catatan bachan:
aku ramal, besok dan kamis depan aku sibuk:)
selamat membaca psycho di hari rabu! sayang kaliannn
apresiasi kalian semangatkuu menyelesaikan book ini temen-temennnnluv,
bachan__________
Changbin mengerutkan alis waktu Chaewon datang bersama Felix sekarang. Lelaki itu berjalan mendekat, menyalami mereka sebelum mengedikan dagu. "Tumben inget gue, ada apaan?"
Chaewon menatap Felix sementara yang ditatap berakhir merogoh saku celana abu-abunya. Menyerahkan bandul kepala kucing ke arah lelaki itu.
Changbin mencermatinya, untuk beberapa lama. Namun berakhir tak mengerti.
"Ini apa?" tanya Changbin kemudian. Mata tajamnya menatap Felix minta jawaban.
Namun alih-alih menjawab, tangannya yang bertengger dibahu kiri Chaewon justru memainkan rambutnya gusar. Changbin mendesah pendek. "What's wrong?"
"Itu ada di kotak kado Chaewon." ucap Felix akhirnya. Changbin menatap bandul itu sekali lagi, tak menemukan kejanggalan. "Natrus? Kok dikasih ke gue? Bandul pala kucing lagi. Bentuknya lucu amat."
"Nggak lucu kalo lo tahu bandul kepala kucing itu ada di dalam kotak isi badan kucing termutilasi, Bang!" balas Chaewon nyaris tak dapat menahan jeritan paraunya.
Felix menarik napas, menghembuskannya perlahan dan berakhir tersenyum masam menatap teman dekatnya yang masih mematung itu. Bahkan berakhir memungut bandul yang tanpa sengaja Changbin buang.
"Hah!?" tanyanya tak percaya. Changbin mengamati bandul itu sekali lagi begitu Felix memberikannya. Jemarinya bergerak untuk memutari permukaan bandul tersebut, menelitinya. Namun tentu saja masih tak mendapat pencerahan apapun.
"Udah berapa kali lo dapat beginian?" tanya Changbin akhirnya. Ia berjalan mundur, mempersilahkan dua orang itu duduk sebelum pergi ke dapur untuk mengambil minum.
"Udah berapa kali lo dapat kiriman begitu?" ulang Changbin begitu keduanya sudah meneguk air mineral yang dia suguhkan.
"Ini yang kedua, bandulnya ada dikiriman yang kedua."
"Kotaknya?"
"Gue bakar." tegas gadis itu.
Membiarkan Changbin mengatupkan bibir. Ia menyenderkan tubuhnya dan menatap mereka bergantian tak habis pikir. "Kalian nggak lagi ngeprank gue kan?"
Felix menghembuskan napasnya, ketika Chaewon memilih menatap jendela.
"Dikotak kiriman yang pertama kucingnya dipotong delapan bagian. Dikotak yang kedua badannya jadi dua belas potongan."
Changbin menahan rasa mual dari perutnya begitu Felix mengeluarkan ponselnya, menunjukkan potret dari dua kotak yang ditujukkan untuk pacarnya meyakinkan Changbin.
"Di mana lo dapet kiriman kotak ini, Chae?"
"Sekolah."
Changbin meletakkan bandul kepala kucing itu diatas meja, lalu mengusap gusar wajahnya. "Kapan yang pertamanya datang?"
"Pertengahan tahun lalu."
Changbin melihat tanggalan, menatap Chaewon menelisik. "Lalu yang kedua?"
"Tiga hari yang lalu."
"Ditempat yang sama?"
Chaewon mengangguk, "Di atas meja gue."
"Siapa aja yang ngeliat?"
"Cuma Felix dan gue."
"Keep it."
"Gue kasih tahu lo karena gue nggak mau berurusan sama polisi, bang!" seru Chaewon ketika tangannya bergerak cepat merampas ponsel mantan kakak kelasnya. Gadis itu menelan ludah, sekalipun terlihat sekali usahanya berusaha tenang dengan sepasang mata sayu miliknya itu. "Gue mohon..."
Changbin menghembuskan napas tak habis pikir. Matanya terpejam rapat ketika sesuatu bergejolak dalam dadanya pun berakhir membuat cenat-cenut kepalanya. Sekali lihat, baik Chaewon maupun Felix tahu kalau lelaki itu justru keberatan dan tak setuju dengan keputusannya.
"Sure." balas Changbin mengalah. Lelaki itu mengangkat kedua tangannya diudara. "Tapi gue mau kalo yang ketiga datang lo langsung ngabarin gue, kasih barang buktinya ke gue." Matanya menatap mereka bergantian. Ada peringatan di sana. Menuntut kepercayaan.
"Janji?"
Changbin menghela napas begitu keduanya sudah mengangguk pelan. Changbin berdiri dari duduknya. Jemari kanannya berakhir meremas pinggang. Ia menatap bandul kepala kucing tersebut sebelum memaki-maki kelewat dengki. "Orang usil ini, memang bajingan."
*
Woojin menatap sekitar pesta, ia menghela napas perlahan begitu tersadar kalau yang dicari sudah benar-benar pulang duluan. Bosan karena semua obrolan tak terasa menyenangkan, ia merogoh ponsel di saku celana.
donghyun palkor
sini, nyampur sama gua
kasian amat gada temenWoojin mendecak, memanjangkan leher untuk mencari lelaki itu sebelum melengos pelan. Benar saja, Donghyun tak jauh darinya. Justru sedang dikelilingi banyak perempuan menawan di tempatnya. Sekilas, Woojin bisa melihat Dahyun dan Chaeyoung sedang cekikikan disekitar lelaki itu.
woojin jam
temen lo ada yg kosong dulu gak?Donghyun tergelak, lantas mengedikan dagu ke arah teman-teman perempuannya. Melihatnya, Woojin jadi menyeringai.
woojin jam
sip, gue kesanachaeyeon ibab is calling
Woojin mendecak, menatap Donghyun dan memberi isyarat untuk menunggu sebelum menjawab panggilan dari gadis itu cepat. Ia berjalan keluar, mencari tempat sepi supaya bisa mendengar.
"Nyettt, di mana lo setan?"
Woojin mencibir. "Nggak bisa disuruh. Lagi mabu-mabu."
"Bangsat ini lagi gue loudspeaker di depan nyokap lo!!" jerit tertahannya panik sendiri.
Woojin tersedak, "Kenapa nggak bilang asuuu?!"
"Bangsat masih berani-beraninya lo ngomong kasar??!"
Woojin mengatupkan bibir, berusaha menenangkan diri sendiri. "Nelpon sebenernya mau ngapain, Chaey?"
"Kalo pulang nitip martabak telor dua bungkus, ini Mami ngidam katanya."
"Ngidam apaan?!"
"Udah ah, jangan lama-lama, Jin. Keburu tutup tukang martabaknya."
"Ini niat terselubung kalian biar gue pulang kan?!"
"Pede gile."
End call.
Woojin mencibir, namun memilih menurut juga untuk langsung pulang. Jadi dia berjalan menuju parkiran sembari mengetik pesan untuk Donghyun supaya tidak menunggunya.
woojin jam
balik gua bang
dicari babi nih
suruh jaga lilindonghyun palkor
taeee, paling lu yang keliling
mana mau si chaey gantianWoojin mendengus, memasukkan ponselnya kembali sebelum tersentak begitu bahunya menabrak seseorang.
"Eh, sorry sorry."
Gadis itu mengangguk, memungut barang-barangnya dan membiarkan Woojin ikut membantu. Lelaki itu mengambil bandul kepala kucing yang terlantar, menyerahkannya langsung, membiarkan gadis cantik itu menyambar cepat.
"Trims." katanya cepat. Ia langsung bangkit, berjalan meninggalkan Woojin tanpa mengatakan apapun lagi. "Cewek cantik sukanya yang lucu-lucu ya?" gumam lelaki itu sebelum berjalan menuju mobil.
Woojin menyalakan radio, memarkir mobil keluar dari parkiran secepatnya. Ia harus mencari martabak untuk Ibunda tercinta juga si sahabat paling bajingan sedunia atau hidupnya akan sengsara sampai minggu depan.
"B 1982 GAJ."
