Maaf, aku tidak mendengarmu
.....
Jennie terbangun. Matanya sembab. Efek menangis semalam. Dan badannya pegal-pegal. Rasanya raganya begitu lelah.
Namun mengesampingkan itu, dia segera mencuci muka kemudian mandi dengan cepat. Lalu berganti dengan baju casual berwarna merah maroon yang terlihat begitu cocok dengannya.
Menambahkan sedikit bedak di wajahnya, sedangkan bibirnya ia polesi dengan liptint pink gelap. Tidak lupa eyeshadow coklat gelap untuk menutupi mata sembabnya. Seulra tidak boleh tahu jika semalam ia menangis.
Melihat jam yang masih menunjuk angka 06.15, Jennie segera menuju kamar anaknya.
Benar sekali dugaannya, Seulra belum bangun. Senyumnya tercipta. Rasanya lega melihat Seulra tidur dengan nyenyaknya.
Tangan Jennie tergerak untuk mengusap rambutnya pelan, lalu menghadiahi gadis kecil itu dengan hujaman ciuman di pipinya.
Seulra terbangun. Lalu melenguh kecil, "Enghh, ibu? Selamat pagi...."
"Selamat pagi, kau mau makan apa hm?"
"Mau pancake,"
"Ibu akan buatkan. Sekarang, kau bangunkan ayahmu, okay?"
Seulra mengangguk lalu berlari dengan semangat untuk membangunkan Taehyung. Sedangkan Jennie hanya terkekeh lalu merapikan tempat tidur anaknya.
Setelah selesai, wanita itu pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan.Beda halnya dengan Seulra. Gadis kecil itu bingung di mana Taehyung tidur. Pasalnya tidak ada di kamarnya dan Jennie. Lalu ia menemukan Taehyung yang tertidur di sofa dalam ruang kerjanya.
"Ya ampun, ayah bangun! Kenapa ayah ada di sini?"
Taehyung segera membuka matanya setelah baru dua jam yang lalu bisa tidur. "Hm?"
"Ihhh ayaahh! Ayah kenapa tidur di sini!?"
Taehyung duduk lalu menguap, "Ayah bekerja semalam. Kan sudah beberapa hari libur."
"Hmm begituu.... Ayo sarapan! Ibu akan membuat pancake,"
"Iya? Wah, kalau begitu ayo!"
Seulra mengangguk sambil tersenyum lalu menarik tangan Taehyung kemudian membawanya ke meja makan.
...
Jisoo cemas. Bibinya, ibu Taeyong, justru semakin gencar untuk merebut Seulra dari Jennie. Wanita paruh baya itu terlihat begitu penuh dengan ambisi. Bukan untuk mendapatkan cucunya, namun untuk Jennie.
Wanita itu sangat membenci Jennie. Bertingkah seolah Jennie yang telah membunuh anaknya.
"Jisoo, antar aku ke pengadilan."
Titah bibinya tidak bisa ia tolak. Bagaimanapun wanita itu pernah merawatnya dengan baik. Namun Jennie juga penting untuknya. Karena itu, Jisoo akan bertindak sebagai mata-mata Jennie sekaligus pembantu bibinya.
"Bibi, mungkin kita harus menunggu beberapa hari lagi,"
Wanita itu tersentak, lalu menatap tajam ke arahnya, "Apa? Kenapa?"
"Setidaknya bibi harus menemui cucu bibi dan mendekatkan diri dengannya. Bukankah seperti itu harusnya?"
Wanita itu menimang, "Baiklah. Antar aku ke rumah mereka."
YOU ARE READING
Bad Fetish [TN]
FanfictionMature content ⚠ Aku adalah penderita sadisme. Jika aku membenci seseorang, aku akan menyiksanya tanpa ampun. Hanya menyiksa, tidak melenyapkan. Karena, kalau lenyap aku tidak akan melihat tangisannya lagi. Suara rintihan itu terdengar begitu merdu...