°Menyelinap°

142 17 0
                                    

Reno berjalan di lorong gedung pembelajaran. Gedung terlihat sepi, ia yakin hampir seluruh siswa-siswi Archipelago Academy saat ini sedang makan siang di kantin. Ia terus menelusuri setiap lorong sampai kakinya pun berhenti melangkah di satu kelas yaitu kelas 10-1.

Terlihat beberapa siswa dan siswi berada di kelas ada yang sedang mengobrol, bermain dengan ponselnya, dan menghapus papan tulis. Reno mengamati setiap murid yang berada di kelas sampai akhirnya ia menemukan orang yang ia cari tengah membaca buku sambil menggunakan earphone di telinganya. Azka Aldric.

Dengan cepat Reno menghampiri Azka lalu menepuk pundaknya. "Ka, gue mau ngomong sebentar sama lu"

Azka yang mendengar ucapan Reno ia pun segera melepas earphone yang terpasang di telinganya. "Mau ngomong apa?"

"Ikut gue, gak mungkin gue ngomongin itu di sini" ajak Reno. Azka yang mengerti langsung beranjak dari kursinya dan mengikuti Reno yang berjalan duluan.

Reno membawa Azka ke pintu belakang gedung pembelajaran. Ia yakin tempat itu aman meskipun ada cctv tapi ia tau bahwa cctv tersebut sedang mengalami kerusakan. Reno mengetahuinya saat ia di ruang guru mendengar perbincangan dua orang guru saat mengambil tugas dari Pa Hamdan.

"Lu yakin ini tempat aman?"tanya Azka memastikan setelah melihat cctv yang bertengger di atas pintu.

"Yakin, biarin aja tuh cctv toh itu cuman pajangan doang" jawab Reno

"Maksud lu cctvnya rusak?"

Reno mengangguk. "Ya bisa di bilang begitu, udah 2 hari terakhir ini cctv itu rusak"

Tadinya Azka mau menanyakan dari mana Reno tau bahwa cctv itu rusak tapi ia urungkan karena menurutnya itu tidak penting. "Lu mau ngomong apa?"

"Gue dapet bukti transaksinya"

Seketika Azka menatap Reno tak percaya. "Ternyata kemampuan lu berkembang pesat ya, terus gimana?"

Reno tersenyum. "Gue dapet bukti transaksi Bu Allen sama Ibu Christine tapi Ka gue yakin murid istimewa Bu Allen gak cuman Keyln doang. Soalnya waktu gue cek banyak banget yang transfer uang ke rekening Bu Allen"

"Kalau itu udah pernah kita bahas di rooftop kan"

"Iya sih, cuman itu ka" Reno tidak melanjutkan ucapannya.

"Itu apa?"tanya Azka penasaran.

"Ada rekening atas nama sekolah transfer uang ke Bu Allen dengan jumlah uang yang cukup besar. Kalau lu gak percaya lu bisa lihat di sini. Gue udah ambil semua buktinya dan gue pindahin ke flashdisk ini" Reno mengambil flashdisk di dalam saku celananya dan memberikan ke pada Azka.

Azka menerima flashdisk tersebut. Setalah mendengar penjelasan Reno ia teringat akan kegiatan amal yang sering di bicarakan olehnya dan Alex saat satu bulan mereka bersekolah. Apa mungkin uang itu adalah uang amal.

"Oke nanti gue cek"

•••

Jam menunjukan pukul 10 malam. Andira dan Alex sudah memasuki gedung utama sekolah atau biasa di sebut gedung khusus guru. Setiap lorong terlihat sepi sampai-sampai hanya langkah kaki mereka saja yang terdengar. Maklum seluruh guru pasti sudah pulang ke rumah mereka masing masing mengingat ini jam 10 malam toh siapa juga yang mau berada di sekolah sampai larut malam.

Pencahayaan di gedung ini sangat minim karena lampu hanya di nyalakan di beberapa titik saja jadi mau tidak mau Alex dan Andira harus membawa senter dari asrama mereka. Sesekali mereka menyoroti beberapa ruangan yang mereka lewati memastikan bahwa di gedung ini tidak ada orang sama sekali kecuali mereka.

Sampai akhirnya, mereka sampai di depan ruang kepala sekolah. Ruangan kepala sekolah berada di paling ujung lorong. Alex mengeluarkan satu Alat sebesar ponsel dari saku hoodie sebelah kiri yang ia gunakan.

"Alat apa itu?"

Alex menempelkan alat tersebut ke sensor pintu tanpa menjawab pertanyaan Andira. dalam hitungan detik password sensor dapat di ketahui dan pintu bisa di buka.

"Lu dapet alat kaya gini dari mana?"Andira bertanya lagi kepada Alex. Ia benar benar penasaran.

Alex membuka pintu ruang kepala sekolah. "Gue bikin alatnya"

Andira menatap Alex tak percaya. "Serius?"

Alex terkekeh. "Ya jelas enggalah masa iya gue bisa bikin ginian"

Tiba-tiba Alex menarik tangan Andira membawanya masuk ke dalam ruang kepala sekolah setelah ia mendengar langkah kaki dari lorong.

"Ngapain sih lu nar-"

Alex menutup pintu. "Sssttttt"

"Lex ada ap-"

Alex langsung berdiri di depan Andira lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia mencoba memekakan indra pendengarannya. Suara langkah kaki tersebut semakin dekat, Alex yakin orang tersebut sedang berjalan menuju ruang kepala sekolah. Sedangkan Andira tak bergeming sedikitpun sambil terus menatap wajah Alex yang terlihat serius. Sampai akhirnya Alex mendengar seseorang sedang membuka password pintu.

"Sialan" Alex langsung menarik Andira menuju bawah meja. Ini di luar dugaannya, ia tidak menyangka akan ada seseorang datang ke gedung utama terutama ruang kepala sekolah.

Andira mencoba mencari jalan keluar sampai akhirnya ia melihat jendela yang letaknya tak jauh dari meja kepala sekolah. "Kita bisa keluar lewat sana"

"Pinter juga lu. Jadi makin sayang kan gue"

Andira bergidik geli. "Di situasi kaya gini aja Lu masih sempet sempet nya kaya gitu ya" Namun Alex menanggapinya dengan cengiran khasnya.

"Udah mending kita keluar sekarang lewat jendela" Alex langsung menuju jendela. Beruntung jendela tersebut dapat di buka dengan mudah jadi ia tidak usah memecahkan kacanya.

Alex menyuruh Andira keluar jendela lebih dulu lalu di susul olehnya. Untunglah ruang kepala sekolah berada di lantai dasar memudah kan mereka untuk kabur.

"Hei kalian jangan kabur!!!"

Bersambung...

Archipelago AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang