°Gawat°

136 17 0
                                    

Alex dan Andira membawa Jordan ke taman belakang sekolah yang terlihat sepi karena hampir seluruh murid berada di kantin untuk makan siang.

"Lu gak masalahkan kalau kita bahas di sini?"tanya Andira baru saja membuka mulutnya.

Jordan mengangguk. "No problem, asal kalian gak ngebunuh gue itu bukan masalah"

"Oke langsung aja, lu tau masalah murid kelas 10-3 yang di drop out seminggu setelah kegiatan belajar mengajar?"tanya Alex setelah memasukan ponselnya ke dalam saku jas sekolahnya.

"I know, mereka temen-temen gue." Jordan menghela nafas. Alex dan Andira yang mulai melihat Jordan akan menceritakan sesuatu segera memasang telinga dengan baik.

"Percaya atau engga berita yang ada di mading digital sekolah itu semua hoax" lanjut Jordan dengan ekspresi wajah sedikit kesal. "Mereka gak pernah palsuin piagam penghargaan"

"Jordan, apa lu punya bukti?"tanya Andira.

"Bentar sebelumnya, dari mana lu tau nama gue?"tanya Jordan sambil mengerutkan dahinya.

"Lu lihat di jas sebelah kanan lu" titah  Alex menunjuk jas Jordan dengan matanya.

Jordan melihat jas sebelah kanannya yang tertera nama dirinya. "Ah iya gue lupa" ucap Jordan sambil tertawa kecil diikuti gelengan Alex.

"Oke gue punya bukti" Jordan merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponsel. Ia segera menyalakan dan membuka layar ponselnya. "Rekaman ini gue ambil waktu gue di suruh ke ruang kepala sekolah dan  sebelum gue masuk ruangan ada Bu Allen yang mengobrol dengan orang tua murid" jelas Jordan lalu memutar isi rekaman tersebut.

Saya harap setelah saya mentransfer uang, anda segera mengeluarkan tiga siswa tersebut

‘Anda tidak usah khawatir saya akan melakukan apa yang anda inginkan’

‘Saya serahkan semua pada anda’

Awalnya Alex tidak percaya bahwa itu adalah rekaman asli namun setelah mendengar suara Bu Allen ia segera menepis pikirannya tersebut.

"She is really sneaky" gumam Andira lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

Alex melihat kearah Jordan sambil melipat lengan di dada. "Kenapa lu dengan mudahnya ngasih tahu rekaman itu?" Tanya Alex penasaran.

"Gue tahu lu siapa" jawab Jordan balas menatap Alex. "Lu  hacker yang pernah retas website salah satu Junior high school kan?"

Alex terdiam sejenak. Ia cukup terkejut dengan jawaban Jordan pasalnya hanya Azka, Reno, dan Andira yang tau bahwa ia adalah Hacker. "Kenapa lu nyangka gue hacker?"

Jordan menyunggingkan senyum tipis."Bu Allen sama salah satu rekannya pernah membahas itu di depan gedung asrama waktu kegiatan belajar mengajar baru di mulai dan gue gak sengaja lihat mereka waktu gue mau ambil buku yang ketinggalan di asrama"

Alex tertawa kecil. "Lu salah, kalau gue hacker mana mungkin gue sekolah di sini. Seharusnya gue sekolah khusus IT Academy bukan di Archipelago Academy" ucap Alex menepis penjelasan Jordan.

Andira yang sedari tadi menyimak langsung membantu Alex. Ia tahu bahwa hacker tidak boleh identitasnya tersebar jika itu sampai terjadi bahkan identitasnya diketahui oleh orang yang salah mala petaka akan datang menghampirinya. "Bener kata Alex, mana mungkin ada hacker sekolah di sini"

"Ah gitu ya, mungkin gue salah denger"

"By the way, asrama kelas 10-3 ada di lantai berapa? Kok gue jarang liat anak kelas 10-3 di gedung asrama" tanya Andira penasaran sekaligus mengalihkan topik.

"Asrama 10-3 di lantai dasar.  anak kelas 10-3 selalu pulang jam 10 malam  karena kita di wajibkan ikut jam tambahan makannya lu pada jarang liat anak kelas 10-3"

Sekarang Andira teringat dengan Natasya yang sering mengikuti kelas tambahan akhir akhir ini dan Natasya juga menjelaskan bahwa di kelas tambahan kebanyakan kelas 10-3 dan ternyata alasannya adalah kelas 10-3 di wajibkan mengikuti kelas tambahan tapi anehnya ranking mereka selalu berada di bawah.

•••

"What the... Sialan"umpat Azka setelah mendapati flashdisk pemberian Reno tidak ada di laci lemari asramanya.

Azka dan Reno mempunyai rencana untuk segera memberikan semua bukti kepada pemilik sekolah atau Direktur Antonio Perez. Namun, saat mereka sampai di kamar asrama yang di tempati oleh Azka dan Alex terlihat berantakan seperti kapal pecah. Dan ya, flashdisk milik Reno yang berisi bukti transaksi hilang.

"Bodoh, kenapa coba lu gak simpen flashdisk gue di brankas yang ada di sebelah tempat tidur lu, hah? Itu ada tugas makalah gue njir mana bentar lagi di kumpulin" Reno sedikit kesal karena kecerobohan Azka menyimpan flashdisk miliknya.

"Masih sempet sempet nya aja lu mikirin masalah tugas di situasi kaya begini"celetuk Azka tak kalah kesal

Reno memukul kepala Azka. "Eh kampret, kalau gue gak ngumpulin itu tugas mampus gue kena amuk pa Hamdan"

Azka meringis sambil mengusap kepalanya yang terkena pukulan dari Reno. "Tugas pa Hamdan bisa lu salin punya gue. Gue yakin pa Hamdan kasih tugas yang sama kaya kelas gue. Sekarang masalahnya bukti transaksi nya udah hilang"

"Pertanyaan gue nih ya, kenapa lu gak simpen di brankas?"tanya Reno.

Azka melihat kearah brankas yang terletak di sebelah tempat tempat tidurnya. "Ada yang gak beres sama brankasnya"

"Maksud lu?"

"Lu gak ngeh apa? Password brankas gak bisa di ubah. Password nya udah ditetepin sama pihak academy dan gue takut ada apa apa di dalem brankasnya kalau gue masukin tuh flashdisk"jelas Azka panjang lebar.

Reno mengusap wajahnya gusar. "Terus kita harus kaya gimana buat ngambil lagi itu flashdisk?"

Azka melihat kearah benda kecil yang menempel di dalam lemarinya lalu tersenyum. "Gue tahu apa yang harus kita lakuin"

Bersambung...

Archipelago AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang