Nathan hanya dapat menatap nisan yang memberi tanda jika tempat dia berada saat ini adalah tempat peristirahatan terkahir kedua orang tuanya. Bibirnya terlalu sulit untuk di gerakkan, suaranya menghilang seketika, matanya terasa panas saat memori kebersamaannya dengan orang tuanya dahulu terputar kembali.
Nathan segera menggelengkan kepalanya setelah tersadar dari lamunannya. Dia tidak boleh menangis didepan makam kedua orang tuanya. Dia harus kuat, dia pernah berjanji pada dirinya sendiri jika dia tidak akan menangisi perihal kepergian kedua orang tuanya.
"Ayah..ibu..maaf..aku tidak bisa berlama-lama mengunjungi kalian, kapan-kapan aku akan datang berkunjung lagi. Oh iya, aku juga membawakan ibu bunga kesukaan ibu. Aku...pergi dulu.." Nathan bangkit berdiri setelah dirinya meletakkan buket bunga yang ia bawa diatas makam dengan nisan atas nama ibunya, ia melirik kearah arlojinya. Masih ada waktu untuk bersantai, tidak perlu terburu-buru untuk kembali ke kantor, pikirnya. Dia juga sudah memutuskan kemana ia akan berkunjung.
Nathan melajukan motornya ke tempat yang sudah dipikirkannya. Beberapa menit di laluinya dijalan, hingga ia betul-betul tiba di Seaworld. Tempat yang sedari tadi sudah dipikirkannya untuk dikunjungi.
Ia membeli tiket sebelum masuk kedalam sana. Nathan sangat suka dengan alam bawah laut. Rasanya hal itu sangat berhasil membuatnya melupakan semua kesedihan yang ia rasakan. Ikan-ikan yang bernenang, meliuk-liukkan ekornya menjadi salah satu hal yang disukainya dari sana. Rasanya dapat membuat dirinya menjadi lebih tenang.
Lelaki itu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gerombolan ikan hiu yang berenang kesana-kemari. Rasanya dia sangat ingin memberi makan ikan-ikan itu, tapi rasa takut muncul saat bayangan dirinya yang akan dimakan oleh hiu-hiu itu terputar didalam otaknya. Dia segera menggelengkan kepalanya, menyingkirkan hal yang membuatnya merasa jijik sendiri.
Dia kembali melangkahkan kakinya menjauh dari akuarium khusus hiu itu dan kembali berhenti ditempat para kawanan ikan pari. Dia yang terlalu fokus sampai-sampai lupa untuk berkedip berhasil saja dikagetkan oleh ikan pari yang mengarahkan mulutnya ke depan kaca akuarium. Nathan yang kaget spontan mundur beberapa langkah dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang berada dibelakangnya.
"Maafkan aku! Maaf, aku tidak sengaja." Ucap Nathan segera pada pria bertubuh besar yang baru saja ia tabrak.
Wajah pria itu tampak datar, dengan mata menatap tajam ke arah Nathan, dia adalah Orion.
"Berhati-hatilah saat berjalan anak kecil." Balas Orion dingin. Tentu saja perkataan seorang Orion barusan membuat Nathan tidak merasa senang.
Anak kecil? Siapa yang dia sebut sebagai anak kecil? Jengkel Nathan.
Nathan membalas tatapan Orion dengan sinis, seakan memantang pria yang ukuran tubuhnya dua kali lebih besar dibanding dirinya.
"Siapa yang kau sebut anak kecil, om!" Tantang Nathan.
Om? Baiklah, kini Nathan berhasil membuat Orion semakin jengkel.
"Dengar anak kecil, kau tidak tahu dengan siapa kau berurusan, lebih baik kau pergi sebelum ku tembak keluar isi kepala mu itu." Jengkel Orion. Dia sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang.
Nathan terkekeh garing mendengar ucapan Orion, bukannya takut dia malah semakin menantang pria itu.
"Lakukan! Kau pikir anak kecil seperti ku takut dengan omong kosong om-om seperti mu!"
Sialan! Baru kali ini Orion ditantang oleh pria bertubuh kecil seperti Nathan ini. Betul-betul bukan lawan yang seimbang.
"Kau pikir aku bermain-main?" Tanya Orion mengintimidasi. Hawa yang terpancar dari tubuh Orion seketika berubah drastis. Semakin dalam Nathan menatap mata tajam Orion, semakin ia merasa takut. Ditambah lagi, Orion saat ini berjalan semakin mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Need Me |END|
Romance[21+] [Warning!!] [#Cerita ini banyak mengandung adegan sex!! #tidak cocok dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun kebawah #kalau masih nekat, konsekuensinya ditanggung sendiri #BOY♡BOY/Homo] "Noah adalah milikku, berani menyentuhnya, jangan harap...