°satu persatu akan terkuak°

150 23 0
                                    

Suara langkah kaki seseorang guru terdengar di lorong yang sepi. Wajar karena saat jam belajar sedang di laksanakan tak ada yang berlalu lalang di koridor selain guru atau Office boy sekolah ini.

Langkah kaki guru tersebut berhenti di depan satu ruangan yang bertuliskan ruang kepala sekolah. Tak butuh waktu lama, ia membuka pintu dan mendapati seorang wanita duduk di atas sofa yang tersedia di ruang kepala sekolah.

"Selamat pagi Bu Christine, bagaimana kabar anda?"tanya guru tersebut setelah menyadari jika Wanita yang duduk atau Bu Christine melihat kearah nya.

"Baik Bu Allen" jawab Ibu Christine tersenyum tanggung.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Tidak ada, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih karena anda membantu anak saya untuk mengalahkan siswi yang anak saya, Keyln Christine yang tidak suka dengan Natasya Gillia"

Bu Allen tersenyum. "Sama sama Bu Christine itu bukan hal sulit bagi saya"

Bu Christine berdehem sebentar. "Sebagai tanda terima kasih. Kami sudah mentransfer uang yang sudah anda ingin kan"

Lagi-lagi Bu Allen tersenyum namun senyum itu terlihat mengerikan meskipun wajahnya cantik.

•••

Alex, Andira, dan Azka berada di rooftop gedung pembelajaran. Bisa di tebak mereka berdua sedang membolos di hari ini. Mereka memilih rooftop gedung pembelajaran karena disini tidak ada kamera cctv jadi mereka bisa bebas bolos dari guru piket yang akan mengejar mereka jika ketauan membolos.

Alex membagikan satu earphone bluetooth kepada 2 temannya. Sebenarnya Alex sudah tau bahwa hari ini Bu Allen akan bertemu dengan orang tua murid. Ia tau itu semua dari pesan yang dikirimkan oleh pa Hamdan kemarin malam. Menurut penjelasan Pa Hamdan setiap minggu pasti ada orang tua murid tertentu yang datang ke sekolah untuk menemui Bu Allen di ruang kepala sekolah.

Ntah kenapa Alex curiga dengan Bu Allen setelah mendengar penjelasan Pa Hamdan. jadi ia memutuskan untuk menyimpan penyadap suara di ruang kepala sekolah dan kamera tersembunyi yang ukurannya sangat kecil pada malam yang sama saat Pa Hamdan mengirim pesan. Tentu saja itu semua di bantu oleh Azka untuk mematikan seluruh kamera CCTV di Archipelago Academy terutama di ruang kepala sekolah agar ia tak ketahuan.

Mereka semua melihat kearah layar ponsel yang Alex pegang. Tak ada yang bersuara mereka semua fokus melihat layar ponsel tersebut. Sampai mereka terlonjak kaget setelah mendengar percakapan Bu Allen dan Ibu Christine atau lebih tepatnya Ibu dari Keyln Christine.

"Sialan" umpat Andira terbelalak setelah mendengar percakapan tersebut.

Azka hanya diam mematung tak percaya bahwa sekolahnya melakukan hal yang menurutnya menjijikan. Sedangkan Alex menghela nafas lega karena tebakannya benar namun ia pun cukup prihatin karena disini Natasya menjadi korban keserakahan anak dan ibu yang lebih mirip iblis ini.

"Kita harus kasih tau Natasya"tangan Andira gemetar menahan amarah.

"Lu jangan bertindak gegabah. lebih baik lu ikutin rencana gue sama Azka"ucap Alex sambil mencoba menenangkan Andira.

"Bener kata Alex kalau lu langsung kasih tau Natasya. Gue takutnya lu di tuduh yang engga engga sama Natasya. Apalagi lu, Natasya, sama Keyln satu kamar ya kan? Mending lu ikutin rencana gue sama si makhluk aneh tapi berguna ini" celetuk Azka langsung mendapatkan tatapan membunuh dari mata Alex.

"Bangsat! Kalau mau muji ya muji aja gak usah ngejelek-in gue juga, Azka Aldric" Alex meninggikan suaranya saking kesalnya dengan kelakuan temannya ini.

"Jangan mulai lagi, please" Andira pasrah melihat Azka dan Alex yang akan bertengkar.

•••

Alex dan Azka berjalan dengan santai menuju ruang konseling dimana Pa Hamdan berada meskipun jam pelajaran belum berakhir. Mungkin hari ini Alex dan Azka akan benar benar bolos. Sedangkan Andira di suruh masuk ke kelasnya oleh Alex.

Alex menghentikan langkahnya tepat di depan ruang konseling sontak Azka pun melakukan hal yang sama.

"Eh bentar deh ka, emang Pa Hamdan ada di ruang konseling?"tanya Alex sambil menampilkan muka bodohnya.

Azka hanya melempar pandangannya. "Kan tadi lu udah kasih tau Pa Hamdan lewat pesan. Dan beliau jawab ada di ruang konseling."

"Oh iya lupa gue" Alex menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil menyengir.

Sedangkan Azka mengetuk pintu ruang konseling lalu membuka pintu tersebut dan mendapati pa Hamdan sedang duduk sambil membaca beberapa berkas yang berada di atas mejanya.

"Selam-"

"Pak, gimana kabarnya?"Alex memotong ucapan Azka sambil menerobos masuk ke ruang konseling lalu duduk di salah satu kursi yang menghadap ke Pa Hamdan. Azka menepuk jidatnya melihat kelakuan Alex yang kelewat sopan.

"Oh Alex Azka, baik. tumben masih pagi kalian ke ruang konseling. Ada apa?" Pa Hamdan melihat ke arah Alex dan Azka yang sudah duduk di hadapannya dengan senyum ramah yang sering ia tampilkan.

Alex dan Azka tidak menjawab pertanyaan Pa Hamdan. Tapi, Alex menyodorkan ponselnya dan memberi tahu yang tadi mereka lihat di rooftop.

Pa Hamdan menerima ponsel dari Alex lalu memutar video tersebut. Setelah melihatnya, ia terbelalak sekaligus kaget. Ia tak menyangka ternyata Bu Allen yang selalu di jadikan panutan guru guru melakukan hal seperti itu.

"Itu yang kami dapat kan pak, setelah menyimpan kamera dan penyadap suara"ucap Azka

Pa Hamdan mengembalikan ponsel milik Alex. "Bapa tidak menyangka jika Bu Allen melakukan itu. Ini di luar ekspektasi Bapa."

"Pa, apa Bapa sudah membaca data yang sudah saya kirimkan lewat email?"tanya Alex.

"Sudah, dan Bapa rasa ucapan kalian benar. Jika sekolah ini menyusun kelas menggunakan latar belakang orang tua murid dan beberapa murid menjadi siswa yang di istimewa-kan. Dan bapa semakin yakin setelah membaca beberapa berkas ini" Pa Hamdan menyodorkan Berkas berisi hasil konseling setiap murid kelas 10.

"Beberapa hasil konseling milik murid kelas 10-1 seperti menyepelekan nilai bahkan menganggap nilai gampang di dapat sisanya kalian bisa baca sendiri. Dan juga rangking yang terpampang jelas di depan gedung pembelajaran cukup aneh karena rata rata yang berada di rangking atas adalah murid kelas 10-1 yang notuben-nya anak komite sekolah"

Azka membaca hasil konseling satu persatu. "kalau boleh tau. Bapa kan yang mengadakan konseling bergilir setiap kelas?"tanya Azka.

"Iya memang Bapa yang mengadakan konseling bergilir. Tapi tahun ini yang menangani konseling kelas 10 adalah Pa Regan" jawab Pa Hamdan panjang lebar.

"Terus pa Regan sekarang dimana?"Alex ikut berbicara setelah sekian lama hanya menyimak saja.

"Pa Regan baru saja di pecat sebulan yang lalu oleh kepala sekolah ntah apa alasannya" Pa Hamdan terlihat kesal setelah mengucapkan itu.

"Tapi Pa, kan waktu giliran kita konseling kenapa bapa yang nanganin?"lagi-lagi Alex menanyakan hal yang sudah di tanyakan sebelumnya.

Pa Hamdan yang sudah tau sifat Alex hanya menghela nafas. "Kan Bapa sudah jelaskan pada saat awal konseling kalau Bapa meminta kepada Pa Regan agar kalian di tangani oleh Bapa. Kalau kamu tanya lagi Alasannya kenapa? Bapa jawab sekali lagi, Karena bapa butuh kalian untuk menangani hal ini"jelas Pa Hamdan sedikit kesal

"Sabar Pa jangan emosi. Alex emang kaya gitu orangnya" Azka mencoba menenangkan Pa Hamdan yang mulai kesal dengan tingkah Alex yang sering tiba tiba seperti orang bodoh.

Bersambung...

Archipelago AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang