Setelah menyela, Jennie ingin memejamkan matanya kembali sebelum ucapan Taeyong mengejutkannya, "Baiklah. Aku sudah muak dengan sikapmu yang berubah-ubah. Waktu itu kau menyuruhku menikah dengan Seulgi bukan? Lalu sekarang apa?"
"Aku hanya bertanya! Waktu itu aku percaya jika kau tidak pernah melakukan hal itu dengan Seulgi, aku percaya padamu, Taeyong."
Pria itu menyeringai, "Percaya? Cih pembohong,"
Jennie menyeka air matanya yang menetes sedikit di pipinya, "Apa kau bilang!? Taeyong kau sudah sangat berubah sejak bertemu dengan orang asing itu—"
"Namanya Seulgi, dan dia bukan orang asing."
Jennie meringis, "Ah ya. Aku lupa, dia ibu dari anakmu."
Taeyong sukses menyentuh pipi Jennie dengan tamparannya. "Cukup. Besok, aku ingin menyelesaikan semuanya di antara kita. Aku muak denganmu, Jennie."
"Baiklah,"
"Oh ya, sekarang kau bebas untuk merayu Taehyung."
Jennie berdiri dan menatap Taeyong dengan tajam, "Aku tidak—"
"Jalang."
Wanita itu tidak bisa lagi berada di dekat Taeyong. Ia benar-benar sakit hati. Kebersamaan mereka selama ini terasa tidak pernah berarti. Hancur begitu saja karena kesalahan salah satunya di masa lalu.
Berlalu dengan tergesa meninggalkan Taeyong yang menyesali kata yang diucapkannya tanpa berpikir tadi, Jennie terisak. "Aku benci hidupku."
Tengah malam, di tepi jembatan. Pikirannya buntu, serasa tidak ada jalan lain. Dia benar-benar ingin mengakhiri penderitaannya sekarang juga.
YOU ARE READING
Bad Fetish [TN]
FanfictionMature content ⚠ Aku adalah penderita sadisme. Jika aku membenci seseorang, aku akan menyiksanya tanpa ampun. Hanya menyiksa, tidak melenyapkan. Karena, kalau lenyap aku tidak akan melihat tangisannya lagi. Suara rintihan itu terdengar begitu merdu...