psycho - 8th Road

597 52 1
                                    

catatan bachan:
sampai jumpa di kamis pertengahan februariiiii!

luv,
bachan

_____________

Nako menyusul tak lama setelah Sanha dan Hitomi sampai di kantin. Gadis mungil itu memamerkan cengiran super lebar, sebelum duduk di sisi Sanha dan membiarkan pacarnya menguyel kepalanya gemas.

Hitomi yang menonton jadi menahan mual.

"Tadi gimana soal ulangannya, Nako?" tanya Sanha dalam mode super manis. Membiarkan Hitomi mencibir dalam hati, ularrrr ularr.

Nako menatap Sanha, menyengir super lebar. "Pusinggggg! Jadi aku harus teliti banget gitu loh, San. Huuuh, kayaknya nggak bakal dapat seratus."

Hitomi memutar pandangan, memilih untuk tak menanggapi. Selebihnya, begitu dia tanpa sengaja mendapati Bomin tak jauh dari mejanya, ia juga melihat Hyunjin yang terlihat ngos-ngosan. Mungkin akibat berlari-lari sepanjang koridor tadi.

Hitomi menghembuskan napas, bersender letih pada kepala bangkunya ketika matanya menatap jemari kanannya yang kembali tremor. Hitomi menggenggamnya, berusaha menenangkan diri.

Jangan panik, jangan panik, jangan panik.

"Hii-chan mau makan apa?" tanya Nako dibalas berdirinya Hitomi. Gadis berpipi gembul itu memaksakan sebuah senyum, lalu menunjuk pintu keluar kantin dengan ibu jarinya. "Aku ke toilet dulu ya, Nako."

Nako mengerjap, namun berakhir memilih tersenyum dan mengangguk. Ia menatap kepergian Hitomi bersama Sanha. Lalu tersadar sesuatu, dia jadi menatap pacarnya curiga.

"Kamu tuh jangan kebiasaan gangguin Hii-chan dong." omelnya lucu. Bibirnya jadi maju beberapa senti hingga alih-alih kesal merasa diomeli, Sanha justru senang saat ini. "Bercanda doang, Nako. Hii-chan aja yang kerjaannya cemberut mulu."

*

Bomin tengah menggulung net voli begitu Ryujin datang membantunya. Gadis itu menyengir kuda, "Gue bantu nggak pa-pa kan?" tanyanya berakhir dibalas anggukan.

Hari ini Ryujin mengepang rambutnya, jadi terasa lebih rapi, dan segar.

Juga cantik.

Bomin menggelengkan kepala, berakhir menyelesaikan tugasnya dan membiarkan Ryujin menepuk bahunya. "Lo utang nutriboost stroberi sama gue! Sebotol aja ya!"

Bomin menatap kepergian gadis itu, terdiam sesaat sebelum berakhir tertawa kecil. Bomin memungut net tersebut untuk diletakkan dipinggir lapangan, ketika sekali lagi di kejauhan dia mendapati gadis itu disoraki teman-teman sekelasnya.

Bomin tersenyum lagi.

"Awas, ntar gila." ledek Daehwi yang sudah duduk dibawah pohon sembari memakan mi ayamnya. Sudah menonton Bomin dari tadi sebetulnya.

"Makan lagi lo?" tanya Bomin mengabaikan ucapan Daehwi yang sebelumnya. Ia menggaruk pangkal hidung, "Tadi bukannya abis makan roti isi? Lo jadi banyak makan sekarang."

Daehwi mengangguk mengiyakan, terlihat tidak canggung ketika melakukannya. Jadi Bomin nyaris percaya seratus persen andai mereka tidak berteman sejak lama.

"Roti isinya buat siapa?" tanyanya sembari mendudukan diri, tangannya mengambil alih botol minum Daehwi, meneguknya tanpa permisi dan membiarkan si empunya nesuh sendiri.

"Buat Bang Woojin. Dia nitip dari kapan tahu, cuma karena gue ke kantin tiap makan siang doang jadi keabisan terus. Tadi untungnya inget. Ya gue beli." jelasnya mencucu. Bomin jadi meliriknya dengan tatapan meledek.

Namun segera mungkin Daehwi mengalihkan topik. "Ryujin itu katanya pernah demen sama si dower. Semenjak pensiun, dia jadi punya harem. Cowoknya dimana-mana. Lo kalo mau ngegas kudu persiapan mateng-mateng. Soalnya yang lo taksir reinkarnasi kutu loncat, Min."

Bomin mengatupkan bibir, mengangguk sekenanya sebelum berakhir menyengir. Ia menepuk bahu Daehwi dua kali semangat. Membiarkan temannya mengaduh jengkel.

"Gue ke Hyunjin dulu!"

"Aihhh, barudak hiji." dumelnya.

*

Yena menggaruk pangkal hidungnya, menatap muka kesal Seungkwan sebelum menggaruk pelipis. "Bukan salah gue kali, nyong...."

"Siapa yang bilang salah lo?" tanyanya galak.

Yena mengatupkan bibir, "Ampun baginda." cicitnya sembari menyatukan tangan di atas kepala. Seungkwan melengos, "Lagian elo tuh disindir dikit langsung kepelatuk. Udah tahu si Lucas emang lancar bener bacotnya. Apalagi nggak ada ceweknya."

"Gue nggak masalah kalo dia mau ngomong macem-macem, Nyong. Tapi masalahnya dia mau bikin lo malu di pesta ulang tahun mantan gebetan lo. Gimana gue nggak kesel?!"

Seungkwan mendecak pelan, "Yaudah sana lo turun. Langsung bersih-bersih biar tidur nyenyak. Gue juga mau nyicil tugas."

"Tapi lo marah....." katanya langsung menciut.

Seungkwan menghembuskan napasnya. "Kaga. Udah sana turun." ucapnya lebih halus sekarang.

Yena menggigit bagian dalam pipinya. Masih merasa tak enak hati karena membuat sahabat setannya ini gagal ketemu mantan gebetan sebab terlalu sibuk mengurusinya.

"Ihh, jangan gitu lah nyongki. Gue kan jadinya nggak enak parah sama lo. Lo bilang deh mau gue traktir apa, bilang sekarang, langsung gue jabanin. Lagian gue juga belum makan."

Lelaki itu menatap Yena sejenak, lalu memajukan bibirnya untuk mencibir habis-habisan. Walaupun tetap menyalakan mesin mobilnya. "Gue mau makan sate. Lo ya yang ngucap duluan mau bayarin."

Yena menyengir, mengangkat kepalan tangannya ke udara gembira.

"NGAJENG BLI!!"

"Sampun."

*

Jaemin sedang bingung mengerjakan tugasnya begitu Shuhua datang membawa buku jimat. Lelaki itu mengerjap sensi, mendongak menatap si empunya sebelum berakhir tersenyum meledek.

"Kenape siii? Pagi-pagi udah cemberut ajelo!"

"Tuh, coba lo puter badan, nying. Lihat manusia bernama Renjun yang kikirnya tujuh turunan. Sebel banget deh gue, Na. Udah gue tagih setiap hari biar bisa nyicil masihhhhh aja bikin gue memaki tiap hari." gerutunya sebelum memilih mendudukan diri. "Nih, tadi dia gaya-gayaan nanya tunggakan berapa. Gue jawab 146.000 tebak dia ngasih berapa? Goceng doang asyyyuu. Padahal itu yang merah-merah ada lima di dompet. Gila."

Jaemin terbahak puas. Memutar badannya ke belakang sembari menggeleng tak patut.

"Lo juga sama aje anying." balas Shuhua setelah melihat rekor lelaki itu di buku catatannya. Ia berkacak pinggang. "Nggak ada bedanya lo buaya!"

Jaemin mendelik, melirik Minju sesaat sebelum mendesah dongkol. "Tolong dong bahasanya, itu ada Milea gue lagi belajar jadi terganggu denger suara lo."

Shuhua melotot.

"MAKSUD LO SUARA GUE GANGGU?!"

"Sha, gue nunggak berapa?"

Shuhua mengatupkan bibir, menatap sumber suara sebelum tersenyum manis. "Pagiiiii, Seungminnn!!"







"Medusa." Batin barudak berinisial Na dan Huang dalam hati.

Psycho ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang