°Reno Sebastin°

142 21 0
                                    

"setiap hari?"

Natasya melihat kearah Andira yang menatapnya dengan tatapan khawatir. "Lebih tepatnya setiap minggu"

"Setiap minggu? Kenapa lu bisa di kirimin amplop merah itu?"

Natasya mengangkat bahu. "Gue juga gak tahu. Awalnya tuh waktu pertama kali kita makan bakso di rooftop, inget gak?" Terlihat Natasya mulai mau bercerita dan itu membuat Andira senang.

"Iya gue inget" Andira mengangguk.

"Nah besoknya pas gue masuk kelas. Di meja ada yang nyimpen amplop merah. waktu gue buka ada surat warna merah dan isinya kaya ancaman. Tadinya gue anggep itu orang iseng tapi nyatanya itu teror buat gue sampai saat ini"

Andira mengangguk paham. "Lu tau siapa pelakunya?" Andira melihat Natasya menggeleng tanda ia tak tau.

"Tapi Ra... Waktu gue basah kuyup di toilet pas acara Pertandingan Olahraga Antar Kelas gue tau pelakunya"

Andira yang melihat ke arah lain sontak kembali melihat wajah Natasya. "Siapa?"

"Keyln Christine"

"Kenapa lu bilang dia pelakunya?"tanya Andira

"Gue nemuin ikat rambut merah jatuh di depan gue sehabis gue di bully. Gue pernah pinjemin ikat rambut warna merah sama Keyln. Tapi gue masih ragu Ra, Ikat rambut warna merah kan gak cuman punya gue doang jadi belum tentu dia pelakunya" jelas Natasya panjang lebar

Andira terbelalak tak menyangka ternyata Keyln melakukan hal ini kepada Natasya meskipun begitu Andira yakin bahwa Keyln lah yang melakukan ini. Namun ada satu pertanyaan terlintas di benak Andira. Atas dasar apa Keyln melakukan hal seperti itu.

"Lu masih simpen amplop merah sama isinya ga? Kalau masih, gue mau liat boleh?"tanya Andira sambil memegang tangan Natasya.

Tanpa mengatakan apapun Natasya membuka tas sekolahnya dan mengambil beberapa amplop merah dari dalam tas lalu memberikan kepada Andira.

Andira yang menerima amplop tersebut langsung berlari menuju meja belajar Keyln. Kemudian, membuka laci paling bawah. Lalu, mengambil satu kertas dan amplop berwarna merah. Andira terkejut setelah melihat warna dan corak di amplop dan kertas sama. Ia pun segera menghampiri Natasya.

"Sya, gue tau siapa yang kasih amplop ini" ucap Andira dengan nada bicara serius.

"Siapa?"

"Keyln Christine"

•••

Hari ini Alex dan Azka sepertinya akan membolos lagi. Ntah sudah berapa kali mereka membolos. Mereka sudah berada di rooftop gedung pembelajaran menunggu seseorang yang belum juga datang.

"Lama bener si Reno"ucap Azka sambil menarik salah satu kursi untuk ia duduki.

"Bentar lagi dia kesini kok jadi sabar ok"timpal Alex yang berdiri di dekat pembatas rooftop.

Cklek...

Pintu pun terbuka menampilkan seseorang dengan menggunakan seragam yang sama, sepatu Sneaker berwarna hitam, dan juga rambut tertata dengan rapi. Dia adalah orang yang di tunggu tunggu oleh Azka dan juga Alex. Reno Sebastin.

Reno berjalan menghampiri Alex dan Azka. "Sorry gue lama, tadi si pa Hamdan nyuruh gue buat ngasih tugas ke anak anak dulu"

"Bukannya si pa Hamdan masuk ya hari ini? Kok dia gak ngajar?"tanya Alex

Reno menarik kursi lalu duduk di sebelah Azka. "Katanya ada hal penting yang harus segera di urus olehnya. Mungkin aja masalah konseling kelas 12"

Alex mengangguk paham. Mengingat ini adalah semester 2 dimana kelas 12 akan mengikuti ujian nasional jadi kemungkinan besar pa Hamdan mengurus konseling siswa-siswi kelas 12 yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

"Langsung aja gue males kalau harus basa basi dulu, jadi Ren tugas lu rentas atm bu Allen coba lu lihat transaksi antara bu Allen sama ibu Christine. By the way sebelumnya lu udah di jelasin sama si Alex kan?" Ucap Azka. Kali ini mimik wajahnya  terlihat marah.

Reno mengangguk. "Udah, Alex udah jelasin semuanya"

"Ok, jadi gimana lu bisa lakuin itu?"tanya Azka memastikan bahwa Reno bisa melakukan hal itu seperti apa yang Alex bilang. Sedangkan Alex hanya menyimak perbincangan mereka.

Senyum miring terukir di bibir tipis milik Reno. "Mudah"

Alex berjalan mengambil salah satu kursi lalu duduk di depan mereka. "Oh iya gue baru inget. Sebelum ujian di mulai kelas 10-1 selalu di kasih buku khusus kan. Nah, gue yakin buku khusus itu buat nutupin siswa yang di istimewakan. Bego banget padahal kalau kaya gitu gampang banget ketauan ya kan?"

"Maksud lu lex?"tanya Reno

"Gini mereka tuh pengen nutupin siswa istimewa kan tapi malah kasih buku khusus ke satu kelas buat nutupin itu semua. Itu sama aja cari mati menurut gue"jelas alex singkat yang di ikuti tawa kecil dari Azka dan Reno karena sekolah membuat strategi buruk seperti itu.

"Oh iya ngomong-ngomong soal siswa istimewa. Coba deh lex, lu cari data siswa istimewa selain Keyln Christine di ruang guru atau kepala sekolah ntar malem. Lumayan buat nambah bukti" Reno memberi saran ke pada Alex.

Azka menjentikan jarinya. "Nah bener kata Reno. Coba lu cari sama si Andira sekalian bisa pendekatan sama tu anak kan"

Alex tersenyum sambil melihat kearah dua teman nya. "Anjir tumben otak lu pada jenius... suka deh gue" Alex mencomot dagu Reno dan Azka yang membuat dua temannya bergidik geli.

"Geli anjir" celetuk Azka

"Kalau si Dira tau, gue yakin si Dira langsung ogah sama lu" ucap Reno.

"Gue cuma bercanda doang elah"

Bersambung...

Archipelago AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang