catatan bachan:
temen-temen, bachan cuma mau ingetin lagi, lapak ini memang isinya crack semua 😭😭
kalau ada yang nanya, harusnya ini sama ini, itu sama ini, dan nggak kuat menelan kehaluan-kehaluan ini, hampura 🙏🙏, bachan bikin cerita ini ya memang begini...
bachan terima kasih buat yang udah baca cerita bachan, dan apresiasi karya bachan sampai sejauh ini entah lewat vote ataupun comment, tanpa kalian psycho nggak bakal berkembang sejauh ini, sampai tembus 5k viewers yang mana itu bikin lapak ini jadi cerita tercepet bachan 😭💖💖
Terima kasih semuanyaa
Luv,
Bachan
P.s: mumpung libur yuk gas psycho yuk 😭💖
----------
Jaebi menatap wajah terlelap gadis itu. Bibirnya membentuk segaris lurus ketika tangannya berakhir mengusap rambutnya hati-hati.
Nyatanya, Tuhan tahu kalau di dalam hidup Mas Jaebi, kamu yang paling berarti.
Lucunya, cara Tuhan menegur mas justru menyakiti kamu.
Mas nggak kuat, Na.
Mas takut kamu bakal terlalu nyaman dan nggak mau bangun lagi karena capek berurusan sama mas.
Begitu Yena masuk rumah sakit, Seungkwan meneleponnya langsung dengan panik. Jaebi berulang kali mengatakan supaya lelaki itu tenang, namun Seungkwan terdengar sangat berantakan.
"Dia jatoh, bang."
"Harusnya gue nemenin dia. Harusnya dia nggak sendirian."
"Harusnya gue jagain dia, bang."
"Kenapa lo nggak mukul gue sekalian aja sih?!"
"Seungkwan udah gue suruh balik sama yang lain. Mereka kelihatan syok karena ini." ucap Jinyoung pelan. Jaebi menoleh, lalu mengangguk pelan. "Kabarnya Yireon?"
Jinyoung menunjuk pintu keluar dengan ibu jarinya. "Lagi sama Jisoo diluar."
"Jisoo dateng?"
Jinyoung mengangguk mengiyakan. Jaebi menghela napas. Menatap gadis itu sekali lagi sebelum menyentuh jemarinya. Membawanya ke depan bibir untuk dikecup berulang kali.
Jinyoung yang menonton berakhir berkomentar prihatin. "Lo juga sama kacaunya kayak Seungkwan, Bi."
"Tapi gue nggak bisa ninggalin dia lagi."
"Gue bisa jaga sementara disini bareng Yireon sama Jisoo. Seenggaknya, lo harus mandi biar pikiran lo lebih tenang. Apalagi abis dari kantor lo langsung ke sini."
"Should i lost someone again?"
"You never lost her. Trust me."
Jaebi menelan ludah, bersiap melepas jemarinya andai gadis itu tak menahan.
"Someone pulls me. I swear." bisiknya dalam mimpi.
*
Hyunjin menatap Daehwi yang buru-buru mengemas barang-barang pentingnya bingung. Bomin yang ada di kamarnya juga bersama Hyunjin terlihat sama-sama clueless. Jadi daripada termakan kebingungan, Hyunjin memilih angkat suara.
"Lo mau kemana, Hwi?"
Daehwi menoleh, mengerjap sesaat seolah tersadar. Laki-laki itu mengusap wajahnya. Berdeham singkat sembari bertolak pinggang. "Kakaknya Yireon jatuh dari tangga."
