warning
.
Sohye menatap kepergian Wonu sebelum menghela napas, gadis itu menyentuh dada kirinya, merasakan debaran menggelitik di sana.
Bibirnya melukis senyum tipis, begitu Wonu menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangan.
"Hati-hati!"
Wonu mengacungkan jempolnya, membiarkan Sohye masuk ke dalam kamarnya tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Ting!
unknown number
sent a photo
Kira-kira, kalau posisinya begini
Wonu bakal menyelamatkan dia atau elo?Sohye menutup mulutnya tak habis pikir, ketika jemarinya berakhir menghubungi Wonu segera bersamaan dengan tubuhnya yang berguncang hebat.
"Halo?"
Tangisnya pecah.
"Loh kok malah nangis, sayang? Take a breathe. Pelan-pelan, cerita ke aku ada apa?"
"Kak Wonu." Sohye mengucek matanya berulang kali, menahan tangisnya sekarang ketika isakannya masih terdengar. "Penculiknya Naeun sms aku."
*
Ia terkikik ketika kakinya memasuki rumah diam-diam, matanya melirik ke segala penjuru sebelum mengendap menuju dapur. Senyumnya melebar diambang batas kewajaran begitu dirinya membawa sebotol minyak sayur menuju kamarnya di lantai dua, mengguyur lantainya tanpa berdosa.
Matanya melirik ke lantai dasar dari tralis besi rumahnya, menatap pintu kamar tersebut sebelum menuruni tangga sembari melumuri pijakan dan pegangannya tanpa terkecuali.
Bayangan bagaimana seseorang bisa terjatuh, cacat dan kehilangan ingatannya merupakan skenario terbaik yang dia inginkan. Tidak mati, tapi tersiksa hidupnya.
Ia terkekeh, menatap pintu kamar itu sekali lagi sebelum mengembalikan botol minyaknya ke dapur, mengambil sebuah pisau berkarat dibawah wastafel dan membawanya pergi.
Bibirnya bersiul tenang, hanya membayangkannya saja membuat rongga dadanya berdebar puas.
Ia meninggalkan rumahnya, berpikir untuk membakarnya saja lain kali. Tahun baru? Perayaan hari raya? Tunggu saja, dia pasti akan menyaksikan bagaimana orang di dalam sana meminta ampun tanpa mampu berbuat apapun.
Ia kembali menyeringai bersama langkah mundurnya yang meninggalkan halaman rumah itu untuk menghampiri mobil kesayangan pemiliknya.
Memastikan kapsul besi itu mengantar pengemudinya menuju alam baka.
Miaw.
Ia menoleh, mendapati kucing itu menghampirinya. Bibirnya menyungging senyum tulus, ketika jemarinya beralih menggendong hewan itu sayang. Mengusapnya berulang kali ketika tangannya yang lain mengeluarkan pisau berkaratnya diam-diam.
Ia tersenyum begitu sepasang mata bulat tersebut hanya mampu membelalak dengan mulut menganga sewaktu pisau tersebut mengoyak isi perutnya.
"Mmm, kamu tidur disini malam ini oke?" katanya sembari meletakkan bangkai kucing tersebut disisi ban terdepan mobil itu, mengusap kepalanya sayang sembari menerka-nerka bagaimana pemiliknya melihat hasil operasinya yang gagal.
*
Hitomi mengerjap pelan ketika rasa kantuknya perlahan mulai menguap, gadis itu merasakan sesuatu di sekitar perutnya sebelum tersadar itu merupakan tangan Sanha!
