psycho - 24th Road

367 34 7
                                    


"Mau pulang bareng nggak neng? Hayuk atuh, daripada sendirian disini?" tawar Haechan begitu mendapati gadis itu tengah celingukan sendirian. Somi menoleh, mengerjap singkat sebelum menyengir. "Ihhh, modus. Pasti mau ngajak balikan, kannn??"

Haechan mendelik, sampai kupingnya terasa panas. "Yeee, pede amat anying!"

Somi tertawa, mengeratkan pegangannya pada tali tas sebelum berakhir tersenyum lagi. Ia menatap Haechan sekarang.

"Gue seneng deh kita masih temenan meskipun udah putus, Chan. Rasanya lega aja, gue nggak kehilangan temen sebaik elo." tuturnya tulus. "Kalo lo gimana?"

Haechan memutus kontak mata. Tangannya beralih menggaruk tengkuknya bingung mau membalas apa.

"Kalo gue-----"

"Udah nunggu dari tadi?"

Haechan terdiam. Menatap kedatangan lelaki itu sebelum melihat mereka bergantian. Menonton bagaimana Somi menyengir lebih lebar dan kelihatan berbunga-bunga, sementara lelaki itu menatapnya sehangat mentari.

Haechan menggigit bagian dalam pipinya begitu mata Guanlin terarah padanya sekarang. Lelaki itu tersenyum menyapa. "Chan."

Haechan tersenyum patah. "Yo, a'!"

Somi terkekeh, menyenggol bahunya meledek. Diam-diam berbisik bahagia. "Pacar gue, Chan."

"Duluan ya, Chan. Makasi udah nemenin Somi nunggu gue. Maaf agak lama, tadi dimintain tolong dulu sama Madam Dara buat manggil temen."

"Santuy, a'. Yang penting mah dijaga Neng Somi-nya. Barang antik ini."

Somi menepuk bahunya, lantas pamit pergi. Meninggalkan Haechan tanpa ragu dan membiarkan lelaki itu menghembuskan napasnya panjang.

"ELEUHHH ELEUHHH SADBOY ETAA?!"

Bangsatnya~~ Na Jaemin~~~~

*

Sanha mengerutkan alis begitu mendapati bungkus roti ditasnya, ada sticky notes berwarna pink nyentrik yang gampang dikenali. Tangan Sanha mengambil benda tersebut dan membacanya segera.

jangan dibuang
ini makanan

"Ih aneh." ceplos Sanha spontan. Ia memutar pandangan dan berakhir mencibir menatap punggung Hitomi sekarang (manusia satu-satunya setelah Sanha yang masih keukeuh berada di kelas setelah bel pulang berbunyi setengah jam lalu). Gadis itu tengah sibuk mengerjakan PR matematikanya tanpa menggubris keberadaan Sanha sama sekali.

Sanha melengos, mendudukan diri di kursinya dan berakhir membuka plastik roti tersebut langsung memakannya. Walaupun diam-diam bibirnya menyunggingkan senyum lagi.

Roti dari manusia roti.

Hehehe, gemes.

"Lo udah ngerjain PR Biologi halaman 97 belom, Ti?" tanya Sanha setelah berhasil menelan rotinya. "Yang mana asu?" Semprot gadis itu kelewat kaget.

Ia berbalik, menatap Sanha sebelum berakhir terdiam begitu mendapati cengiran lelaki itu. "Asiiikkk. Mau pulang bareng nggak?"

Hitomi melengos, berbalik kembali mengerjakan PR-nya sembari menggeleng tak habis pikir. "Aneh. Aneh."

Sanha merengut, "Tai. Gue masih bisa denger ya, Ti. Udah bangun ah, jangan sore-sore di sini. Kemaren aja lagi ada musibah terus. Ayo pulang aja!"

"Lo duluan sana."

"Kan gue ngajakin bareng!"

"PR gue masih banyak, San."

"Ya gue apalagi?!" seru Sanha dongkol. "Udah, kerjain di rumah aja. Nanti bareng sama gue."

Psycho ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang