warning
Changbin bangun dari tidurnya dengan tenggorokan yang tidak baik-baik saja pagi ini. Ia berjalan menuju kamar mandi, menatap wajahnya sejenak lewat kaca sebelum membeku mendapati pesan berdarah di sana.
Naeun was killed.
Ia kembali ke kamarnya, bergegas mencari ponsel untuk menghubungi Wonu segera. Tapi nomer yang dituju sedang dalam panggilan lain.
Changbin menyambar kunci mobilnya, berganti menghubungi Chaewon supaya gadis itu mempersiapkan diri.
Namun mendapati Yeji tepat dihadapannya, membuat Changbin tahu kalau apapun yang dia pikirkan tidak mungkin semudah itu dilakukan.
"Pagi, Changbin."
Yeji tersenyum lebar dibalik maskernya, mendekati Changbin bersamaan dengan lelaki itu yang mundur selangkah.
Mau apa lo?
Changbin menyentuh lehernya yang terasa sakit ketika dipaksa untuk bersuara. Jemarinya menyentuh tombol panggil berulang kali pada Chaewon namun gadis itu masih tak kunjung menjawabnya.
Yeji melemparkan pisaunya ke arah pergelangan tangan lelaki itu, membiarkan Changbin melepas ponselnya bersamaan dengan darah yang mengucur.
"Akhir-akhir ini lo bikin gue kesal." Yeji mendekat, meraih kembali pisau tersebut saat Changbin masih terkejut dengan rasa sakit pada pergelangan tangannya.
Pisaunya menusuk ulu hati Changbin tanpa ampun, membiarkan seringaiannya melebar. "Nggak pa-pa. Gue tahu lo orang baik. Tuhan pasti bakal membawa lo ke tempat di mana Naeun udah tenang sekarang."
Lo yang membunuhnya?
Yeji menangkap tanya dalam mata lelaki itu sebelum tertawa. "Bukan gue, orang yang lebih gila dari gue yang melakukannya." kata Yeji sembari menarik pisau itu dari tubuh Changbin untuk ditusuk kembali dibagian lain.
Suaranya memang tidak terdengar, tapi Yeji menikmati bagaimana Changbin terlihat tak berdaya dihadapannya saat ini. Ekspresi menyakitkannya membuat sesuatu dari dalam tubuh Yeji menggila.
"Dia juga yang bikin cowok gue hilang." katanya dengan wajah menahan amarah kentara. "Padahal dia udah bikin mati mainan gue, padahal dia udah bunuh Naeun. Tapi kenapa dia nggak puas, Changbin?" Yeji bertanya saat Changbin dengan jemari tremornya berusaha melepaskan pisau itu dari perutnya.
Namun gerakan tangan Yeji justru berakhir membuat Changbin melukai kedua telapak tangannya.
"Karena kita serakah." Yeji menyentuh wajah Changbin dengan jemari berlapis sarung tangan latexnya pagi ini. "Orang-orang seperti gue dan dia adalah orang yang serakah."
Yeji menusuk belikat Changbin dalam, membiarkan lelaki itu memuntahkan darahnya.
Tinggal menunggu waktu sampai Yeji berpikir untuk benar-benar menghabisinya. Jadi Changbin meminta maaf pada Chaewon dalam hati.
Karena tidak bisa membantu gadis itu, dan melindunginya setelah ini.
Chaewon, maaf.
*
Jeno menatap pagar hitam tinggi dihadapannya sebelum mengatupkan bibir. Merasa nyalinya hilang entah kemana setelah bertindak impulsif datang kemari sepulang sekolah. Hanya karena gadis itu nggak masuk, dan Jeno merasa perlu khawatir.
Lelaki itu menatap kantong putih berisi susu dan roti di motornya sebelum menghela napas pelan.
"Lagian ngapain sih kesini?"