Bomin menatap Nancy sejenak. Gadis itu sedang kesulitan dengan rambut yang menempel dilehernya karena berkeringat.
Sementara tumpukan kertas brosur pemberian Madam Hyolin dikedua tangannya membatasi pergerakan gadis itu yang biasa dipakai mengipasi lehernya dari tadi.
Untuk itu Bomin datang, mendekat. Menumpukkan brosur-brosur miliknya di atas milik gadis setengah kaukasian itu dan membiarkannya mendelik tak terima.
"HEH, MAKSUDNYA APA NIH?!"
"Bentar." balas Bomin sembari mengumpulkan rambut gadis itu ke belakang, memutarnya dan merogoh saku celana untuk mengambil pulpennya.
Bomin menusukkan pulpen itu ke sanggul buatannya, membiarkan gadis yang semula mencerocos mendadak membeku.
Lelaki itu mengintip dari belakang, lalu tertawa kecil. "Anjir, nggak usah baper lo."
BANGSATTTTTTT.
Nancy mendongak, menatap sinis Bomin ketika lelaki itu berakhir membawa kembali bagiannya lebih sedikit sebelum kabur menghindari gadis itu.
"ANJING INI KENAPA PUNYA GUE LEBIH BANYAK, BOMIN?!"
"Kan tadi udah dibantuin, nggak gratis itu! Awas jangan sampe ada yang ilang!"
Nancy menggeram, berakhir berjalan menuju kelasnya sembari menggerutu panjang lebar. "Mimpi apa gue semalem ya Lord?" desisnya tak habis pikir.
Nancy menghembuskan napas, bersamaan dengan terbangnya lembar brosur dalam tangannya. Gadis itu mendelik, buru-buru mengejar kertas itu. Untungnya tak terlalu jauh, hanya saja sebagian besarnya masuk ke ruang sempit dibawah pintu.
Nancy menurunkan lututnya, meraih brosur itu sebelum sesuatu seakan menahannya.
Gadis itu mengerutkan alis, menariknya lagi lebih keras. Nancy menatap brosur itu sejenak, mendapati air liur di bagian yang tertahan tak percaya.
Ia meletakkan brosur dalam tangannya ke lantai, bersiap mengintip sela pintu tersebut dengan jantung berdebar.
"Bukan apa-apa. Bukan apa-apa. Nggak usah takut. Nggak usah takut." rapalnya terus-terusan.
Nancy mengintip ke dalam mencari sesuatu di sana, namun berakhir mendapati kaki-kaki bangku terbengkalai. Matanya kembali menajam.
Gadis itu melotot begitu mendapati kaki-kaki ringkih anak kucing di sana.
"Oh my God!"
Bomin menjerit, menatap tak habis pikir gadis itu ditempatnya sembari menutup matanya segera.
"WHAT ARE YOU DOING?!"
*
Jaemin mengetukan jemarinya diatas meja menunggu bel istirahat berbunyi ketika dari tadi matanya mengamati Minju yang asik mengerjakan latihan soal sendiri. Beberapa kali, Jaemin melihat Junkyu mencolek bahunya untuk bertanya sesuatu, lalu dibalas gadis itu dengan sepatah dua kata sebelum akhirnya berbalik badan untuk menjelaskan keluhan Junkyu.
Melihat itu Junkyu, mata Jaemin segera memendar ke arah lain, mencari si pawang lelaki yang ternyata sibuk sendiri bermain gim di ponsel. Bahkan tak segan memakai earpodsnya selagi Pak Eunhyuk menjelaskan.
Jaemin menghela napas, niatnya dia mau melihat jam dinding kembali, namun tatapannya justru terkunci pada gadis yang diam-diam bertukar pesan dengan Seungmin lewat selembar kertas.
Kening Jaemin mengerut sesaat, mengamati mereka dalam diam ketika kepalanya kembali mengingat kata-kata Guanlin tadi pagi.
"Dijemput Seungmin, nggak tau kesambet apaan. Tapi dari berangkat udah nyengir mulu kayak orang kerasukan."
