Berita kalau bangsal Chaewon dipenuhi ulat bulu jadi trending topic hari ini. Setidaknya menutupi berita Sanha yang masih tidur bersama Mama dan Papa (dan dipuk-pukin pula!)
Namun meskipun demikian, Sanha merasa tidak baik-baik saja begitu melihat bagaimana temannya terlihat benar-benar syok sekarang (Hyunjin yang masih di sana karena Chaewon langsung dibawa pergi bersama Felix untuk ditangani). Nako begitu melihat keadaan temannya saja sudah lemas duluan di sisi Sanha, nyaris jatuh kalau lelaki itu gak menahannya.
Hitomi yang kini ikut menonton di depan UKS tepat disebelah Sanha berakhir menatap tangannya yang belum berhenti gemetar dari tadi. Gadis itu memejamkan mata, merapal dalam hati tanpa tahu kalau sepasang mata Sanha mengamatinya sedari tadi.
Sanha meraih jemari itu, membawanya ke dalam genggaman dan berakhir membuang muka. Enggan balik menatap sepasang mata yang tengah menatapnya tak habis pikir ketika niatnya hanya membantu menenangkan saja.
Hitomi menarik tangannya, segera pergi dari sana dan berakhir mengusap gusar wajahnya. Berusaha menghilangkan siluet seseorang yang kian erat bercokol dalam kepalanya. Tawa mengerikan orang itu kembali terngiang, dan rasanya Hitomi semakin sesak napas.
"Satu... Satu... Hyunjin milik aku..."
"Dua... Dua.. Jalang mengambilnya...."
"Tiga.. Tiga.. Akan kubunuh semua..."
"Satu dua tiga... Matilah mereka."
"Hii-chan?"
Gadis itu menengadah, menatap Yireon sebelum berakhir ambruk dihadapan gadis itu.
*
Seungkwan tengah membaca bukunya begitu pekikan tertahan dari segala penjuru mendadak terdengar. Kepalanya menengadah, menatap hal yang sedang terjadi sebelum melengos begitu mendapati Mingyu berjalan bersama Doyeon ke arahnya. Disisi lain ada Yena dengan belasan chiki dalam pelukan, gadis itu terlihat bahagia begitu menampung hadiah-hadiah milik dua orang dihadapannya. Jelas saja tak luput dari kutilan Woojin disisinya.
Pun berbeda dengan bebek berwujud manusia ini, lelaki bergingsul itu sebenarnya tak menyangka juga begitu beberapa gadis memberinya hadiah untuk pribadi bukan untuk Mingyu ataupun Doyeon yang berkedok titipan.
"Jangan lupa dipakai ya, baik buat badan lo yang lagi kecapean!"
"Ini oleh-oleh dari Berlin, jangan lupa dimakan ya!"
"Jinn, terima dong, gue bikin sendiri nih buat lo!"
Yena meletakkan chiki-chiki itu diatas meja, membiarkan Seungkwan mengambilnya dan langsung menyobek bungkusnya tanpa permisi. Lelaki itu mengedikan dagu, "Abis dari mana lo pada?" tanyanya sembari mengunyah.
"Nongki-nongki kece lah." jawab Mingyu sembari menyugar rambutnya, Doyeon berakhir memutar kedua bola mata, ikutan membuka bungkus chikinya dan makan bersama.
"Salah tempat berarti lo. Ngapain kesini?" tanya Seungkwan kemudian.
Yena mencibir, "Ssssombong amat!"
Seungkwan mengedikan dagu, betul-betul penasaran sekarang. Masalahnya, jarang sekali mereka kumpul berlima begini. Yang benar-benar full team sebelasan terakhir kali, rasanya sudah lama sekali.
"Pacarnya adek gue kena teror." ucap Doyeon mengawali, ia tersenyum kecut begitu matanya menatap Seungkwan. "Tapi gue sama Mas Mingyu tahunya malah dari Changbin."
"Adek lo yang satu sekolahan sama adek tirinya Yena? Adek kelas kita dulu dong?" tanya Seungkwan dibalas decakan Mingyu. "Adek gue cuma dua, nggak usah nambah-nambahin lagi! Kalo Doyeon disini berarti bener yang itu!" balasnya terlanjur sewot.
