°Laci°

143 22 0
                                    

Andira baru saja membuka pintu asrama. Ia hari ini berada di asrama lebih awal. Ntah mengapa akhir akhir ini ia malas mengikuti pelajaran dan berakhir bolos toh baru 3 kali ia bolos kalaupun ketahuan Andira siap mendapatkan hukuman dari guru.

Saat Andira menyimpan sepatu di rak sepatu yang terletak di dekat pintu kamarnya tiba tiba ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Ia pun segera merogoh saku roknya dan mengeluarkan ponselnya.

Andira langsung membuka password ponselnya dengan ibu jari miliknya. Setelah itu, ia mendapati pesan dari Keyln yang berisi bahwa temannya atau lebih tepatnya teman palsunya tidak akan bisa ke asrama malam ini karena ada urusan dengan keluarganya. Tanpa membalas pesan tersebut ia segera mematikan ponselnya menyimpannya di atas meja.

Andira menarik kursi dan duduk di atas kursi tersebut sambil memijat pelipisnya. "This is crazy"

Hanya suara jam dan helaan nafas dari Andira. Ia sedikit khawatir dengan Natasya akhir akhir ini selalu mengikuti kelas tambahan hingga larut malam dan berakhir pulang jam 9 malam. Ini semua gara gara kelakuan Ibu Christine dan Bu Allen. Andira menghempaskan tubuhnya di atas kasur tapi ntah kenapa setelah itu ia melirik ke meja belajar milik Keyln.

•••

Alex dan Azka benar benar bolos hari ini lihat lah sampai pukul 5 sore merekapun masih berada di ruang konseling bersama Pa Hamdan. Mereka sepertinya sangat betah di ruangan ini pasalnya banyak sekali makanan yang tersimpan di ruang konseling.

"Pa, jadi rencana kita selanjutnya gimana?"tanya Alex sambil mengunyah roti yang berada di mulutnya.

"Satu satunya cara kita harus kasih tau direktur utama sekolah ini. Tapi sepertinya bukti masih ada yang kurang"jawab Pa Hamdan sambil menyeruput kopi panas.

"Kalau masalah bukti biar kita yang cari Pa"ucap Azka sambil tersenyum

•••

Pukul tujuh malam, Reno baru saja pulang dari gedung pembelajaran. Hari ini ia merasa sangat lelah karena  pelajaran terakhir menurutnya sangat sulit di pahami.

Reno berjalan menuju asramanya sambil melihat beberapa murid yang masih berkumpul di taman sekolah. Taman sekolah yang menghubungkan gedung pembelajaran dan gedung asrama siswa-siswi sering di jadikan tempat untuk berkumpul beberapa murid. Namun tiba tiba seseorang memukul kepala bagian belakang  Reno sampai tak sadarkan diri.

Reno mengerjap ngerjapkan matanya. Ia mencoba melihat ke sekeliling dan bisa di simpulkan bahwa ia sekarang berada di salah satu kamar asrama namun bukan kamar yang biasa ia tempati. Reno mencoba untuk duduk meskipun kepalanya sedikit pusing.

"Sialan siapa sih yang mukul kepala gue?" Reno sedikit kesal.

"Gue"

Reno langsung melihat kearah pintu asrama terdapat seorang siswa yang sudah berdiri disana. Reno sedikit terkejut setelah melihat orang tersebut.

"Alex? Ngapain lu mukul kepala gue? Gak ada kerjaan banget sih lu"

Alex berjalan kearah Reno sambil memainkan gantungan kunci. "ya maaf. gue kan cuman iseng"

Reno mendengar jawaban Alex langsung mendelikan matanya. "Iseng sih boleh tapi jangan sampai celakain orang dong. Untung aja gue gak mati"

Alex berdecak lalu duduk di kursi dekat kasur yang di tempati oleh Reno. "Yaudah sih yang pentingkan lu masih hidup masih bisa nafas masih bisa ngoceh kan? jadi gak usah khawatir. Toh kalau lu mati gak ada untung sama ruginya juga bagi gue"

"Sialan"

Alex sedikit tertawa mendengar Reno mengumpat. "Oh iya lu masih sering ngelakuin?" Tanya Alex. Ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.

"Maksud lu?"tanya Reno tak mengerti.

Alex menghela nafas. "Rentas"

Reno pun mengangguk mengerti apa yang di tanyakan oleh Alex. "Masih, kenapa emang?"

"Bagus, gue minta tolong sama lu"

"Bentar bentar, lu mukul kepala gue cuman mau minta tolong sama gue doang?"

Alex mengangguk sambil cengar cengir. "Biar dramatis, Ren. Jarang jarang kan ada yang minta tolong orang kaya gitu"

Reno diam sambil mengumpat di dalam hati. Reno melihat salah satu meja yang letaknya berada di depan tempat tidurnya —berantakan. Ia pun berniat bertanya kepada Alex. "Lex, ini kamar siapa? Berantakan banget tuh meja belajarnya"

"Gue"jawab Alex santai sambil berjalan kearah meja belajar tersebut namun sebelum ia duduk. Alex berbalik ke belakang melihat Reno. "Nanti besok siang temuin gue di rooftop gedung pembelajaran. Nanti gue kasih tau apa yang harus lu bantu"

"Emang gue pernah bilang mau bantuin lu?"celetuk Reno karena masih kesal dengan kelakuan Alex tadi.

"Sialan"

•••

Andira membongkar laci meja belajar Keyln. Ia tau apa yang dirinya lakukan adalah hal yang tidak sopan tapi ia sungguh penasaran dengan isi laci meja belajar tersebut.

Saat membuka laci paling bawah, Andira mengerutkan dahinya setelah melihat banyak sekali amplop dan kertas berwarna merah. Tak lama ia pun teringat Natasya pernah membawa kertas merah di lantai 5 tempat loker siswa.

Andira menghela nafas. Sungguh tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Ia pun segera membereskan semuanya dan berniat menanyakan hal ini kepada Natasya.

Bisa di lihat jam digital yang menempel seperti permen karet di dinding menunjukan pukul 9 malam. Pintu kamar terbuka menampilkan sosok Natasya yang masih menggunakan seragam sekolah lengkap dengan tas gendongnya.

"Lu ikut kelas tambahan lagi hari ini?" Tanya Andira yang baru saja keluar dari kamar mandi menggunakan kaos berwarna putih dan celana training Berwarna hitam sambil mengeringkan rambut nya menggunakan handuk kecil berwarna merah muda.

Natasya duduk di salah satu sofa. "Iya gue ikut kelas tambahan. Gila sih banyak banget yang ikut dari kelas 10-3 bahkan hampir satu kelas ikut"

"Seriusan?" Andira ikut duduk di sebelah Natasya.

Natasya mengangguk lalu menghadap Andira. "Ya, gue sempet tanya sih dan jawaban mereka tuh karena nilai mereka sekelas turun drastis"

Andira mengangguk. "Oh gitu, eh iya gue mau nanya sama lu. Lu sering dapet amplop sama kertas warna merah?" Tanya Andira to the point.

Natasya menghentikan aktivitasnya mengeluarkan buku dari tas. "Lu tau dari mana?"

"Gue nanya, Sya. Gue tiba tiba aja keinget lu waktu di loker sambil bawa kertas merah"

Natasya menatap lurus kearah televisi dalam keadaan mati yang letaknya berada di depan mereka.

"Iya"

Bersambung...

Archipelago AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang