warning: harshword
Daehwi kaget begitu Somi meneleponnya dini hari tadi sambil menangis histeris, ketika ditanya apa yang terjadi, gadis itu cuma berbicara kalau dia mau Daehwi datang menjemputnya sekarang karena sekujur tubuhnya sedang tidak bisa diandalkan untuk mengendarai mobil sendirian.
Daehwi merasa semesta sedang mengerjai jantungnya akhir-akhir ini. Beberapa hari lalu Yireon, sekarang Somi. Dia cuma bisa berharap, semua bakal berakhir baik-baik saja.
Meskipun rasanya pasti sulit.
"Ya udah atuh, Som. Sekarang doa aja sama Tuhan maneh. Doain semoga si Aa' cepet ditemuin." kata Daehwi sembari berusaha fokus menyetir, itu pertama kalinya dia pergi ke area balapan liar, dan daerahnya betul-betul jauh dari peradaban.
Begitu melewati beberapa kebun, Daehwi takut sekali ada begal yang muncul menghadang mereka. Untung saja, hanya jalanannya yang jelek.
Sebetulnya Daehwi mau bertanya, mengapa teman-temannya suka mencari hal-hal berbahaya untuk menantang adrenalin begini?
Tapi tak berani menggurui karena dia tahu diri hal tersebut bisa memecah belah pertemanan mereka.
Untung saja baik Bomin, Sanha, Felix, dan Hyunjin anak rumahan. Meskipun dua orang terakhir yang baru dia sebutkan memang suka khilaf menghabiskan waktu berjam-jam sendirian di meja bar.
"Hwi," Somi menangis lagi membuat Daehwi mengulurkan satu tangannya untuk mengusap air mata banjir gadis itu.
Hanya tersisa beberapa orang asing dan sedikit yang dikenalnya, begitu Daehwi sampai ke tempat tujuan. Mereka segera turun dari mobil, Somi menghambur ke dalam pelukan Shasha dan Ryujin segera sementara Daehwi mengekorinya.
"Sekarang gimana, A'?" Daehwi bertanya saat mendekati gerombolan temannya, wajahnya betulan khawatir sekaligus ngeri. "Lagi dicari, Hwi."
"Kronologisnya gimana sih A' kalau boleh tahu? Kok bisa sampai kejadian?" tanyanya lagi membiarkan Jeno yang kelihatan sudah bisa mengendalikan kecemasannya angkat bicara.
Dari ceritanya, Daehwi jadi tahu kalau alasan Guanlin bisa jatuh ke jurang adalah karena kondisi jalanannya yang licin dan kecepatan tinggi lelaki itu saat menukik melewati belokan hingga motornya menyeret jauh meskipun jarak antara jurang dan jalanan trek mereka cukup jauh.
Orang-orang yang sebelumnya ditugaskan mengecek jalanan mengaku sudah memastikan keamanannya, mereka mengaku tidak menyangka hanya karena masalah kubangan kecil bisa membuat teman mereka jatuh ke jurang.
"Tapi udah dicek kan motornya sebelum dipake itu? Bukan ada yang rusak kan?"
"Nggak, Hwi." Jeno menggeleng pelan. "Sebelumnya kita-kita juga udah test motornya, nggak ada apa-apa, orang yang terakhir make juga balik nggak kenapa-napa. Cuma bangkai motornya juga belum ditemuin, jatuh sama Guanlin juga jadi kita belum bisa mastiin. Semoga motornya juga nggak nimpa badannya Guanlin."
Daehwi mengusap dadanya berulang kali, berusaha menenangkan debar jantungnya yang tak nyaman. Dia merasa betul-betul takut membayangkan kalau kejadian buruk itu terjadi kepadanya.
"PEREK!"
Daehwi menoleh dengan terkejut, bersamaan dengan yang lain ketika suara Shasha menggelegar. Ryujin menahan pergerakannya ketika temannya sudah maju menjambak orang itu dan menarik-narik hoodie-nya brutal.
"NGAPAIN LO MASIH DEKETIN SEPUPU GUE?! SEPUPU GUE RUSAK KARENA LO, YEJI!"
Daehwi baru mau menengahi, namun Jaemin lebih dulu berlari, menghadang gadis itu dan membiarkan Shuhua meronta dalam pelukannya.