Noah tidak ingin semua rasa penasaran membuatnya tercabik-cabik, rasanya sangat menyakitkan saat dia menerka-nerka sendiri tentang sifat Hares yang berubah dingin padanya. Ia menghubungi Hares dengan segala keresahan di hatinya. Dia sangat takut jika ia akan mengetahui sebuah kejujuran dari Hares. Tapi, dari pada dia harus tersakiti dengan terkaan-terkaannya, lebih baik dia tersakiti dengan kejujuran Hares.
"Halo, Hares.." Noah berucap saat sambungan teleponnya terhubung dengan Hares.
'Bukan, ini bukan Hares. Hares sedang mandi, ada yang bisa ku bantu?' Mata Noah membulat saat seseorang yang ternyata bukan Hares menjawab panggilannya. Siapa pria itu? Bagaimana bisa dia mengangkat sambungan telepon Noah pada Hares?
"Ha-Hares..sedang mandi?"
'Ya, Hares sedang mandi.'
"Kalian sedang dimana?" Tanya Noah memberanikan dirinya.
'Kami sedang berada di hotel prima.'
Cukup! Noah memutuskan sambungan teleponnya. Rasanya sangat menyakitkan, ternyata benar selama ini dugaan Noah, Hares telah bosan dengannya dan sekarang dia bersama dengan pria lain. Noah masih tidak mempercayai ini semua, dia tidak percaya jika Hares berkhianat padanya.
Noah ingin menghapus ingatan tentang ini semua, dia meletakkan ponselnya di atas nakas dan mencoba untuk terlelap, berharap saat ia membuka matanya, ada sosok Hares yang seperti dulu di sampingnya.
Sudah ada 30 menit lebih mungkin Noah menutup matanya, namun ia masih belum dapat terlelap, semua ucapan-ucapan pria yang tidak dikenalinya itu terputar kembali di kepalanya. Membuat air mata kembali mengalir membasahi pipinya.
Samar-samar dari tempatnya Noah dapat mendengar langkah kaki, itu Hares!
Noah segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar. Ia ingin meminta penjelasan dari Hares secara langsung. Dia tidak ingin terkurung kedalam rasa pedih yang dirasanya. Dia ingin mengakhiri semua ini.
"Hares." Pria bertubuh kekar itu berbalik, menatap ke asal suara yang menyerukan namanya.
"Ada apa?" Tanya Hares dingin.
"Kau dari mana?"
"Untuk apa kau bertanya."
"Jawab saja pertanyaan ku!" Noah meninggikan suaranya, berharap Hares menjawab dengan jujur.
"Aku dari rumah seseorang, ada urusan yang harus ku selesaikan." Jawab Hares masih sama dinginnya dengan sebelumnya.
"Kau berbohong. Tadi aku menghubungi mu, dan yang menjawab orang lain. Dia bilang kalian sedang berada di sebuah hotel." Ucap Noah lirih, suaranya bergetar menahan tangis.
"Ah~ kau sudah tahu ternyata. Baguslah kalau begitu, jadi jangan mengganggu ku lagi, aku lelah." Noah segera menahan pergelangan Hares saat pria itu hendak masuk kedalam ruang tidurnya.
"Katakan jika kau berbohong pada ku." Air mata yang sekuat tenaga di tahan oleh Noah kini tak terbendung lagi.
"Kau sudah mengetahui kebenarannya, berlama-lama berbohong pada mu membuat ku muak."
"Selama ini kau menganggap ku apa?"
"Jalang. Kau adalah pelacur ku."
Deg!
Sakit, dada Noah terasa sesak saat kata-kata itu meluncur sempurna dari mulut pria yang dicintainya. Kenapa kejujuran ini sangat menyakitkan. Ia tidak pernah mengira jika Hares memandangnya serendah itu."Hee~kau menangis sekarang?" Ucap Hares dengan nada meledek, seakan dia senang dengan kepedihan yang dirasa oleh Noah.
"Kau membuat ku bergairah dengan tangis mu itu, ayo puaskan aku sekarang jalang." Hares mengunci pergerakan Noah di dinding dengan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Need Me |END|
Romance[21+] [Warning!!] [#Cerita ini banyak mengandung adegan sex!! #tidak cocok dibaca oleh anak-anak berumur 17 tahun kebawah #kalau masih nekat, konsekuensinya ditanggung sendiri #BOY♡BOY/Homo] "Noah adalah milikku, berani menyentuhnya, jangan harap...